Bab 21. Balas Dendam

8.1K 886 31
                                    

Pertemuannya dengan Killian tadi membuat pikiran Lovata cukup terganggu. Dia tidak bisa tenang, terus memikirkan pria itu. Apalagi sekarang hubungan mereka sudah tidak seperti dulu.

"Nyonya, ada tamu. Katanya ingin bertemu sama Tuan," beritahu Bik Ana.

"Bilang aja Tuan lagi nggak ada," suruh Lovata.

"Tapi katanya dia mau menunggu. Terus katanya lagi ..." Bik Ana terlihat tidak berani mengatakan lanjutannya.

"Apa, Bik?"

"Minta ditemani sama Nyonya."

"Emang siapa?"

"Kalau saya nggak salah, namanya Killian."

Kedua mata Lovata terbelalak. Dia refleks turun dari ranjang dan langsung berjalan cepat menuruni tangga. Benar-benar nekat Killian datang ke rumah ini. Dia berharap Bik Ana hanya salah menyebut nama.

Saat melihat yang duduk di sofa ruang tamu benar-benar Killian, Lovata pun panik. "Ka-kamu ngapain di sini?" tanyanya sambil melirik jam. Sudah malam, Altaf biasanya pulang sebentar lagi.

"Aku punya urusan sama suami kamu. Ada yang harus kami bahas tentang pekerjaan," jawab Killian santai.

"Kamu jangan macem-macem, Kill. Ini rumah, bukan kantor. Tujuan kamu pasti bukan itu, kan?" tanya Lovata penuh kecurigaan.

Killian tersenyum. "Kamu kenapa sih takut banget? Aku datang ke sini baik-baik," ujarnya masih tak mengerti juga.

"Kill, aku mohon pulang. Ini bukan waktu yang tepat buat bercanda." Lovata menarik tangan Killian agar pria itu pulang.

Killian pun berdiri. "Aku penasaran apa yang bikin kamu setakut ini. Takut suami kamu cemburu lihat mantan kamu ada di sini?" ledeknya.

"Kill, please ..." Wajah Lovata semakin cemas.

Killian malah duduk kembali, mengangkat satu kakinya ke atas. Diminumnya teh yang disajikan oleh Bik Ana tadi. "Duduk dong," suruhnya tidak tahu diri.

Lovata melirik jam kembali, lalu melihat pintu. Kedua tangannya tampak gemetar. "Kalau kamu udah selesai, aku mohon pulang sekarang," suruhnya lagi.

Killian menatap Lovata begitu lekat, memperhatikan setiap gerak gerik wanita itu. Dia semakin yakin Lovata tidak sedang baik-baik saja. "Oke, aku pulang. Tapi aku pastiin bakal datang ke sini lagi," ucapnya dengan senyum manis.

Lovata diam saja.

"Makasih minumannya." Killian pun berdiri dan keluar dari rumah itu.

Lovata mengantar sampai ke depan pintu. Setelah pria itu masuk ke mobilnya, dia buru-buru menutup pintu. Detak jantungnya seperti irama petasan.

Tiba-tiba pintu dibuka secara paksa oleh seseorang di luar, Lovata rasanya mau pingsan karena mengira itu Killian. Tapi ternyata Altaf, seperti biasa pulang membawa wanita. Dia pun membalikkan badan tak ingin meladeninya.

"Mau ke mana kamu?" tanya Altaf dengan suara keras.

Lovata tetap melangkah tanpa menoleh.

Altaf yang tempramen langsung mengejar dan menarik rambut Lovata. "Aku nanya itu dijawab!" bentaknya.

"Istri nggak berguna." Altaf mendorong Lovata hingga wanita itu jatuh. Lalu menendangnya.

Roommate (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang