40

31 10 6
                                    

Seperti perkataan ardi semalam jika ia akan mengajak riza untuk berbaikan dan memulai semuanya dari awal tentunya tanpa zila.

Terbukti sekarang mereka tengah berhadapan saling pandang dengan tatapan datar tentunya.

Ardi bingung harus memulai dari mana begitupun riza.

"Lo bisa ceritain kejadianya secara ditail?." Akhirnya ardi membuka suara.

Riza menggangguk ia mulai menceritakan semuanya dari awal.

Riza dan zila pergi berdua ke taman yang sebelumnya belum mereka kunjungi, tadi mereka mengajak ardi tetapi karna ardi sedang tidak enak badan jadinya ia tidak ikut.

Mereka berdua duduk di salah satu kursi yang ada disana.

"Lo tau gak zil?, tadi gue kesel banget sama si alan." Ujar riza kesal dengan teman sekelasnya.

"Kesal kenapa sih za?, perasaan kalo bersangkut pauttan dengan si alan kesel mulu kamunya." Kata zila dengan posisi duduk yang berubah.

"Nih ya gimana gak kesel coba?, dia se enak jidatnya nyontek pr ke gue, mana gak bilang-bilang!! Kan kesel gue." Riza yang dulu sangat-sangat jauh berbeda dengan riza yang sekarang.

Zila tersenyum ia berdiri dan mengusap rambut riza. "Udah jangan kesel lagi, mending beliin zila es krim."

Berdesis riza berdiri dan tersenyum hangat lalu mangacak-acak rambut zila." Bentar gue beliin dulu."

Riza menyebrang dengan pandangan menatap zila ia sedang tersenyum kearah zila dengan mata yang ia kedip-kedipkan membuat zila menggeleng.

Tanpa disadari ada sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menghampirinya, zila yang menjadari membulatkan mata dan berlari kearah riza.

"Awas." Teriaknya.

Sampai akhirnya mobil itu menabrak zila hingga terpental, riza yang melihat jelas kejadian itu hanya diam membeku tanpa bisa berbuat apa-apa.

Apa semua ini kesalahanya?

Riza menghampiri zila yang kini sudah kerumuni oleh orang-orang bahkan mobil yang tadi menabraknyapun berhenti dan bilang akan bertanggung jawab.

"Zila!!." Teriak riza.

Ia menyimpan kepala zila yang berlumur darah di pahanya, menangis sesenggukan ia mengusap pipi zila dengan tangan bergetar.

"Zila bangun zila." Katanya, mengguncang tubuh zila.

Riza terus mengusap wajah zila yang berlumur darah bukan wajah saja tetapi tubuh zila juga.

"Tolong panggilkan ambulance."

Riza menangis dengan memeluk zila membuat orang-orang disana menatapnya sendu.

Setelah selesai menceritakan kejadian beberapa tahun lalu riza menatap ardi dengan sendu bahkan air matanya membendung di kelopak matanya.

"Apa semua ini salah gue ardi?." Tanyanya.

Ardi menatap atap di atasnya agar air matanya tidak keluar.

"Enggak gue minta maaf karna selalu nuduh lo za, seharusnya gue dengerin dulu kejadian sebenernya, gak langsung ambil keputusan gitu aja." Katanya dengan mata yang berkaca-kaca.

Untuk beberapa menit hanya keheningan menghampiri mereka.

"Apa kita bisa sahabattan lagi kaya dulu?." Tanya riza.

Mengangguk ardi menatap riza." Gue bener-bener minta maaf riza hiks." Akhirnya ia menangis membuat riza juga ikut menangis.

Walaupun keduanya di kenal sebagai ketua geng yang sangat menyeramkan tetapi mereka sangat-sangat jauh dari kata menyeramkan itu jika sudah bertemu seperti sekarang.

With You (Judul Lama Love Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang