Bab 22. Psychopath

8.8K 916 28
                                    

Altaf pulang ke rumah membuat keributan, berteriak memanggil Lovata. Saat wanita itu datang dia langsung menariknya keluar dan memaksanya masuk ke mobil. Bik Dara dan Bik Ana yang berusaha menolong pun tidak mampu melawan kejinya pria itu. Mereka hanya bisa menangis dan berdoa semoga Lovata tidak disakiti lagi.

"Kita mau ke mana?" tanya Lovata panik, saat Altaf menjalankan mobil.

Altaf tidak menjawab, wajahnya kelam. Dipacunya mobil dengan kecepatan penuh, menembus padatnya ibukota.

"Altaf, aku tanya kita mau ke mana?" ulang Lovata. Cepatnya laju mobil membuatnya sedikit takut, apalagi suaminya ini sangat nekat menembus lampu merah hingga menyebabkan kerusuhan.

Sampai akhirnya mobil berhenti di depan gedung pencakar langit milik perusahaan K' Group. Pria itu turun, membuka pintu sebelah Lovata dan memaksanya turun.

"Altaf, kenapa kita ke sini?" tanya Lovata cemas. Dia tahu milik siapa perusahaan ini.

Altaf tetap tak bersuara, dengan paksaan dia menarik tangan Lovata. Kedatangannya disambut oleh staff keamanan di sana lantaran memang sudah biasa pria itu keluar masuk menemui pimpinan perusahaan.

Lovata menunduk dari pandangan semua orang. Pakaiannya sangat tidak pantas untuk datang ke sini, di mana dia hanya mengenakan bathrobe karena baru saja selesai mandi.

Di dalam lift, Lovata baru berani memberontak. "Kamu udah gila, mau apa kamu ngajak aku ke sini? Apa mau kamu sebenernya?!" jeritnya.

"Kamu ingin bersama dia, kan?" tanya Altaf dengan seringai yang penuh maksud.

"Apa maksud kamu?"

"Aku akan berikan kamu sama dia, dan kalian bisa bersama sekarang. Kamu senang, kan?"

Lovata tidak melihat ucapan Altaf itu sebagai kebaikan, malah dia yakin ada rencana terselubung di balik perlakuannya ini. Entah apa yang sedang direncanakan suaminya ini.

Lift sampai di lantai yang Altaf tuju dan dia menarik tangan Lovata lagi, membawanya menuju sebuah pintu. Seorang wanita berdiri menyambut kedatangan mereka.

"Pak Killian ada?" tanya Altaf tanpa basa-basi.

Mata Lovata terbelalak, tidak menyangka kalau Killian yang akan ditemui, bukan Pak Ivander. Dia berupaya menarik tangannya tapi tidak dilepaskan.

Wanita itu melirik Lovata sesaat. Terutama pada bathrobe yang dipakainya. "Ada Pak, tapi saat ini sedang ..."

Tanpa mendengarkan sampai habis, Altaf langsung membawa Lovata mendekati pintu. Tanpa mengetuk lagi, dia mendorong pintu itu dan masuk.

Wanita tadi mengejar. "Pak Altaf, anda belum saya izinkan masuk," ujarnya dengan wajah cemas.

Killian menutup telepon dan menoleh. Terlihat keterkejutan dari bola matanya saat melihat Lovata ada di sana, dibawa oleh Altaf dalam keadaan yang seperti itu. Dia pun berdiri, mengepal kedua tangannya.

"Pak, maaf tadi ..."

"Tidak apa-apa. Kamu boleh keluar," ucap Killian pada sekretarisnya itu.

Wanita itu mengangguk dan pergi.

Lovata melirik Killian, tapi tidak berani terlalu lama. Dia sangat malu, rasanya seperti ditelanjangi oleh suami sendiri di depan pria itu.

"Mau apa anda ke sini?" tanya Killian berlagak santai. Padahal dadanya bergemuruh, rasa ingin memukul Altaf hingga wajahnya hancur.

"Kalau saya ingin menukar istri saya ini dengan persetujuan dana dari perusahaan anda, bagaimana menurut anda?" tanya Altaf. Dia menarik tangan Lovata dengan kasar hingga wanita itu maju ke depan.

Roommate (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang