Bagian 44

4.3K 396 74
                                    

Wang Yibo, Fanxing, serta Guo Cheng kini telah sampai di Rumah Sakit. Mereka berdua kini sedang mondar-mandir tidak jelas di depan pintu IGD, menunggu hasil pemeriksaan Wang Yibo yang kini telah di lakukan oleh dokter Victoria.

Tap.

Tap.

Tap.

Bruk.

Suara langkah kaki, serta bunyi sesuatu yang terjatuh membuat Fanxing, dan juga Guo Cheng menoleh dengan serempak.

"Hahaha" tawa Guo Cheng pecah begitu saja, saat menemukan Xiao Zhan yang menabrak tempat sampah sampai berserakan di lantai, serta Xiao Zhan yang telungkup di atas lantai membuat Guo Cheng tidak tahan untuk tertawa.

Fanxing sendiri mati-matian menahan tawanya, bagaimanapun mereka sedang berada di rumah sakit, dan mereka tidak ingin mengambil resiko dengan diusir dari sini. Fanxing yang menyadari Guo Cheng tidak juga menghentikan tawanya, bahkan saat Xiao Zhan kini telah berdiri tepat di hadapan mereka dengan menatap tajam Guo Cheng, tapi sepertinya kekasihnya itu tidak takut sama sekali. Fanxing lalu menarik Guo Cheng, dan menutup mulut kekasihnya dengan tangannya. Berusaha menghentikan Guo Cheng yang terus saja tertawa.

"Ekhmm" Zhan berdehem pelan untuk menetralkan tenggorokannya yang sedikit terasa kering. Bisa-bisanya ia terjatuh di situasi seperti ini.

"Dimana Yibo?" ujar Xiao Zhan tiba-tiba.

"Ada di--"

"Anda sudah datang tuan Xiao?" ucapan Fanxing terhenti, saat tiba-tiba saja suara seseorang memotong perkataannya. Dan saat ia menolehkan kepalanya kebelakang, ia melihat dokter Victoria yang sedang berdiri di ambang pintu.

Zhan yang melihat Victoria segera bergegas mendekat. "Bagaimana keadaannya?" ujarnya dengan nada suara yang terdengar jelas kekhawatiran.

"Seperti yang saya katakan, operasi caesar akan segera di lakukan, tapi sebelum itu saya minta Tuan Xiao menandatangani surat persetujuan tindakan" Victoria menjelaskannya dengan sangat tenang.

"Tentu" balas Zhan dengan cepat. Lalu keduanya kembali masuk ke dalam ruang IGD, meninggalkan Fanxing dan juga Guo Cheng.

Fanxing, dan Guo Cheng hanya bisa berdoa semoga Wang Yibo serta anaknya akan baik-baik saja. Lalu keduanya memilih duduk di kursi tunggu, karena demi apapun kaki mereka terasa berdenyut dan nyeri, karena terlalu lama berdiri.

"Cheng!" tidak lama setelah Guo Cheng menjatuhkan bokonnya, ia mendengar suara seseorang memanggil namanya dengan cukup keras, dan ternyata pelakunya adalah Nyonya Wang, Ibu dari Wang Yibo.

"Bagaimana keadaan Yibo? Apa anaknya sudah keluar? Apa keduanya baik-baik saja?" Nyonya Wang langsung memberikan rentetan pertanyaan pada Guo Cheng, membuat Guo Cheng memutar bola matanya malas beberapa kali. Dan saat Nyonya Wang tepat di hadapannya, ia baru sadar bahwa ternyata di sana ada mertua dari Wang Yibo juga, Ayah dan Ibunya Xiao Zhan.

"Sebentar lagi Yibo akan di pindahkan keruang operasi" bukan Guo Cheng yang menjawabnya, tapi Zheng Fanxing.

"Astaga! Kenapa penanganannya lama sekali?" Nyonya Wang terlihat gelisah, dan juga cemas. Putra kecilnya yang nakal akan melahirkan seorang bayi.

"Sabarlah sedikit" Nyonya Xiao menepuk pelan bahu Ibu dari menantunya itu, berusaha menangkan walaupun ia sendiri merasa cemas.

Sedangkan di dalam ruangan, Xiao Zhan sedang menemani Wang Yibo yang sebentar lagi akan di pindahkan ke ruang operasi. Zhan dengan setia menenangkan serta memberikan kata-kata semangat untuk Yibo, walaupun ia harus merasakan sakit karena di aniaya oleh Wang Yibo.

"Zhan ge hiks...sakit" Yibo merengek, tangan kirinya terus di genggam erat oleh tangan besar Xiao Zhan, sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk memukul, mencakar, mencubit dan hal-hal lainnya untuk melampiaskan rasa sakitnya.

Zhan menggigit bibir bawahnya dengan kuat. Bohong jika ia katakan tidak merasakan sakit, bohong jika ia tidak sedih, bohong jika ia katakan ia baik-baik saja saat melihat Wang Yibo-nya merasakan sakit seperti ini. Mungkin setelah ini Xiao Zhan tidak ingin memiliki anak lagi, cukup satu kali ia melihat orang yang begitu berharga untuknya merasakan sakit, dengan air mata yang terus berlomba turun dari mata indahnya, pelipisnya yang bahkan kini sudah di banjiri peluh, dan bibirnya terus mengatakan kata sakit yang membuat dada Xiao Zhan sesak.

"Tuan Xiao operasi akan di lakukan, dan Tuan Wang Yibo harus segera di bawa" beberapa suster datang menghampiri Xiao Zhan, bersiap memindahkan Wang Yibo ke ruang operasi.

"Apa aku boleh ikut, dan menemaninya di ruang operasi?" Zhan bertanya dengan penuh harap, ia tidak akan membiarkan Yibo merasakan sakit sendirian tanpa ia di sampingnya.

"Emmm...masalah itu--"

"Tentu. Tuan Xiao boleh menemaninya" Victoria menyahut, memotong ucapan suster tersebut. Tak ayal mendengar perkataan Victoria membuat Xiao Zhan tersenyum lebar.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Yibo sudah berada di ruang operasi dengan Xiao Zhan yang masih setia di sampingnya. Sedangkan para dokter, dan suster kini sedang menjalankan tugasnya.

Yibo tidak kehilangan kesadarannya walaupun telah di berikan suntikan, karena yang di berikan obat bius atau suntik anestesi hanya bagian perut ke bawah tidak dari bagian dada ke atas.

"Masih terasa sakit hmmm?" Zhan mengecup kening Yibo beberapa kali, menatap penuh kasih sayang pada Wang Yibo.

Yibo hanya menganggukkan kepalanya dengan lemah, walaupun rasa sakitnya tidak separah tadi.

"Zhan ge!" Yibo memanggil Xiao Zhan dengan suara lemah, dan sedikit serak, karena ia terus-menerus berteriak sejak tadi, tentu saja tenggorokannya terasa sakit.

"Hmm? Yibo butuh sesuatu?"

"Pengen cium" Yibo memanyunkan bibirnya, ia tidak perduli walaupun banyak orang di sana, karena ia benar-benar ingin Xiao Zhan untuk menciumnya. Sedangkan Xiao Zhan yang melihat tingkah Yibo malah terkekeh, dengan air mata yang mengalir begitu saja. Zhan merasa bersyukur masih bisa melihat tingkah Yibo yang manja, dan menggemaskan seperti ini walaupun dalam situasi yang bisa Xiao Zhan katakan ini situasi yang menegangkan untuknya.

Cup.

Zhan mencium Yibo tepat di bibirnya, melumatnya sebentar sebelum kembali memisahkan tautan bibir itu.

Victoria yang mendengar dengan jelas percakapan Yibo, dan Xiao Zhan hanya bisa tersenyum maklum, sedangkan para suster yang berada di sana mati-matian menahan rasa iri.

Waktu terus berjalan dengan para dokter serta suster yang terus berjuang, berusaha membuat seorang bayi mungil yang masih dalam kegelapan lahir ke dunia. Yibo terus memeluk leher Xiao Zhan, sejak tadi ia enggan untuk melepaskan Xiao Zhan, atau membiarkan Xiao Zhan melangkah sedikitpun dari sisinya. Zhan rasa punggungnya ikut mati rasa karena terus menunduk membiarkan Yibo memeluknya, tapi Zhan tidak mempermasalahkan hal itu karena yang paling penting Wang Yibo merasa nyaman dalam posisinya saat ini.

"Oek, Oek, Oek," Suara itu terdengar, suara tangisan bayi yang membuat Wang Yibo serta Xiao Zhan menitikkan air mata bahagia, keduanya saling adu pandang tersenyum bahagia kala suara tangisan bayi semakin terdengar lebih kencang.

"Terimakasih sayang" Zhan mencium bibir Yibo sekilas, ia benar-benar merasa sangat bahagia sekarang, rasa bahagia yang bahkan tidak dapat Xiao Zhan gambarkan.

"Bayinya laki-laki Tuan, beratnya 3200 gram, dengan panjang badannya 49cm, lingkar dada 35cm dan lingkar kepala 34cm" seorang suster menggendong seorang bayi mungil yang bahkan masih belum berbusana,  lalu meletakan bayi itu di atas dada Yibo.

Yibo menangis, bukan menangis karena rasa sakit seperti apa yang ia rasakan tadi, tapi kali ini ia menangis karena berhasil membawa seorang bayi melihat indahnya dunia. Sedangkan Xiao Zhan, ia ikut menangis bahagia menyaksikan senyum bahagia milik Yibo, serta saat ia melihat langsung putranya. Zhan kembali menunduk, membawa tubuh kedua malaikatnya kedalam pelukan hangatnya. Zhan merasa bersyukur memiliki Wang Yibo, dan ia tidak pernah menyangka bahwa Tuhan sebaik ini padanya dengan menitipkan seorang bayi padanya, dan juga Yibo. Zhan janji akan menjaga keduanya dengan baik, ia tidak akan pernah membiarkan apapun melukai Yibo, dan putranya.













END.








HAHA NGGAK DEH MASIH BELUM WKWKW

MY TEACHER IS MY HUSBAND {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang