Bab 19. Penerus Ivander

7.9K 802 50
                                    

Hari ini Altaf terpaksa mengajak Lovata menghadiri sebuah acara yang diadakan oleh kliennya, agar orang-orang mengira hubungan mereka baik-baik saja. Sebab tiga bulan pernikahan, keduanya tidak pernah muncul bersama, malah Lovata bagai lenyap ditelan bumi. Jangankan orang-orang, bahkan orang tua Lovata saja kesulitan untuk menemui putri mereka itu.

"Jangan membuat aku malu, atau kamu akan terima akibatnya di rumah nanti," ancam Altaf sebelum mereka turun dari mobil.

Lovata diam saja.

Altaf turun dari mobil dan mulai memamerkan Fake face-nya saat ada wartawan memotret. Dengan penuh perhatian dia membukakan pintu mobil untuk Lovata, seakan suami yang baik.

"Senyum," desisnya pada Lovata yang masih memasang ekspresi datar.

Lovata terpaksa tersenyum. Hari ini dia sangat cantik dengan black dress seksi di tubuhnya. Wajahnya bersinar diterpa blitz kamera, berkat sapuan make up artist yang didatangkan Altaf.

"Lovata, sayang Mami kangen." Saat sampai di gedung acara, Tissa langsung menyambut Lovata dengan sebuah pelukan.

Lovata hanya tersenyum tipis, dia pun tidak memeluk Papinya yang juga gengsi bersikap terlalu baik.

"Gimana sayang, sudah ada kabar baik? Mami sama Papi udah nggak sabar pengen gendong cucu." Tissa membelai rambut panjang Lovata.

Lovata melirik Altaf. Pria itu pun langsung merangkul pundaknya. "Belum Mi," jawabnya dengan senyum palsu.

"Mami tunggu kabar baiknya. Anak kalian akan menjadi pewaris tahta keluarga kita, karena kalian anak satu-satunya."

Altaf tertawa sumbang.

"Mungkin Mami akan punya cucu dari wanita lain," jawab Lovata tiba-tiba.

Candra dan Tissa terlihat terkejut.

Altaf tertawa dan meremas bagian belakang pinggang Lovata dengan keras. "Kamu kalau becanda suka berlebihan," ujarnya mengalihkan pikiran mertuanya itu.

Lovata tersenyum sinis, tidak berusaha meralatnya. Dia berkata jujur, kemarin wanita yang Altaf tiduri datang dan mengaku hamil. Pria itu tampak stres, karena si wanita tidak mau menggugurkan kandungannya dan mengancam akan memberitahu semua orang.

"Ayo, sebaiknya kita masuk. Pak Ivander akan memperkenalkan penerus perusahaannya," ajak Candra.

Altaf pun berjalan lebih dulu bersama Candra di depan. Mulai membahas tentang penerus Pak Ivander yang harus mereka lobi agar mau menjadi investor.

"Lov, tadi kenapa kamu ngomong kayak gitu?" tanya Tissa setengah berbisik.

"Aku ngomong jujur, Mam."

"Apa maksud kamu? Altaf selingkuh?" Tissa benar-benar memelankan suaranya, agar Candra dan Altaf tidak mendengar.

"Mami tanya aja sama dia langsung."

"Lov, jangan bikin Mami khawatir. Tiga bulan ini kamu sulit ditemui, juga nggak bisa dihubungi. Apa yang terjadi? Semuanya baik-baik aja, kan?"

"Mami khawatir?" Lovata sangsi. "Mami dan Papi udah jual aku ke Altaf. Kenapa harus khawatir?"

"Lov, kami melakukan ini agar kamu bahagia." Tissa sangat sedih Lovata begitu dingin terhadapnya.

Lovata hanya tersenyum sinis.

***

Pesta malam ini dihadiri oleh para pemilik perusahaan besar, semua nampak berkelas dari tutur kata hingga bahasa tubuh. Altaf sibuk menyapa setiap rekan bisnisnya, membuat Lovata harus berakting seramah mungkin saat dikenalkan dengan mereka semua. Ketika ada kesempatan, Lovata mengambil minum dan menyingkir dari keramaian. Wajahnya lelah terus tersenyum palsu.

Roommate (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang