Prince high school

50 8 4
                                    

-ARA POV-

Di saat aku dan teman-teman ku membicarakan soal perizinan ku, tiba2 dari lorong tidak jauh dari kelas terdengar suara teriakan para siswi yg histeris entah melihat apa dan ada apa sebenarnya. Hingga ku melihat ada seorang pria tampan yg menghampiri ku.

"Lo Ara kan? Park Ara?". Dia berada tepat didepan ku sekarang wajah yg begitu tampan namun dingin, bisa dibilang lebih dingin dari Ha Roo. Dan seketika para siswi yg tadi histeris pun terdiam dan langsung menatap kami.

"Ha? Ah i-iya wae?". Ucapku bgtu gugup.

"Emm". Dan entah kenapa dia hanya menjawab dengan anggukan dan ditambah senyuman manis yg tiba2 terukir di wajahnya. Dan setelah itu dia berlalu bgtu saja.

"Ra, dia manis bngttt". Bisik Aera pada ku.

"Ha, i-iya". Aku masih tidak mengerti apa maksud dari pria tdi, kenapa bisa kenal aku? Tunggu tpi kayanya muka nya gak asing seperti pernah lihat tpi dimana ya.

***
-JIMIN POV-

Rasanya masih kesel sama adek tpi masih mending nganter dia dri pada ikut apa melihat anak cabang perusahaan nya hufh..

"Selamat pagi semuanya, perkenalkan putra ku Park Jimin. Penerus perusahaan Park Company". Ucap Appa pada karyawan nya yg kini kami sedang berkumpul di ruang meeting kerja nya.

"Anyeong Park Jimin imnida".

"Tuan muda tampan sekali". Rasanya risih dengar bisikan para karyawan disini.

/Panggilan masuk ; Jen❤️

"Appa permisi sebentar". Gua langsung buru-buru keluar pas ngeliat siapa yg nelfon.

/Mengangkat nya ; 📞

"Jiminn-ahh chagia kau dimana kau kan sudah janji kita mau belanja".

"Iya syg aku masih di kantor bersama appaku".

"Apa kau akan menjadi CEO di syg, kau akan mengganti appamu?".

"Hmm ya begitulah".

"Ih ko begitulah, ya harus dong sudah terima saja".

"Aku masih pikir-pikir, dan belum siap jga".

"Ck tidak mau tau kalau kau tolak kita putus".

/Mematikan telepon ; ☎️

"Eoh hufh kenapa dia jdi bgini". Pusing rasanya entah Jennie jdi berubah sekarang, mengekang dan bnyk mau.

"Jimin, kenapa? Ada masalah?".

"Eh ani appa gwenchana".

"Hmm yasudah sekarang kau ke ruangan mu sekarang dan pelajari apa yg harus kau planning ke depannya".

"Emm baiklah appa". Gua jalan menuju ruangan itu, letaknya di lantai 5. Setelah gua lihat ruangan yg memang besar dan megah, seumur hidup gua gak pernah yg namanya masuk ruang kerja appa di kantor dan sekarang gua yg punya ruangan ini.

"Permisi tuan".

"Emm ya".

"Saya sekretaris tuan".

"Sekretaris?". Pantas saja appa betah bekerja jika sekretaris nya seperti ini, tpi gua laki2 yg gak gampang terpancing dan membuka hati.

"Taro saja disitu". Ucap gua dingin.

"Baiklah tuan".

"Hufhh semoga bisa".

****

Adik KesayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang