Ikut eomma dan appa ke Jepang ku fikir sangat menyenangkan, ternyata kenyataan nya sangat berbeda. Sebuah pelangi yg ku impikan disana ternyata malah awan hitam yg ku dapatkan. Bahkan disaat ku kira bersatu kembali dengan abang awan itu hilang, tpi...
Bel sekolah sudah berbunyi, itu tandanya kegiatan belajar sudah selesai. Ara dan Aera menuruni tangga sambil bersenda gurau, ya walaupun mereka baru kenal beberapa jam yg lalu mereka sudah sangat akrab bagai sepasang sahabat yg sudah bertahun-tahun kenal lama. Mereka terus asik mengobrol hingga tidak tersadar sekarang mereka sudah di parkiran sekolah, Aera membawa mobil ke sekolah, tetapi dia setia menemani Ara menunggu di jemput oleh jimin. 10 menit mereka menunggu, tidak lama kemudian Jimin pun datang dengan mobil mewahnya, dia turun dari mobil membuat semua para siswi yg berada di sekolah adiknya itu diam tak berkata termasuk Aera.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ckckck, gak sesuai sama mobil. Masa pake sendal". Ara menepuk jidat nya sendiri tatkala melihat penampilan abangnya yg sangat santai, namun tetap tampan bahkan sampai membuat para siswi dan sahabat barunya itu diam terpaku karena terpesona.
"Ayok dek pulang hihi".
"Nyeh, Aera aku pulang dulu ya". Ucap Ara yg tersenyum pada Aera yg tidak di balas, Aera masih tetap bengong tidak bicara. Matanya hanya terfokus pada Jimin abangnya.
"Ish Aera, aku pulang ya. Gak usah lebay gtu deh". Ara langsung mencubit pelan pipi aera yg membuat si empunya sedikit meringis.
"Sstth, ish iya sakit ara.". Aera memasang muka manyun nya.
"Iya lgan kamu biasa aja liatin nya, nih kenalin dia-". Seketika Ara mematung karena ia baru ingat, kalau abangnya ini terkenal di sekolah. Dan sudah pasti tau anak dari tuan Park Do Yun, ia pun mengurungkan niatnya untuk memberitahu Aera.
"Dia siapa ra? Ko kamu diem". Aera menggoyang-goyang tangan Ara yg sempat diam beberapa detik.
"Ah ini gatau ga kenal, udh ya aku pulang mau nunggu abang bye". Ara langsung memeluk sahabatnya dan lari bgtu saja meninggalkan aera juga abangnya.
"Loh heh, ngigo ya dek? Yakk ini abangmu".
"Oppa cari siapa? Hihi oppa tampan". Aera tersenyum seringai melihat jimin di dekatnya, matanya berbinar-binar melihatnya.
"Emm mau jemput adik kesayangan oppa, oppa pergi ne". Dengan ramah Jimin menjawab dan mengacak lembut rambut Aera dan pergi menyusul Ara adiknya itu.
"A..ahhhh OMG...". Teriak Aera yg kegirangan, sementara siswi lain iri melihatnya.
-ARA POV-
Aku langsung berlari meninggalkan abang dan Aera,hufh pasti dia sekarang sedang ngomel2 ga jelas. Aku menunggu nya tidak jauh dari parkiran sekolah tetapi di jamin sepi dan tidak ada yg melihatnya, aku menunggu mobil abang lewat. Aku melihat dari jauh dan menyipitkan mata ku, dan ternyata itu mobil abang yg langsung berhenti di depanku.
"Masuk". Ucapnya dingin, dia membuka jendela pintu mobil. Aku pun langsung masuk tanpa ba,bi,bu. Aku sudah tau dia pasti marah hufh, harus siap2. Setelah aku masuk abang menjalankan mobilnya lagi, selama perjalanan hening tidak ada obrolan apapun.
"A-abang". Aku mulai memecah keheningan itu, membuka suara memanggil abang dengan terbata. Tapi dia hanya fokus menyetir dan mengabaikan panggilan ku.
"I-iya adek minta maaf, tadi tuh adek-".
"Kenapa tadi bilang ga kenal sama abang ha? Ga mau akuin abang? Udah bosen punya abang kaya gue? Malu punya abang kaya gue ha?". Abang memotong pembicaraan ku, iya bicara dengan nada tinggi membuat ku sedikit takut dan apa tadi? Dia bilang gue? Abang ga pernah sekalipun ngomong lu,gue. Baru kali ini abang kaya gitu, biasanya dia marah besar kalo ucapannya ngawur.
"B-bukan gtu bang, adek bangga ko punya Abang. Tapi adek gabisa ngenalin abang ke temen-temen adek, soalnya adek ga mau mereka tau adek itu anak dari Park Do Yun".
"Apa? Maksud lu apaan si? Gak mau ngakuin keluarga sendiri? Lu lahir dari mana dek ha?". Abang ngebentak-bentak ku kali ini, membuat ku menahan tangisku.
"Aniyo, kenapa abang jdi kasar".
"Suka-suka gue lah". Mendengar itu aku langsung menunduk tidak berani untuk bicara lg.
Sesampainya di rumah aku langsung keluar dari mobil dan berlari ke dalam dan masuk ke kamar ku, rasanya sakit sekali mendengar omongan abang tadi. Apa yg ku lakukan ini salah? Aku hanya ingin mereka tidak memuji-muji ku karena aku anak dari seorang Park Do Yun, itu hanya akan membuat ku risih dan tidak betah di sekolah jadinya. Aku mengunci pintu kamar ku, dan langsung membanting tubuhku ke kasur menarik selimut menutupi seluruh badan ku.
"Hikss.. mian..hikss". Aku menangis di balik selimut ku.
-JIMIN POV-
Aku tidak habis fikir dengan omongan adek barusan, seketika darah ku langsung naik hingga ke kepala membuat ku menjadi sangat marah sekarang. Begitu kami sampai dia langsung lari ke dalam dan masuk ke kamar nya, sebenarnya aku tidak tega tadi. Aku tidak bisa menahan emosi ku, hingga berkata kasar pada nya tadi bahkan membentak nya.
"Hufhh, ck maaf dek". Ku rebahkan tubuh ku ke sofa, sambil memijit pelan kening ku yg terasa sedikit berkedut.
"Apa gue terlalu kasar ya, tpi adek itu loh aneh-aneh aja. Maksudnya apa coba kaya gtu tadi, gak tau lah nanti juga kalo laper turun. Mending gue mandi". Aku langsung berjalan menaiki anak tangga, masuk ke kamar , dan pergi mandi. Selesai mandi ku memakai baju ku dan merebahkan badan ini sebentar, tidur 30 menit saja juga sudah cukup. Aku pun tertidur..
***
Aku terbangun dari tidur ku dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 9 malam.
"Astaga, aish jimin kenapa bisa tidur lama sekali. Niatnya setengah jam ini malah 3 jam". Aku menepuk jidat ku sendiri, dan langsung bergegas ke bawah memasak makan malam. Ani bukan masak sih rebus mie ramyeon doang hehe.. Begitu selesai aku naik ke atas lagi dan memanggil adek untuk makan, sekesal apapun adek tetep lebih penting.
"Dek, makan dlu". Ucapku lembut, tapi tidak ada sahutan apapun.
"Dek makan dlu loh, dari pagi belum makan.". Aku mengetuk pintu nya dengan cukup keras.
"Pergi bang, adek ga laper".
"Gak adek harus makan". Aku mencoba berusaha membuka pintu nya tpi dikunci.
"Gak mau ga laper". Teriak nya yg semakin membuat ku kesal.
"Terserah lu, gua capek.". Aku pun langsung ke kamar dan membanting pintu dengan kuat.
Huwaaa sorry baru up guys hihi, jangan lupa vote ya kalo suka. Happy reading and thankyou for reading 😍