Bagian 18

5K 449 46
                                    

Mobil mewah Guo Cheng berhenti di salah-satu hotel bintang lima. Sepertinya ia tidak main-main untuk membawa Fanxing ke hotel.

"Untuk apa kau membawaku kemari?" Zheng Fanxing yang merasa bingung akhirnya membuka suara untuk bertanya.

"Menunjukan seberapa binalnya aku" ujar Guo Cheng tanpa ada rasa ragu di dalamnya.

"Kau..." Fanxing tidak dapat melanjutkan ucapannya saat menemukan wajah dingin milik Guo Cheng, tidak seram sama-sekali memang, tapi saat melihat wajah manis itu begitu tanpa ekspresi sedikit membuat Fanxing merasa bersalah. Sungguh ia hanya bercanda tadi.

"Ada apa? Ayo turun!" bukan ajakan tapi lebih terdengar seperti perintah di telinga Fanxing.

Guo Cheng sudah akan membuka pintu mobil, tapi pergerakannya terhenti saat tiba-tiba saja Fanxing menariknya dengan cukup keras.

"Ada apa lagi? Ah kau ingin aku melakukannya di sini?" Guo Cheng menyeringai, tapi sebenarnya hatinya begitu sakit dan merasa begitu rendah saat ia mengatakan hal seperti itu.

"Cheng sungguh aku hanya bercanda tadi" Fanxing menatap Guo Cheng penuh dengan penyesalan.

Guo Cheng terkekeh "Kau bercanda? Tapi di sini sakit" Guo Cheng menunjuk dada sebelah kirinya "Begitu sesak saat kau mengatakannya hiks" runtuh sudah pertahanan Guo Cheng. Ia tidak pernah tahu bahwa mencintai bisa sesakit ini.

Jangan tanya bagaimana Fanxing sekarang. Yang bisa ia lakukan hanya diam dan menatap Guo Cheng, ia menyesali perkataannya tadi, terlebih saat melihat wajah ceria Guo Cheng kini penuh dengan air mata.

Setelah beberapa menit hanya diam akhirnya Fanxing memutuskan turun dari mobil, lalu membuka pintu mobil untuk Guo Cheng.

"Ayo turun!" Zheng Fanxing menggenggam tangan Guo Cheng, lalu menariknya cukup keras, menuntun tubuh mungil itu masuk kedalam gedung hotel. Ntah apa yang akan dilakukan olehnya di dalam sana, semoga saja ia tidak melakukan hal-hal yang dapat membuat ia menyesali semuanya.

.
.
.
.
.
.
.
.

Tepat pada pukul 10 malam Wang Yibo, baru membuka matanya. Ia mengedarkan pandanganya pada setiap sudut ruangan, tapi sosok yang ia cari tidak ada di sana.

Wang Yibo melihat pakaiannya yang sudah berganti menjadi baju tidur miliknya, Wang Yibo memang tertidur menggunakan seragamnya, ia terlalu malas, dan lelah untuk menggantinya. Wang Yibo tahu siapa yang mengganti bajunya itu, hal itu pasti ulah suaminya. Lagi dan lagi Wang Yibo tersenyum bodoh, kenapa ia terlihat seperti anak perawan yang sedang jatuh cinta sekarang.

"Apa kau mimpi indah? Sampai-sampai senyuman bodoh itu masih ada di wajahmu"

Xiao Zhan berdiri di ambang pintu, memperhatikan Wang Yibo yang masih duduk di atas tempat tidur.

"Hmm, Yibo bermimpi hal yang begitu indah" Ujar Yibo dengan senyuman lebarnya.

"Zhan Ge belum tidur?" ujar Yibo lagi. Ia merentangkan tangannya meminta Xiao Zhan untuk memeluknya.

Xiao Zhan melangkahkan kakinya mendekat pada Yibo, ia mendudukan bokongnya tepat di samping Yibo, lalu memeluk tubuh istrinya itu.

"Gege akan tidur, tapi saat memasuki kamar, Gege malah melihat bayi kesayangan Gege ini terbangun" ujar Xiao Zhan terkekeh pelan.

Wang Yibo ikut terkekeh mendengar penuturan Xiao Zhan.

"Ayo kita tidur Ge!" Wang Yibo melonggarkan pelukannya, lalu memposisikan tubuhnya bersiap-siap kembali tidur.

Xiao Zhan menganggukan kepalanya menanggapi ajakan Yibo. Ia ikut berbaring di sebelah Yibo, lalu memeluk tubuh itu posesif.

"Besok Gege harus makan siang di kantin denganku yah" Wang Yibo mendongakan wajahnya untuk melihat Xiao Zhan.

"Kenapa tiba-tiba hmm?" Xiao Zhan mengecup pucuk kepala Yibo dan mempererat pelukannya.

"Hanya ingin menunjukan bahwa Gege milik Yibo"

Xiao Zhan terkekeh mendengar perkataan Yibo "Baiklah, sekarang tidur! Ini sudah malam"

Tidak ada obrolan lagi setelah itu. Wang Yibo lebih memilih menyembunyikan wajahnya di dada bidang Xiao Zhan, dan bersiap menjemput mimpi indahnya.

"Sweet dream baby" Xiao Zhan kembali mengecup pucuk kepala Yibo cukup lama, lalu setelahnya ia ikut terlelap.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Ada apa dengan cara berjalanmu?" Wang Yibo memicingkan matanya curiga pada Guo Cheng. Namun Guo Cheng hanya diam, dan menjatuhkan bokongnya secara perlahan pada kursi di depan Yibo. Wang Yibo masih menatap Guo Cheng curiga, temannya itu berjalan tertatih sama percis seperti ia yang baru pertama kali bercinta dengan Xiao Zhan.

Menyadari apa yang baru saja ia pikirkan, matanya langsung membulat sempurna, dan setelahnya ia menatap tajam pada Guo Cheng. Dan membalikan tubuh Guo Cheng untuk menghadapnya.

"Jangan bilang kau baru saja 👉👌" Wang Yibo memberikan contoh dengan jarinya. Dan anggukan kepala Guo Cheng membuat jantung Wang Yibo ingin lepas rasanya.

"Siapa? Jangan bilang om-om mesum yah" ujar Yibo heboh.

"Jangan berisik sialan" Guo Cheng melihat sekitar, dan benar saja semua anak-anak di kelasnya menatap mereka. Bukan hal biasa sebenarnya tapi ini adalah pembicaraan yang tidak boleh diketahui siapapun.

"Kau gila Cheng, katakan siapa orang itu?" Wang Yibo tidak perduli dengan ucapan Guo Cheng tadi, ia tetap terlihat heboh sendiri, membuat Guo Cheng mau tidak mau harus memukul kepala sahabatnya itu.

"Aku tidak akan cerita jika kau tetap berlaku seperti orang gila" ketus Guo Cheng.

"Hehe, baiklah...katakan!"

"Zheng Fanxing" ujar Guo Cheng sepelan mungkin.

"APA ZHMMMFPP" Guo Cheng segera membekap mulut ember Yibo.

"Sudah aku katakan jangan berisik Wang sialan Yibo atau Xiao sialan Yibo" Guo Cheng menatap Yibo kesal.

"hah hah...aku hampir mati" ujar Yibo setelah berhasil mengatur nafasnya.

"Tapi bagaimana bisa Cheng? Apa kau dan Fanxing sudah resmi berpacaran?"

Guo Cheng menggelengkan kepalanya lemah.

"Bahkan ia meninggalkanku di hotel setelah melakukannya" Guo Cheng menundukan kepalanya. Matanya sudah berkaca-kaca, ia merasa seperti jalang yang setelah puas di tinggalkan begitu saja.

"Sialan, akan aku hajar bocah tengik itu" Wang Yibo mengepalkan tangannya, ia tidak terima saat melihat teman bangsatnya ini disakiti, dan lebih tidak terima lagi saat menemukan Zheng Fanxing yang memasuki kelas sambil tertawa riang dengan siswi yang bernama Jia Li.

"Lihat!" Wang Yibo menunjuk ke arah Fanxing dan Jia Li menggunakan dagunya.

Guo Cheng segera berbalik untuk melihat apa yang dimaksud Yibo, dan setelahnya ia tersenyum pahit. Guo Cheng menangis, dan Zheng Fanxing yang tertawa, sungguh lelucon kehidupan itu sangat tidak lucu.

"Ayo buka matamu" Wang Yibo mengulurkan kedua tangannya, lalu melebarkan mata Guo Cheng menggunakan jari telunjuk dan ibu jarinya, membuat air mata yang sedari tadi Guo Cheng tahan jatuh begitu saja.

"Ah matamu terlalu sipit sehingga tidak bisa melihat betapa brengseknya seorang Zheng Fanxing" ujar Yibo, lalu menarik tangannya.

"Aku tidak buta sialan" protes Guo Cheng tidak terima.

"Kau buta karena cinta sayang" ujar Yibo terkekeh.

Di sisi lain, Zheng Fanxing terus saja mencuri-curi pandang pada Guo Cheng. Ia ingin meminta maaf karena ia yang harus meninggalkan Guo Cheng begitu saja di hotel, bukan karena kemauannya tapi ia mempunyai urusan yang mendesak dan tidak bisa ia abaikan begitu saja.







TBC.

Garing gak? Garing gak? Garinglah masa nggak hehe.

Kebanyakan lihat Tiktok yah gini jadinya.

Semoga kalian suka yah sama chapter kali ini😆

MY TEACHER IS MY HUSBAND {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang