46 - Friend Again

662 136 21
                                    

Semenjak kejadian video Hani mengaku pada Jihoon tersebar, gadis itu menjadi lebih sering berdiam diri di kelas.

Bukan karena apa, Hani hanya tak mau mendengar celotehan yang bisa menyakiti hatinya. Gadis itu benar-benar merasa dikucilkan sekarang.

"Hani!" panggil seseorang.

Hani menoleh, ia mengerutkan kening ketika mendapati Yuna yang tengah berlari kecil menuju kearahnya.

"Kangen," Mata Hani terbelalak terkejut karena Yuna tiba-tiba memeluknya.

Hani hanya heran, bukannya Yuna tak mau lagi berteman dengannya setelah kejadian itu? Kenapa sekarang tiba-tiba Yuna datang memeluknya?

"Bukannya lo marah sama gue?" tanya Hani.

Yuna melepaskan pelukannya kemudian menatap gadis itu. "Maaf, seharusnya gue gak ngejauh dari lo. Sekarang gue tau, cinta bertepuk sebelah tangan itu emang sakit."

Hani terdiam, ia melirik Yuna yang sedang mengerucutkan bibirnya. "Jadi?" tanyanya ragu.

"Kita temenan lagi lah!" jawab Yuna cepat.

"Serius?"

Yuna tersenyum sambil mengangguk. "Selusinrius ini mah!"

Kedua sudut bibir Hani terangkat ke atas. Demi apapun gadis itu sangat senang, akhirnya Yuna mau berteman lagi dengannya.

Hani memeluk tubuh Yuna dan dibalas pelukan hangat oleh gadis Shin itu. "Meskipun kadang ngeselin dan berisik. Tapi cuma lo temen yang gue punya. Waktu kemaren lo ngejauhin gue berasa sepi banget hidup gue," tutur Hani sambil mengeratkan pelukan.

Yuna mengusap lembut punggung Hani, menenangkan gadis tersebut. Yuna tak menyangka jika Hani menganggapnya teman, ia kira hanya dia yang menganggap mereka berdua adalah teman.

Maklumlah, karena selama ini Hani selalu dingin padanya.

"Hani, gue mau nanya sesuatu boleh?" bisik Yuna.

Hani melepaskan pelukannya lalu mengusap air mata yang keluar dari sudut matanya. "Apaan?"

"Rumah dukun itu dimana?" tanya Yuna.

Hani menaikkan sebelah alisnya. "Emang kenapa?"

"Keknya gue suka sama seseorang, deh," balas Yuna sambil senyum-senyum sendiri.

"Siapa?"

Yuna melirik kearah meja Junghwan, yang otomatis membuat Hani mengikuti arah pandangan gadis Shin tersebut.

"Haruto," bisiknya.

"Apa?!" teriakan keras Hani berhasil membuat anak-anak di kelas menatap heran kearah mereka.

Tak terkecuali Junghwan, Haruto, dan Jeongwoo yang sedang mabar ML juga ikut menoleh karena merasa terusik.

Hani meringis malu. "Sorry,"

Yuna memukul pelan pucuk kepala Hani. "Lo sih,"

Hani memutar bola matanya malas. "Namanya juga kaget, lagian lo kok bisa suka sama Haruto, sih?" tanyanya penasaran.

"Gue gak tau," jawab Yuna sambil menutupi wajahnya dengan telapak tangan, ceritanya lagi malu-malu kucing.

Hani berdecak, "Ck, terus lo nanya rumah dukun buat apa? Lo mau pelet dia?"

Yuna mengangguk polos membuat Hani terkejut setengah mati. "Jangan aneh-aneh, deh! Lo mau kayak gue dibully satu sekolah?!" tanya Hani tak habis pikir.

Yuna menggeleng ribut. "Ya gak mau lah!"

"Tapi gimana caranya biar bisa dapetin Haruto?" Lanjutnya frustasi, sebab Yuna tahu jika ia berada di dekat Haruto pasti akan ada keributan diantara mereka.

Hani mengendikkan bahunya. "Mana gue tau, yang pasti jangan sampe lo pelet dia."

Yuna menghela nafas lalu menelungkupkan wajahnya di atas meja. Hani hanya geleng-geleng kepala melihat temannya itu.

Hani meraih ponselnya yang tiba-tiba bergetar. Matanya membulat sempurna kala melihat nama Jihoon disana. Dengan cepat jari-jarinya membuka room chat aplikasi tersebut.

Kak Jihoon🐼🥵

|Nanti malem dateng kerumah
|Atau gue gak bakal maafin lo

Ini beneran kak Jihoon?|

|Hm

Hani segera menutup mulutnya, menahan jeritan yang hendak keluar. Apakah ia bermimpi? Kenapa Jihoon tiba-tiba mengiriminya pesan? Ada apa?

"Lo kenapa?" tanya Yuna heran.

Hani tak menjawab, gadis itu memilih menyerahkan ponselnya.

Yuna mengernyit dan meraih ponsel tersebut. Matanya membulat sempurna saat mengetahui Jihoon lah sang pengirim pesan.

"Anjir, kak Jihoon! Ngapain dia nyuruh lo ke rumahnya?"

"Mana gue tau,"

Saat Hani dan Yuna saling bertukar pandang, atensi mereka teralihkan oleh seorang pemuda yang tiba-tiba datang.

"Apaan tuh?" tanya Yuna melirik paper bag yang pemuda itu bawa.

"Bukan buat lo, ini buat Hani. Roti sama susu coklat." Pemuda itu meletakkan paper bag di atas meja.

Yuna memicingkan matanya, curiga. "Perhatian banget lo, jangan-jangan lo itu sebenernya suka sama Hani, kan?" tanya Yuna sambil menaik turunkan alisnya.

"Apasih, wajarlah Dobby perhatian. Kan kita sahabatan. Ya kan, Dob?" elak Hani kemudian membuka paper bag pemberian Doyoung.

Hm, iya cuma sahabat. batin Doyoung tersenyum miris.

[✓] Black Magic || Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang