※20

169 61 177
                                    

Sebuket Hyacinth putih-ungu itu diletakkan di atas gundukan tanah terawat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sebuket Hyacinth putih-ungu itu diletakkan di atas gundukan tanah terawat.

Aku memandangnya lekat, berdiri di belakang punggung lelaki yang kini sedang mengusap nisan ibunya.

Aku jadi merasa tidak pantas berdiri menggenggam mawar dari Taehyun di sini.

Hyacinth ungu melambangkan permintaan maaf, sementara Hyacinth putih mengatakan 'aku mendoakanmu'.

Setidaknya itu yang aku baca di toko bunga tadi.

Sore ini tidak terik, cukup bersahabat sampai sampai Taehyun memilih duduk di sana tanpa ragu.

"Bunda, Taehyun datang."

Aku mendengar lirihan Taehyun. Begitu menyayat saat tahu kalau di balik ucapan lembutnya, dia sedang menahan rindu.

"Bunda baik, kan? Bunga yang aku bawa masih sama, doaku juga tidak berubah."

Aku memejamkan mataku untuk menetralkan dada yang sesak. Tidak tega melihat punggungnya lesu menahan luka.

Bunda adalah patah hati terbesar Kang Taehyun.

Katakan bagaimana aku bisa tega menatap bahunya yang tegar selama ini?

Mendengar Taehyun bercerita singkat tentang Lena—adik tirinya, kemudian tertawa hambar. Tanpa sadar aku jadi ingin menangis.

Aku memang anak dari panti asuhan, entah dibuang atau memang yatim piatu. Tapi aku masih bisa merasakan yang namanya punya orang tua di keluarga Shin, bahkan hingga saat ini.

"Oh iya, ini pertama kalinya aku bawa teman."

Taehyun menoleh, mengulurkan tangannya untuk mengajakku duduk di sebelahnya.

Memberi penghormatan singkat, aku duduk di sebelah Taehyun. Mengamati nisan yang tertancap apik di atas gundukan.

"Bunda, boleh aku ceritakan sedikit tentang Bunda padanya? Ini simbiosis mutualisme."

Aku mendengar Taehyun terkekeh singkat sebelum manik kami bertemu. Diam sejenak seraya melempar senyum, sampai akhirnya dia menarik diri lebih dulu.

"Jadi boleh atau tidak?" tanyaku.

"Boleh."

Mengambil tempat yang nyaman sambil bercengkrama di depan nisan, seakan akan ada sang bunda yang juga turut ikut dalam percakapan kami.

Taehyun berdeham, mulai bicara, "Aku harus cerita darimana..."

"Bunda, enaknya Taehyun cerita darimana?" tanyanya menghadap nisan.

Taehyun, lelaki yang begitu merindukan kedekatan dengan ibunya. Aku tidak tahu harus menangis atau merasa lucu saat dia menjadi anak kecil di sini.

"Bunda pengidap leukimia."

Bibirnya terbuka sesaat setelah mengucap sebaris fakta. Menatapku pelan sebelum memberi senyum tipis.

virtual 2.0 || kang taehyun [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang