45

14 2 0
                                    

"Panggilan kepada siswi bernama novita aquenza kelas 11 ipa3 untuk keruang BK, sekali lagi, Panggilan kepada siswi bernama novita aquenza kelas 11 ipa3 untuk keruang BK, terima kasih."

Novita yang sedang duduk di kursi taman menghela nafas pelan, ia sudah tahu alasan mengapa dirinya di panggil di pengeras suara itu pasti tentang perkelahianya dan adel pagi tadi di lorong sekolah.

Dengan ogah-ogahan ia beranjak dari duduknya dan berjalan kearah ruang bk yang letaknya tidak terlalu jauh dari taman.

Baru saja ia hendak membuka pintu ruang bk tetapi pintu itu sudah lebih dulu di buka dari dalam, terlihat riza yang menatapnya datar dengan kedua tangan yang di masukan kedalam saku celana.

Riza menatapnya sebentar lalu ia berjalan kembali melewati novita yang masih termenung di depan pintu.

Novita tersadar ia menoleh menatap riza yang berjalan dengan santainya di lorong, ia mengejar riza dan berdiri tepat di hadapanya.

Terlihat rahang riza yang di tempel plester, ia sangat ingin menyentuh luka itu tapi ia tahu riza akan menolaknya.

"Za."

Riza mengangkat salah satu alisnya seolah bertanya 'ada apa?.'

Novita diam, ia bingung harus bicara apa sekarang banyak yang  menatap dirinya dan riza karna sekarang masih jam istirahat.

Terdengar riza berdecak pelan lalu ia kembali berjalan melewati novita.

Novita berbalik dan kembali mengejar riza, ia ikut berjalan di samping riza tetapi riza malah semakin mempercepat langkahnya membuat novita kelelahan mengejar langkah besarnya itu.

"Za kenapa lo kaya gini?." Novita terus mengejar riza yang semakin menjauh.

Merentangkan tanganya di hadapan riza, seolah melarang riza untuk berjalan lebih jauh.

"Lo masih gak ngerti juga?." Akhirnya riza membuka suara.

"Enggak, lo dari tadi diem. Kasih gue alasan kenapa lo jadi kaya gini."

"Karna gue malu deket-deket sama cewe kaya lo."

Ucapan riza berhasil membuat hatinya tertusuk, bagaimana tidak pria yang sudah ia yakini akan menjadi sebagian dari hidupnya malah berbicara seperti itu, murid-murid yang mendengar itupun tak kalah kagetnya bahkan mereka mengabadikan momen itu dengan memvidiokan kejadian di hadapan mereka.

"Tapi lo tau, gue gak salah za, ini hanya salah paham."

"Gue gak peduli, jadi mulai sekarang lo berhenti deket-deket gue, berhenti kasih perhatian yang gak berguna buat gue." Ujarnya sekali lagi membuat novita sekuat mungkin menahan air matanya.

"Tapi itu bukan salah gue." Katanya pelan.

"Gue gak peduli itu mau salah lo atau bukan, tapi yang pasti lo berhenti deketin gue." Tegasnya dengan tatapan tajamnya.

Novita memejamkan mata menahan sakit di hatinya dan juga rasa malu tentunya, ia mendongak menatap riza.

"Lo tau za?, walaupun lo udah bilang kaya tadi tapi kenapa gue masih suka sama lo?, kenapa gue gak benci sama lo?."

Riza diam ia bingung harus menjawab apa karna sejujurnya ia juga tidak ingin seperti ini.

"Tapi gue bakal tetep berjuang buat dapetin cinta lo kembali." Novita tersenyum lebar.

Riza mengabaikan ia kembali berjalan meninggalkan novita di lorong dengan desas-desus para murid.

'Kasian banget deh, bokap di penjara terus di tinggalin riza pula.'

With You (Judul Lama Love Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang