45 - Confession

678 127 51
                                    

Hani berjalan lesu menuju gerbang sekolah. Pagi ini gadis itu belum sarapan karena terlambat bangun. Hyunsuk juga tega meninggalkannnya, sehingga tadi Hani harus terpaksa naik bus ke sekolah.

Hani menarik nafas panjang. Meruntuki dirinya sendiri mengingat perbuatan bodoh yang beberapa bulan lalu ia lakukan.

Sekarang gadis itu telah menyesal dan harus menyelesaikan masalah yang ia buat sendiri.

Meskipun konsekuensinya dibenci Jihoon. Hani tak apa-apa, toh memang dari awal Jihoon tak pernah menyukainya.

Namun, setidaknya Hani senang bisa merasakan menjadi pacar seorang Park Jihoon. Pemuda tampan yang terkenal cuek dan bermulut pedas.

Jika dipikir-pikir lagi Jihoon sedikit mengingatkan Hani pada seseorang. Tapi ia lupa siapa orang itu.

Hani menyipitkan matanya saat melihat seorang pemuda keluar dari mobil berwarna putih yang tampak familiar.

Dan benar saja, pemuda itu adalah Jihoon. Ia sedang diantar oleh mamanya.

"Kak Jihoon!" panggil Hani menghampiri Jihoon.

Yang merasa namanya di panggil pun berbalik tanpa menunjukkan ekspresi apapun.

"Halo, ma!" sapa Hani sambil melambaikan tangannya.

Rose tersenyum. "Titip Jihoon ya, sayang. Tolong jagain anak mama. Kalo Jihoon nakal jewer aja," pesan sang mama membuat putra sulungnya itu mengerucutkan bibirnya kesal.

Hani terkekeh, memberi tanda 'OK' dengan jari tangan. "Siap, ma."

Rose mengangguk kemudian melajukan mobilnya menjauhi area sekolah.

"Ayo!" ajak Jihoon membuyarkan lamunan Hani.

Hani tersentak, memandang Jihoon gugup. "Kak, aku mau ngomong sesuatu,"

"Ngomong aja,"

"Tapi nggak disini,"

"Kenapa?" tanya Jihoon.

Hani tak menjawab, ia langsung menarik pergelangan tangan Jihoon menuju suatu tempat. Lebih tepatnya taman belakang sekolah.

"Mau ngomong apa?" tanya Jihoon dengan alis yang ditekuk.

Hani menggigit bibir bawahnya, jantungnya berdegup kencang. Saat-saat yang tak pernah ia inginkan kini akhirnya terjadi.

"A-aku mau ngaku sesuatu," ucap Hani ragu.

Jihoon melipat kedua tangannya di dada, menatap gadis itu heran. "Ngaku apa? Muka lo pucet banget, kek habis ketauan nyolong." ejeknya.

Hani menatap Jihoon kesal, bisa-bisanya pemuda Park itu bercanda. "Bukan! Aishh!"

"Terus apa? Buruan ngomong keburu masuk!" titah Jihoon sambil melihat jam tangannya.

Hani terdiam. Matanya melirik kesana-kemari, memastikan tidak ada orang yang mendengar percakapan mereka.

"Sebenernya-" Hani menggantungkan kalimatnya.

"Apa?" tanya Jihoon penasaran.

Hani menundukkan kepalanya kebawah, tak berani menatap sang lawan bicara. "Aku pelet kak Jihoon,"

Jihoon diam. Pemuda itu terlalu terkejut dengan ucapan yang baru saja ia dengar.

"Maafin aku, kak. Waktu itu aku kesel karena kakak tolak terus. Tanpa pikir panjang aku pergi ke dukun. Awalnya aku kira bohongan, eh ternyata berhasil dan berlanjut sampe sekarang. Mungkin kakak gak inget karena amnesia. Sekarang aku sadar kalo yang aku lakuin itu gak bener, dan aku nyesel. Aku tau setelah denger ini kakak bakal benci sama aku," Hani meremas ujung baju seragamnya, masih setia dengan kepala yang menunduk.

"Udah?"

Hani mendongakkan kepalanya, menatap Jihoon dengan ekspresi penuh tanda tanya. "Maksudnya?"

Jihoon tak menjawab, ia langsung pergi meninggalkan Hani tanpa mengucapkan sepatah katapun. Intinya Jihoon kecewa :)

-oOo-

Hani menyusuri koridor dengan perasaan tak enak sebab sejak tadi banyak pasang mata yang menatapnya tajam.

"Pantes bisa pacaran sama Jihoon, ternyata pake pelet, njir!" ucap seseorang membuat langkah kaki Hani terhenti.

Hani berbalik, menaikkan sebelah alisnya. "Maksudnya?"

"Gausah sok bego deh!"

Hani terdiam, ada apa lagi ini?

Orang itu menyeringai kemudian menunjukkan sesuatu dari layar ponselnya, sebuah video saat ia berbicara dengan Jihoon. "Semua orang udah tau kalo lo itu tukang pelet!"

"Lo emang gak pantes buat Jihoon, mendingan Minju kemana-mana!" timpal seorang gadis berwajah kebule-bulean dengan nametag Nancy Jewel McDonie.

"Gara-gara lo Minju harus balik lagi ke Jerman! Gara-gara lo Minju disalahin karena kecelakaannya Jihoon, lo perusak! Lo punya otak nggak sih?!" bentak seseorang yang membawa ponsel tadi, Jeon Heejin.

Hani mengepalkan tangan hingga kuku jari-jarinya memutih. Ia berusaha mati-matian mencegah air mata yang ingin turun.

Puk!

Gadis itu meringis saat merasakan sesuatu mengenai kepalanya, bola kertas. Orang-orang disana melemparinya dengan bola kertas.

Hani memejamkan matanya, ingin melawan tapi sadar posisinya memang salah.

"Kenapa lo diem aja, sih?" Suara berat seseorang membuat mata Hani terbuka seketika.

Dia Kim Doyoung, sahabat sedari kecil yang kini melindungi Hani dari lemparan bola-bola kertas.





























Makin kesini partnya makin panjang yak:v maaf kalo bosenin:v aku gamau nanti kalo kebanyakan chapter soalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makin kesini partnya makin panjang yak:v maaf kalo bosenin:v aku gamau nanti kalo kebanyakan chapter soalnya. Oh ya, mungkin beberapa chap lagi cerita ini bakal selese. Makasih banyak yang masih nungguin meskipun booknya gaje banget hehe🥴❤️

[✓] Black Magic || Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang