— Day 10 (sunrise)
Pukul 06.00 Jeno udah bangun. Emang sengaja pasang alarm jam segitu karna Jeno berniat mau liat matahari terbit bareng ekhem...
tunangannya.
cklek
Jeno membuka pintu coklat yang menghubungkan kamarnya dengan ruang santai yang berada di tengah-tengah kamarnya dan kamar Disya.
Mata Jeno langsung mengarah ke pintu kaca kamar Disya yang tirainya tidak tertutup.
Jadi sekarang, Jeno bisa langsung ngeliat Disya yang sedang memejamkan matanya dengan tenang.
Jeno berjalan ke arah pintu kaca itu lalu berdoa dalam hati, "Semoga engga di kunci"
srek
Yes! ga di kunci.
Dengan perlahan, Jeno menggeser pintunya dengan perlahan agar Disya tidak bangun.
Setelah berhasil masuk dan menutup kembali pintunya, Jeno mengelus dadanya lalu menghembuskan nafas lega.
Setelah itu, Jeno langsung jongkok di sebelah kasur Disya lalu menoel pipi gadis wu itu dengan telunjuk nya.
"Sya, bangun"
"Eemm" Disya menyingkirkan telunjuk Jeno dari pipinya. Dia masih belum sadar.
"Sya, bagun ayo" Jeno kembali menoel pipi Disya.
"Apasih" gumam Disya dengan suara serak. Dia merasa terganggu.
"Disya ih. Ayo banguuun"
"Mamih, nanti dulu. Disya lagi mimpiin Jeno nih" ucap Disya. Itu anak ga tau aja, orang yang di panggil mamih itu sebenarnya orang yang dia mimpiin.
"Ngapain mimpiin gue? gue ada di depan lo nih"
Disya yang masih memejamkan matanya seketika berfikir, "Ini mamih gue ko suaranya jadi serek serek basah berat gini?"
Karna takut, Disya memaksakan matanya agar terbuka. Walaupun masih buram, Disya bisa melihat kalo yang di depannya ini bukan perempuan.
"Siapa lo. Berani banget masuk kamar gue" ucap Disya dengan suara serak, lalu gadis itu kembali menutup wajahnya dengan selimut.
"Ini gue, masa lo ga kenal suara gue?"
"Jeno, ya?"
"He'em. Tunangan lo ini, Sya"
"Oh Jeno. Ngapain" masih dengan setengah sadar, Disya mencoba menjawab Jeno.
"Liat sunrise yu" Jeno menggoyangkan bahu Disya pelan.
"Males, Disya mau tidur"
Jeno beralih, dirinya mengelus bahu Disya yang tertutup selimut, "Ayo Sya bangun. Keburu ilang sunrise nya"
"Hm iya iya" Disya mengubah posisinya menjadi duduk tapi matanya masih setengah terpejam.
"Sana cuci muka. Ganti baju jangan lupa, jangan keluar pake tangtop doang" ucap Jeno memperingati.
Ini soalnya Wu Disya emang tidur pake tangtop doang yorobun.
,,,
Sekarang ini, mereka udah duduk dengan nyaman di atas pasir putih, tanpa alas apapun.
"Emang lo tau, sunset jam berapa?" tanya Disya.
"Kata Google si jam enam lewat dua dua. Berarti sebentar lagi" ucap Jeno.
Disya mengangguk paham, setelah itu ia menguap. Sebenernya ga ngantuk, tapi masih ada sisa ngantuk nya dikit.
"Sini senderan" Jeno menarik kepala Disya untuk bersandar di bahunya.
Disya deg-degan yorobun.
"E-eh. Gausah" Disya ingin menjauhkan kepalanya, tapi sama Jeno di tahan.
"Gapapa, merem aja. Nanti kalo sunset nya udah muncul, gue kasih tau"
Disya tersenyum senang, "Okey"
Gadis Wu itu memejamkan matanya, menikmati angin pagi yang masih terasa dingin. Ia merapatkan kardigan hitam yang ia pakai.
"Dingin ya?" tanya Jeno.
"Sedikit"
"Tuh kan. Tadi gue udah bilang, ganti baju panjang. Ini malah pake kardigan doang. Tipis lagi"
Disya terkekeh, "Jeno. Kenapa lo jadi bawel?"
"Karna gue sayang sama lo" ucap Jeno tanpa sadar.
Mampus keceplosan.
Disya menegakkan kepalanya, menatap Jeno dengan mata membulat, "Beneran?"
Jeno yang di tatap kaya gitu jadi gelagapan sendiri, "Eh Sya, sunrise nya tuh"
Jeno berusaha mengalihkan tatapan Disya ke arah matahari yang baru terbit. Disya menoleh ke arah yang Jeno tunjuk.
Wah.
🌼
Sudah cukup. Ini panjang ya ternyata.
to be continue
10/04/21
©amboyahngg_
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh ; Lee Jeno [continue]
Fanfiction"gue? jodoh nya jeno" warning : [ nct jeno X OC ] [ usahakan berkomentar, ya ] ©amboyahngg_ 2021