-AUTHOR POV-
Pagi hari yg cerah 3 hari berlalu dri kejadian itu, Ara merasa itu hnay gretak orang tuanya saja. Buktinya dia tetap disini bersama abangnya dikorea, kalau benar terjadi dia sangat takut karena sekarang abngnya dalam kondisi tidak sehat.
"Mam nya abisin ya abis itu minum obat nya, udah di meja". Selesai mandi Ara turun ke bawah berniat untuk memastikan abngnya itu minum obat dengan baik atau tidak, dan menelepon Appa nya.
"Emm nelpon siapa dek". Ucap Jimin tiba2 dan langsung menatap Ara.
"Eoh engga emm ini ngecek pulsa doang hihi". Ara sedikit gugup dan kaget akhirnya dia menjauh sedikit dri Jimin.
"Emm ya udh". Tanpa curiga Jimin pun kembali makan.
Ara pun keluar menuju teras dan duduk disana untuk menghubungi appanya.
"Appa adek mohon batalin keberangkatan adek ke Jepang ya". Baru saja lega tiga hari ini, ternyata fikiran Ara salah orang tua mereka tetap mau Ara kembali ke Jepang.
"Kau tetap berangkat hari ini juga".
"Appa pliss, ku mohon jangan begini. Kasian abng".
"Dekk sini makan dulu".
"Ahh nee, sebentar. Appa ayolah".
"Adek mau bantah Appa? Ini demi kebaikan adek, biar Abang kamu juga bisa belajar mandiri begitu juga kamu".
"Apa selama ini kami tidak mandiri Dimata Appa? Kami disini di negara sebesar ini tanpa kedua orang tua, apa itu tidak cukup Appa?". Sangking kesalnya Ara pada appanya membuat ia sedikit berteriak dan terdengar oleh Jimin.
"Yakk dek kau bicara dengan siapa". Teriak Jimin.
"Aish pabo, ani Abang tunggu sebentar". Teriak nya balik
"Emm yasudh". Jimin yg selesai makan pun beranjak duduk di sofa dan menatap foto adiknya itu. Senyum simpul terlukis di wajah tampan nya.
"Sudah sana temui abangmu, Appa sedang ada urusan".
"Ani apa,tunggu sebentar. Hufhtt kalau begitu adek minta waktu sampai besok, karena sekarang Abang sedang ga enak badan. Adek takut nanti kalo adek udah ke Jepang ga ada yg ngurus dia. Jebal appa". Ara memohon kepada appanya, ia sangat takut jika abngnya sakit tidak ada yg menemani.
"Tidak bisa sayang, keberangkatan tidak bisa ditunda. Lagian Abang mu itukan sudah besar, sudah Appa ada urusan lain".
"tapi Appa, jebal Appa... Hiks...". Appanya mematikan telepon bgtu saja padahal Ara belum selesai bicara padanya.
"sttt pergilah jgn buat appa marah". Jimin yg mendengar semuanya memeluk adik kecil nya itu.
"A-abang kenapa disini, obat nya udah diminum? Makannya udah abis belum? Ayok makan dulu". Ara yg terkejut mengalihkan pembicaraan dan menarik tangan abngnya ke dalam.
"udh kok".
"Bener?".
"Iya adek makan gih trus siap". Jimin hanya bisa menunduk menyembunyikan wajah sedihnya.
"Mian, adek udah coba ngomong tapi Appa ga mau denger adek hikss".
"Sttt udh ishh ngk ush nangis disini kan abang juga yg salah emm".
"Enggak Abang ga salah, appa itu terlalu menuntut ini itu. Padahal kita disini juga mandiri tanpa mereka. Pokonya adek ga mau pergi". Ara beranjak duduk disofa ia kesal sangat kesal dengan kelakuan appanya.
"Ngk papa". Jimin yg tau itu menyusul adeknya dan duduk di sampingnya.
"Nggak papa apanya, Abang mau nya adek pergi gtu?".
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Kesayangan
Teen FictionIkut eomma dan appa ke Jepang ku fikir sangat menyenangkan, ternyata kenyataan nya sangat berbeda. Sebuah pelangi yg ku impikan disana ternyata malah awan hitam yg ku dapatkan. Bahkan disaat ku kira bersatu kembali dengan abang awan itu hilang, tpi...