Lovata meregangkan tubuhnya. Matanya terbuka dan langsung dihadapkan pada pemandangan Killian yang tengah sibuk di dapur. Dia pun tersenyum, seketika ingat kembali ciuman mereka tadi malam. Disentuhnya bibirnya itu, sambil terus menatap pria yang telah menggetarkan hatinya.
"Kalau udah bangun nggak usah diem aja di situ. Bantuin aku bikin sarapan."
Lovata terkejut mendengar suara Killian. Padahal pria itu sama sekali belum menoleh ke arahnya, tapi sudah tau kalau dia sudah bangun.
Eh, tunggu.
Tadi dia pakai panggilan aku?
Aku, kan? Bukan gue.
Lovata turun dari ranjang, lalu mendekati Killian. Dipeluknya pria itu dari belakang. "Good morning," sapanya.
Killian tersenyum.
Lovata melepaskan pelukan dan bersandar di meja dapur. Tepat di samping Killian yang tengah sibuk memotong sayuran. "Tumben kamu bangunnya lebih pagi dari aku. Pakai acara masak segala, ada apa nih?" sindirnya.
"Emang yang ini juga perlu alasan?" ledek Killian.
"Perlu." Lovata terkekeh geli.
"Karena aku laper," jawab Killian asal.
"Alasan klise." Lovata mencebik. "Bilang aja kamu lagi seneng, jadi semalem nggak bisa tidur."
"Seneng kenapa?" Killian bertanya santai.
"Karena ..." Rasa percaya diri Lovata mulai runtuh.
"Karena?" Killian menatap Lovata lekat.
"Semalem kita ..." Mungkinkah bagi Killian itu bukan apa-apa. Bila iya, Lovata sungguh sangat malu.
"Apa?" Killian menaruh kedua tangannya di antara pinggang Lovata.
"Tau ah." Lovata hendak pergi, tapi Killian melingkari pinggangnya memeluk dari belakang. Dagu pria itu menempel di pundaknya. Membuat jantungnya berdebar tidak karuan.
"Aku punya kejutan buat kamu hari ini," bisik Killian.
"Kejutan apa?"
"Nanti, nunggu kamu pulang dari kerja aja. Sekalian aku jemput," jawab Killian.
"Ihhh, bikin penasaran. Nggak bisa kasih clue dulu?"
Killian terkekeh di ceruk leher Lovata, membuat tubuh wanita itu bergidik. "Bukan kejutan dong namanya kalau dikasih tau dari sekarang. Tungguin aja," bisiknya.
Lovata mengesah. "Oke," sahutnya mengalah. "Eh, tapi aku juga punya kejutan buat kamu," balasnya misterius.
"Apa?"
"Tunggu sampe pulang kerja."
Killian tertawa. "Ya udah, mandi gih. Kamu nggak mau terlambat kerja, kan?" Dilepasnya pelukan itu.
Lovata membalikkan badan, lalu mencium pipi Killian. "Aku baru sadar kalau kamu itu ganteng banget," pujinya. Hanya sedetik, dia langsung kabur ke kamar mandi karena tidak bisa menahan wajahnya yang terasa ingin jatuh saking malunya.
Killian tersenyum geli sembari mengusap pipinya. Dia pun melanjutkan aksinya di dapur, masak alakadarnya untuk mengisi perut mereka di pagi hari.
Di kamar mandi, Lovata bersandar di belakang pintu. Dia memegang dadanya yang terasa akan meledak. "Kenapa bisa semalu ini sih sekarang? Perasaan sebelum semalem masih biasa aja ini jantung."
"Aku denger!"
Lovata sontak terkejut dan menutup wajahnya dengan telapak tangan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Roommate (Tamat)
RomanceLovata kabur di hari pernikahannya. Di tengah pelarian, uangnya raib dicuri orang. Tidak cukup sial sampai di situ, Lovata pun harus kejar-kejaran dengan preman yang berniat jahat padanya. Di saat nyaris menyerahkan diri pada kesialan, tiba-tiba dat...