22 - Fever

706 137 34
                                    

Gadis itu mengerjapkan matanya pelan karena sinar matahari yang menelusup masuk melalui gorden jendela. Hani menatap langit-langit kamarnya lalu melirik kearah jam dinding.

"HANI BANGUN!" teriak seseorang dari luar kamar yang tak lain adalah kakaknya sendiri, Choi Hyunsuk.

Hani terperanjat, gadis itu mencoba bangun dari tempat tidurnya namun kepalanya malah terasa pusing saat digunakan untuk bergerak.

"Emmh." lenguh Hani sambil memegang kepalanya.

Karena tak kunjung ada jawaban. Hyunsuk pun memegang gagang pintu berniat masuk kedalam, untungnya pintu kamar Hani tak terkunci.

"Hani beruang bangun! Hibernasi mulu lo!" teriak Hyunsuk ketika melihat sang adik yang masih asik bergumul dengan selimut tebalnya.

Hyunsuk berjalan menuju jendela kamar Hani dan membuka gordennya lebar-lebar.

"Astaga dek, lo kenapa?" Hyunsuk panik ketika mendapati Hani yang terlihat lemas dengan wajah yang pucat.

Hyunsuk mendekat lalu duduk di samping ranjang Hani. Pemuda itu mengecek suhu tubuh Hani menggunakan telapak tangannya.

"Panas banget, abis ngapain sih lo!" omel Hyunsuk.

Hani mengerucutkan bibirnya kesal. Ia sekarang sedang sakit tapi mengapa Hyunsuk justru memarahinya?

Hyunsuk meraih ponsel Hani yang berada di atas nakas. Tangannya bergerak lincah memainkan benda tersebut.

"Mau ngapain bang?" tanya Hani dengan suara serak.

"Telpon Jihoon, bilang kalo hari ini abang nggak masuk." jawabnya.

Drrtt

"Halo," ucap Hyunsuk setelah panggilan telepon tersambung.

"Kok elo sih? Hani mana?!"

"Dia sakit, Hoon tolong ijinin gue ya sama ijinin Hani juga."

"Hah? Serius? Pacar gue sakit apa?!" ucap Jihoon yang terdengar panik dari seberang sana.

"Ya mana gue tau!" kesal Hyunsuk lalu menutup sambungan sepihak.

Hyunsuk menghela nafas pelan lalu melirik Hani yang tengah tersenyum kecil menatapnya.

"Abang telpon dokter ya?" tanya Hyunsuk.

Hani menggeleng pelan. Gadis itu sangat takut dengan dokter, alasannya hanya karena takut jika dirinya di suntik.

"Cuma pusing doang, nanti juga ilang sendiri."

Hyunsuk menganggukkan kepalanya pasrah, lalu berjalan menuju dapur. Pemuda itu ingin membuat sebuah bubur. Ia sudah terbiasa menjadi kakak sekaligus orang tua untuk Hani.

"Makan bubur dulu terus minum obat." ucap Hyunsuk sembari menyuapi Hani.

Hani tersenyum lalu membuka mulutnya. Sesekali Hyunsuk juga akan mengusap sudut bibir Hani ketika ada sisa bubur yang menempel di sana.

Hyunsuk segera meletakkan sendok di atas piring tepat ketika gadis itu sudah selesai makan.

Setelahnya Hyunsuk mengambil satu kaplet obat dan segelas air putih, kemudian menyerahkannya pada Hani.

Hani menggeleng. "Pahit."

"Minum obat atau abang telpon dokter?" ancam Hyunsuk.

Hani mendengus lalu meraih obat tersebut. Dengan cepat gadis itu menelannya, membuat Hyunsuk terkekeh gemas.

"Sekarang lo tidur!" titah Hyunsuk sembari membantu Hani menyelimuti tubuhnya.

"Jangan gini lagi, abang khawatir tau." pesan Hyunsuk lalu mencium kening Hani sekilas.

Hani terdiam kemudian menatap Hyunsuk yang tiba-tiba berdiri.

Bisa-bisanya gue salting sama adek sendiri. batin Hyunsuk.

"Bang!" panggil Hani yang membuat Hyunsuk menoleh.

"Aku kangen papa sama mama." ucap Hani dengan ekspresi wajah sendu.





















Uncuk as your abang♡

Uncuk as your abang♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] Black Magic || Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang