"Sejujurnya, kenapa kamu butuh selama itu untuk merelakan Lena?"
Taehyun menoleh, memerhatikan gadis yang kini menyantap es krimnya santai. Bahkan lidah gadis itu sibuk membersihkan sisa es krim di bibirnya.
Seperti anak kecil.
"Kamu masih berpikir kalau Lena patah hati terbesarku?"
Pernyataan Taehyun membuat Jina mendongak kaget, menatapnya tidak percaya, "Sebelum Lena ada gadis lain?! Wah, padahal kamu terlihat seperti cinta mati dengan Lena."
"Seo Lena cuma sepenggal kisah patah hati, Jin." Taehyun meregangkan tubuhnya yang lelah, menahan beban tubuh dengan tangan yang bertumpu di belakang punggung.
Manik teduhnya mengamati panggung yang sedang bersiap melakukan pertunjukan. Manusia yang lalu lalang karena ikut andil dalam pertunjukan malam ini di dalam wahana. Terlihat begitu sibuk.
Di sinilah mereka setelah menghabiskan waktu untuk bersenang senang.
Dari membeli camilan, membicarakan tentang banyaknya pasangan yang datang, juga menjerit senang saat bermain. Kini, sudah bersiap di bangku undakan paling belakang untuk menonton pertunjukan malam.
Taehyun akui cara Jina yang ini cukup sukses. Lelaki itu tertawa puas hanya karena melihat wajah ketakutan Jina di rumah hantu tadi, bahkan sempat sempatnya saling meledek sebelum roller coaster meluncur ke bawah dengan kecepatan tinggi.
Mereka menghabiskan waktu yang baik, menikmati tiap obrolan ringan yang berusaha melupakan keadaan hati.
Taehyun bahkan sudah lupa kapan terakhir kali merasa seringan ini.
Selama ini dia cuma diam untuk memendam, menjalani hidup yang sama tanpa pernah absen memikirkan penyesalannya.
"Kamu tidak berniat bercerita tentang patah hati terbesarmu?" tanya Jina.
Kini Taehyun mendongak, seakan meminta ijin pada ratu malam untuk membongkar sedikit rahasianya.
Pelan, bibirnya berucap, "Bunda."
"Ya?"
"Bunda adalah patah hati terbesarku."
Jina termangu, melihat sorot sedih di dalam tatapan rindu lelaki itu. Dia memenjarakan perasaannya terlalu lama, menyiksa diri dengan memendam.
"Ini pertama kalinya aku mengakui, tapi karena kamu di sini berharap padaku, maka aku katakan," Taehyun menjeda, menatap Jina sesaat sebelum kembali melanjutkan dengan suara tercekat,
"Bunda penyesalan terbesarku, luka terdalamku, dan patah hati yang menyakitkan."
"Taehyun, maaf... Aku tidak tahu soal itu... Aku kira selama ini karena masalah cinta—"
"Tidak apa apa. Kehadiran Lena dulu sempat menyembuhkan luka sesaat sebelum akhirnya menggali luka yang lebih dalam. Jadi sama saja."
Hilang kata, Jina merutuki dirinya sendiri. Bagaimana dia bisa menyamakan patah hatinya dengan milik Taehyun, melakukan hal konyol seperti ini agar tidak memikirkan cinta yang gagal, padahal keduanya jelas berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
virtual 2.0 || kang taehyun [✔]
Fanfiction[ғᴀɴᴛᴀsʏ - ғɪᴄᴛɪᴏɴ] [more like 'spin-off' dari virtual || choi beomgyu, jadi jauh lebih baik kalau kamu baca virtual || choi beomgyu dulu sebelum kesini. nggausah buru buru, yang penting dinikmati, buku ini juga ngga akan kemana mana kok!^^] kamu da...