※23

133 60 96
                                    

"WAHH, CANTIK!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"WAHH, CANTIK!"

Aku tersenyum kecil melihat gadis itu tidak bisa diam, terus menerus berdecak kagum sembari berpindah dari satu ke yang lain.

Bias cahaya dari langit langit air di atas kami terlihat begitu kontras saat membayangi paras cerianya. Lihat, aku tidak akan lelah mengatakan kalau dia menggemaskan.

Kini, raganya diam di depan akuarium kepiting besar, sedang mengamati lamat lamat hewan di sana.

"Woah, Hyun!" Matanya tidak lepas dari si kepiting sementara tangannya meraih udara, mencariku.

Aku mendekat geli, menggapai tangannya yang terus menggantung sementara sang empu masih terkesan.

"Dia cantik," gumamnya.

Aku mengangkat alis, "Bukannya tampan? Kalau dia laki laki bagaimana?"

Jina berbalik, menatapku sesaat sebelum manggut manggut. Dahinya mengerut tanda dia sedang berpikir selagi mulutnya terbuka mengucapkan, "Oh, benar juga."

Aku tertawa kecil, menunjuk papan nama penjelasan dari kepiting tadi.

"Mau dia laki laki atau perempuan, dia memang mengesankan," ujarku.

"Iya. Di sebelah sana ada versi mungilnya. Sini!"

Jina menarik tanganku tidak sabaran, bergegas mengamati kotak akuarium lain.

Berputar putar melihat hewan laut, membeli camilan dan sempat mencoba pernak pernik di sini—walau keluar dengan tangan kosong, pemberhentian kami berikutnya untuk melihat pertunjukan duyung.

Putri duyung dari dongeng anak. Berenang di dalam akuarium demi mewujudkan fantasi mereka kalau putri duyung memang ada, padahal nyatanya itu cuma karangan semata.

Bukannya ini sama dengan pembodohan yang menghibur?

"Hyun." Jina menggoyangkan genggaman tangannya, berusaha menarik atensiku.

"Dulu, saat masih kecil, Yuna menyukai hal seperti ini. Dongeng anak, putri kerajaan, putri duyung, kisah manis seperti itu."

Maniknya terpaku pada sekumpulan anak yang menjerit senang saat pemain muncul dengan riasan putri duyung, berenang dengan sirip sambil menyapa mereka.

"Anak anak suka dongeng," sahutku.

Jina mengangguk, "Aku dan Yuna pernah menonton hal seperti ini. Setelah waktu pertunjukan habis dan putri duyung sudah pergi, Yuna menangis. Masih ingin bertemu, katanya."

"Berargumen kalau putri duyung tidak mungkin kehabisan napas di dalam air, dia sangat lucu waktu itu."

Aku melihat jelas sorot mata Jina yang menatap rindu momen bersama adiknya. Sesayang itu dengan saudarinya—walau bukan kandung.

"Jadi aku pernah bertekad untuk belajar berenang, menyelam agar bisa menunjukkan kepada Yuna kalau aku juga bisa jadi putri duyung, hahaha."

Tawa renyahnya terdengar, kembali melanjutkan, "Dengan begitu dia bisa berhenti menangis dan bertemu putri duyung kapan saja, begitu pikirku dulu."

virtual 2.0 || kang taehyun [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang