Bab 5. Bekerja Keras

12.3K 1.1K 9
                                    

Killian sudah berpakaian rapi, dia akan mengantar Lovata. Tapi malah wanita itu yang lelet, sejak tadi masih di kamar mandi. Mana mereka belum sarapan, dan jam sudah menunjukkan angka tujuh tiga puluh.

"Lov, Lo lagi ngapain sih di dalem? Telat loh nanti," panggil Killian. Dia mengetuk pintu kamar mandi, sambil berdiri di depannya.

Pintu kamar mandi terbuka, mata Killian sedikit terbelalak melihat penampilan Lovata. "Ini seragam kerja Lo?" tanyanya kaget. Sangat sexy, pendek rok itu bisa membuat mata para pria melotot keluar.

Lovata meringis sembari menurunkan ujung roknya. Tapi bila dia turunkan, maka perutnya lah yang terlihat.

"Nggak usah kerja di sana, balikin seragamnya," suruh Killian. Tersirat kemarahan dari nadanya itu.

"Kill, nggak bisa begitu. Gue udah kontrak. Lagian cari kerja susah. Mungkin gue perlu coba dulu." Lovata tahu apa yang Killian pikirkan, karena tadi saat pertama melihat ini di cermin pun dia sama kagetnya.

"Emang kerja apaan sih pakai pakaian kayak gini?"

"SPG suplemen," jawab Lovata.

"Suplemen apa?"

Lovata menggeleng.

"Kill, lagian itu kan kerjanya di Mal. Terus gue nggak sendirian, jadi pasti amanlah." Lovata ingin meyakinkan Killian agar diizinkan bekerja.

Killian menghela nafas. Sungguh dia tidak rela melihat ini, tapi tidak tega juga bila mematahkan semangat Lovata. Wanita itu benar, bekerja di Mal tentu akan lebih aman dibanding keliling jalanan. "Ya udah, buruan." Dia pun melangkah lebih dulu.

"Tunggu. Bantuin aku dulu."

Killian berhenti melangkah dan berbalik.

Lovata membalikkan badannya. Bagian belakang bajunya masih terbuka, dia tidak bisa menaikkan sendiri ritsleting itu.

Killian pun mendekati Lovata dan membantu. Ritsleting itu agak tersendat, lantaran sangat ketat di tubuh Lovata. Dipindahkannya rambut wanita itu ke depan dan semakin memperlihatkan kemulusan punggungnya.

Jantung Lovata berdebar saat jari Killian tak sengaja menyentuh kulitnya. Dia meremas tangannya sendiri.

"Udah." Killian menjauh setelah itu.

Lovata meniupkan nafas dari mulutnya. Dia merapikan kembali seragamnya itu dan mengikuti langkah Killian.

Killian tidak punya kendaraan, itu sebabnya ke mana-mana mereka naiknya angkot. Kondisi angkot yang selalu penuh di pagi hari, membuat keduanya harus duduk berdesakan dengan penumpang lainnya. Sialnya kali ini, lebih banyak penumpang pria di sana. Paha mulus Lovata menjadi pemandangan paling indah di situ.

Lovata merasa tidak nyaman, dia berusaha menutup rapat-rapat kakinya. Pria-pria tidak tahu malu di sana menikmati kemulusannya dengan wajah begitu mendamba.

Tidak bisa terus menerus membiarkan ini, Killian melepas jaketnya dan menutupi kaki Lovata. Digenggamnya tangan wanita itu, untuk menunjukkan pada mereka semua kalau wanita ini adalah miliknya. Efeknya pun berhasil, tidak ada yang berani melihat Lovata terang-terangan lagi.

Lovata diam-diam tersenyum. Dia ingin berteriak malah. Perlakuan Killian membuatnya melayang, lupa bahwa angkot ini sangat sesak. Perjalanan terasa lebih menyenangkan karena tangannya terus berada dalam genggaman pria itu.

***

Killian berbohong saat bilang akan pulang setelah mengantar Lovata ke Mal itu. Nyatanya, dia masuk ke dalam untuk memantau. Berdiri di tempat paling tersembunyi, memerhatikan Lovata yang tengah mendengarkan briefing dari atasannya, bersamaan dengan para SPG lainnya.

Roommate (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang