53

18 2 0
                                    

Riza berjalan memasuki ruang rawat dandi dengan kedua tangan di masukan ke saku, ia menatap datar dandi yang tengah duduk di kasurnya.

Sudah 1 minggu dandi sadar dari komanya, tau nama siapa yang ia sebut disaat sadar? Tentu saja vika entah kenapa pria itu malah menyebut nama vika.

"Gimana keadaan lo?." Tanya riza sambil berdiri di samping kanan dandi.

Dandi menatap riza datar." Seperti yang lo liat, gue baik-baik aja."

"Gue bener-bener minta maaf za." Lanjut dandi.

"Jangan minta maaf ke gue, minta maaf ke novita." Kata riza datar.

"Gue juga minta maaf sama lo karna udah jadi cowo brengsek, cowo brengsek ini gak pantes jadi sahabat lo."

"Gue udah denger semuanya dan gue udah maafin lo, jadi cepet sembuh dan cepet balik lagi ke sekolah dan markas, markas sepi kalo gak ada lo." Riza berjalan  keluar dari ruangan itu.

Satu masalah dalam hidupnya sudah selesai tinggal satu masalah lagi, bagaimana ia bisa menggagalkan perjodohan ini? Ia benar-benar tertekan dengan semua ini.

Terus berjalan di lorong rumah sakit dengan pikiran campur aduk, sudah lama ia dan novita tidak saling menyapa ataupun memberi kabar seperti beberapa hari lalu.

Jika ditanya apa riza rindu dengan semua itu? Jawabanya 'iya' dia rindu dengan semuanya, ia rindu dengan kenanganya dan novita yang dengan terpaksa harus ia lupakan, ia sangat ingin memeluk dan berbicara keluh kesahnya kepada gadis itu, ia rindu saat gadis itu mengelus rambutnya dengan pelan dan berhasil membuatnya tidur saat itu, ia rindu saat gadis itu memeluknya dari belakang dengan erat saat ia dengan sengajanya mengebut di jalan, ia rindu saat gadis itu memarahinya karena hal-hal kecil, dan masih banyak lagi kerinduanya kepada gadis itu.

Riza mendongak dan menatap sosok gadis yang tengah ia rindukan saat ini tengah berjalan berlawanan dengan pandangan menatap ponsel.

Ia terus memperhatikan gadis itu sampai akhirnya ia melihat gadis itu mendongak dan menatapnya kaget.

Riza menghampiri novita dan mengikis jarak mereka, ia memperhatikan raut wajah yang sangat berbeda dengan raut wajah yang gadis ini berikan beberapa hari lalu.

Novita menatap riza datar baru saja ia berjalan hendak melewati riza tetapi riza sudah lebih dulu menahan lenganya.

Entah dorongan dari mana ia dengan beraninya menahan lengan novita yang hendak melewatinya. "Lo mau kemana?."

"Gue rasa lo gak perlu tau." Novita menghempaskan lengan riza yang tadi memegang lenganya.

Riza mengeraskan rahangnya saat novita menghempaskan lenganya ia tidak suka jika ada orang yang dengan seenaknya menghempaskan lenganya begitu saja, ia menatap novita tajam.

Dengan sekali tarikan tubuh mungil itu sekarang sudah ada dalam dekapanya, masa bodoh dengan resiko yang nantinya akan ia terima, sekarang ia sangat-sangat merindukan gadis ini mendekapnya dengan erat seakan enggan melepaskan, ia semakin mengeratkan pelukanya saat novita berontak dalam dekapanya.

Novita yang kaget dengan kelakuan riza pun hanya melotot dan berontak tetapi sialnya riza malah semakin mengeratkan pelukanya, untung saja di lorong ini sepi tidak ada orang hanya mereka saja.

Novita terus berontak walaupun ia tahu itu akan sia-sia.

"Sebentar, sebentar aja novita." Gumam riza tepat di telinganya.

Novita diam membiarkan riza memeluknya tanpa sadar juga ia balas memeluk tubuh tegap itu, jujur ia sangat-sangat rindu pelukan ini, ia senang riza memeluknya tetapi ia juga sedih saat mengingat fakta jika riza sudah mempunyai tunangan.

With You (Judul Lama Love Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang