First Dinner With Family

203 18 1
                                    

-AUTHOR POV-

Malam hari tiba, seluruh anggota keluarga Park menikmati hidangam makan malam dengan suasana yg hangat namun canggung. Park Do Yun salah satu pengusaha sukses di Korea yg menikahi gadis pujaan nya Kim Ji Woon salah satu model terkenal di Korea. Dari Pernikahan itu mereka memiliki 2 malaikat kecil yg mereka beri nama, Park Jimin dan Park Ara. Terlahir dari keluarga yg berada tidak membuat Ara dan Jimin menjadi sombong dan gila harta. Mereka belajar dari sang nenek juga sang kakek, yg selama ini mengajarkan mereka arti kehidupan yg sebenarnya. Yaitu harta yg sesungguhnya adalah keluarga, harta yg paling berharga adalah Keluarga😚 eh kembali ke laptop hehe..

"Jimin bagaimana setelah lulus kuliah ini kau mau kan menerus kan perusahaan appa?". Tanya Tuan Park pada anaknya.

"Emm nanti ku fikirkan lagi, aku ingin  dirumah dulu bersama adek. Menikmati waktu ku yg hilang dengan adek". Ucap Jimin dingin pada Appa nya, Jimin memang tidak terlalu dekat dengan sang ayah. Sejak dia dipisahkan dari adiknya, baginya appa nya lah alasan terbesar ia terpisah lama dengan sang adik.

"Baiklah, appa terima keputusan mu. Tapi jangan terlalu lama, kau juga harus bantu appa. Bagaimana pun kau satu-satunya penerus perusahaan Park, kau mengerti?". Tegas tuan Park pada Jimin.

"Hm ne". Jawab Jimin dengan singkat. Suasana kembali senyap setelah percakapan itu, Ara dan Ny. Park hanya menyimak obrolan mereka.

"Appa, adek gimana sekolah nya?". Keheningan pun di pecahkan dengan pertanyaan Ara.

"Emm nanti appa carikan dlu sekolah terbagus disini, atau sekolah abangmu yg dulu saja ya. Itu juga bagus eomma, bagaimana?". Tanya tuan Park pada istrinya itu.

"Ne, itu lebih baik". Jawab nya dengan senyum hangat.

"Okey, disana juga tidak papa". Ucap Ara yg sedang memakan buah apel di tangannya.

"Appa ke kamar dluan, ada kerjaan". Tuan Park langsung pergi meninggalkan meja makan menuju kamar dan meneruskan pekerjaannya.

"Eomma ke kamar ne." Ucap nya yg langsung beranjak ke kamar menyusul suami nya itu. Piring dan gelas yg kotor pun langsung di angkat dan dibereskan oleh asisten rumah tangga keluarga itu.

"Em sudah biasa".

"Maksudnya?."

"Ya maksudnya adek mereka memang bgtu, habis makan pasti kerja lagi. Heran sudah kaya masih saja bekerja siang malam". Ucap Ara kesal pada abangnya itu.

"Sstt, gak boleh bgtu. Itu juga semua demi kita kan". Ucap Jimin lembut dan langsung mengacak rambut adiknya itu.

"Ck ish, tapi aku tidak hanya butuh uang mereka. Aku butuh perhatian mereka bang". Ara yg langsung membenarkan rambutnya itu langsung beranjak dan naik ke atas dan masuk ke kamar abangnya.

"Eh kebiasaan main tinggal aja". Susul jimin

"Huwah kamar abang juga sudah berubah"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Huwah kamar abang juga sudah berubah". Ara langsung berbaring di kasur empuk milik Jimin, sudah sangat lama dia tidak menikmati kasur empuk ini dalam hatinya.

"Ish jangan suka meninggalkan ku tiba-tiba kenapa sih". Jimin langsung ikut berbaring di samping adek nya itu dengan memasang wajah manyun nya.

"Eh hihi aigoo, kemarilah". Ara terkekeh melihat tingkah abangnya itu, dia sangat gemas dan langsung memeluk abangnya itu.

"Maaf, abis adek tuh kesel. Jangan abang fikir adek di Jepang senang-senang ya, no. Big no, adek justru kesepian banget disana. Setiap hari eomma dan appa pulang larut dan adek sendiri dirumah." Ara langsung mengeratkan pelukannya, dia sedih ketika mengingat itu semua. Ikut eomma dan appa nya ke Jepang yg dulu dia pikir sangat menyenangkan, ternyata kenyataan nya sangat berbeda. Dia setiap hari ditinggal kerja kedua orang tuanya, dan sangat kesepian disana. Dia ada rasa menyesal karena tidak menuruti omongan abangnya 10 tahun yg lalu.

*Flashback on*

Di suatu ruang keluarga yg besar, keluarga Park sedang berkumpul dan bersantai. Hanya ada keheningan disana, sampai akhirnya.

"Ara, Jimin, Appa dan eomma  akan ke Jepang besok sayang dan mungkin akan sangat lama disana". Ara dan Jimin sangat terkejut mendengar itu, bgtu jga haelmoni dan haraboji. Ya mereka sedang menginap dirumah anak nya, untuk melihat cucu-cucu mereka yg beranjak besar. "Yun kau yakin? Mereka masih kecil-kecil untuk kalian tinggal lama". Ucap sang ayah yg sangat heran dengan anaknya itu, dia memang bangga anak nya bisa sehebat ini meneruskan perusahaan keluarga. Tetapi tidak begini juga, dia terlalu mementingkan pekerjaan dari pada keluarga nya sendiri.

"Do Yun eomma rasa, menantu disini saja. Tidak perlu ikut bersamamu. Karena anak-anak kalian butuh eomma nya". Sambung sang ibu yg langsung mengelus pipi Jimin dan Ara. Mereka keluar kota seminggu saja Jimin dan Ara sudah rindu apa lg keluar negeri dan sangat lama.

"Tidak bisa eomma, kami harus pergi. Dan besok berangkat, em rencananya kami akan menitipkan Jimin dan Ara pada eomma dan appa". Mereka tetap bersikuat pada pilihan mereka, Jimin dan Ara harus tetap disini.

"Tapi Ara mau ikut eomma hikss Ara mau sama eomma". Ara yg mendengar itu langsung menangis histeris, membuat eomma nya tidak tega meninggalkan putri satu-satunya itu. Ara memang sangat dekat dengan sang ibu, sehingga iya sangat histeris ketika mendengar eomma dan appa nya akan pergi keluar negeri sangat lama.

"Em kalau bgtu Ara ikut eomma dan appa ne". Ucap sang ibu pada Ara dan Ara langsung sangat senang mendengar itu, tetapi tidak dengan Jimin dia langsung sedih mendengar hal itu. Kenapa hanya adiknya yg di ajak? Kenapa dia tidak? Tapi yg ia sedihkan bukan itu, tetapi adiknya yg sangat ia sayangi. Dia akan berpisah dengan adiknya itu.

"Aniyo, adek tidak boleh pergi. Kalau adek pergi abang ikut juga". Jimin langsung buka suara ketika mendengar hal itu.

" Tidak bisa sayang, kami tidak bisa membawa kalian berdua. Eomma dan appa akan repot disana".

" Tapi Appa Jimin janji tidak akan nakal".

"Jangan bantah Jimin, kau disini dengan haelmoni dan haraboji". Tegas sang ayah, Jimin sangat sedih mendengar hal itu membuat dia beranjak pergi meninggalkan ruang keluarga.

"Abang mau kemana? Adek ikuttt". Ara langsung menyusul abangnya yg langsung ke arah taman belakang.

"Hikss kenapa abang gak boleh ikut, abang kan gak mau pisah sama adek". Dia duduk di kursi taman belakang, dan menangis sejadinya.

"Abang kenapa nangis, Ara nanti bakalan sering jenguk abang kok". Ara langsung duduk di samping abangnya yg sedang menangisi nya itu.

"Andwaeyo, kau harus tetap disini dek. Abang tidak mau pisah dengan mu hikss". Jimin langsung memeluk erat adiknya itu.

"Tapi adek pengen ke Jepang, sepertinya seru. Adek akan berlibur disana".

"Ani, eomma dan appa bekerja. Kau akan sering ditinggal. Disini saja denganku ne".

"Mianhae adek tetep mau ikut". Ara menepuk punggung abangnya itu.

"Hufh, ne. Arrayo, jika itu keputusan mu. Abang dukung. Tapi ingat kita harus tetap beri kabar ne".

"Ne, siap bos". Jawab Ara dengan penuh semangat.

Dan keesokan harinya pun mereka berangkat ke Jepang dengan meninggalkan jimin kecil bersama nenek dan kakeknya.

*Flashback off*

"Kan sudah abang bilang bukan? Kau akan sering ditinggal karena eomma dan appa bekerja". Jimin langsung memeluk erat balik adiknya.

"Iya aku tidak tau waktu itu kan aku masih kecil".

"Iyaiya, kau mau tidur dengan ku?".

"Emm". Ara hanya mengangguk dan langsung tertidur di pelukan abangnya.

"Hmm hihi good night bayi kecil". Jimin pun menyusul Ara ke dalam mimpi.



Don't forget to vote guys, and happy reading!!!😋😍

Adik KesayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang