Hari ke tiga ujian sekolah, akhir-akhir ini entah kenapa hidup novita terasa sepi seperti ada yang hilang dalam hidupnya, ia berjalan di lorong koridor dengan pandangan kosong. Jam pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit lalu tetapi ia baru akan pulang sekarang, sekolah juga sudah mulai sepi hanya tersisa anak-anak yang mengikuti eskul basket, renang, dan geramben.
Novita berhenti berjalan, ia memperhatikan seseorang yang sekarang baru ia lihat, novita menatap sarah yang juga menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.
Novita menyernyit tak kala melihat luka lebam di lengan kiri sarah dan juga leher sarah yang terlihat merah seperti cakaran.
Ia berjalan menghampiri sarah yang masih berdiri didepannya. "Apa kabar?."
Sarah menatapnya tidak suka. "Gak usah sok manis di depan gue, muak gue liatnya." ujar sarah bersidekap.
"Gue gak sok manis, gue hanya nanya kabar aja." balasnya.
"Serah" Sarah kembali berjalan menghiraukan novita yang masih menatapnya.
Setelah melihat sarah sudah hilang di ujung sana novita kembali melanjutkan langkahnya, ia berjalan di pinggir lapangan yang lumayan ramai karna anak-anak basket sedang berlatih.
Disana juga ada riza yang terlihat tampan dengan baju basket dan headband hitam yang ia kenakan di tambah keringat yang bercucuran sangat berkali-kali lipat tampanya.
Berhenti berjalan ia memperhatikan anak-anak basket yang tengah fokus berlatih, satu yang menarik perhatiannya yaitu riza, ia tersenyum tipis saat riza berhasil memasukan bola kedalam ring.
Ia tersenyum semakin lebar lagi saat riza berhasil merebut bola sampai tidak sadar bola yang seharusnya riza lempar ke arah aksa malah mengenai nya.
Bugh
Novita mundur beberapa langkah dengan tangan yang memegang hidungnya yang terasa sakit dan perih, darah keluar dari hidungnya membuat mereka menggerumuninya.
Ia tidak pingsan hanya shock saat melihat darah keluar dari hidungnya ditambah pusing di kepalanya, ia menggelengkan kepala saat matanya memburam, sekuat mungkin ia menahan diri untuk tidak pingsan kedua kalinya di hadapan mereka.
"Ta gapapa?." Aksa memegang pundaknya.
Novita menggeleng dengan mendongak agar darah dari hidungnya tidak banyak keluar, salah satu anak basket memberikan tisu yang langsung ia terima.
"Gila darahnya banyak bener yang keluar. Tanggung jawab lu za." ujar riko salah satu anak basket.
Novita menyumpal hidungnya dengan tisu ia menatap riza yang menatapnya datar.
"ini sakit loh, gak mau minta maaf?, atau apa gitu?." katanya dengan suara serak.
"Gak." balas riza lalu berbalik hendak meninggalkan lapangan.
Novita melongo saat mendengar jawaban riza, ia mengejar riza lalu menahan lenganya membuat riza berbalik menatapnya tajam dan tangannya yang di hempaskan oleh pria itu.
"Seengaknya minta maaf aja cukup."
"Gue gak salah." ucap riza.
"Gak salah lo bilang?." novita mengalihkan pandangan dengan tersenyum ia melepas tisu yang mengumpal hidungnya lalu kembali menatap riza. "Udah jelas-jelas lo yang lempar bola itu!."
"Suruh siapa berdiri disitu?." Tanya riza, novita terdiam bingung harus menjawab apa.
"Cih bingungkan mau jawab apa." Riza menggeleng lalu melanjutkan langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You (Judul Lama Love Story)
Jugendliteratur(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Novita yang mencintai riza dan ingin mendapatkanya, beriring sejalanya waktu riza pun memiliki rasa yang sama kepada novita. Dekat, dekat, dan semakin dekat sampai akhirnya satu masalah kecil membuat mereka terpisah, riza ya...