34.

369 40 3
                                    

harsh words (ada kata kasar)

,,,

Disappointed

Setelah pisah jalan sama om Hendra, Disya langsung menuju ke arah ruangan papihnya.

Dirinya melangkah dengan semangat. Jangan lupakan senyumannya yang sangat cerah.

Setelah melewati ruangan tunggu dan ruang sekertaris, Disya menempelkan jarinya di scan yang berguna untuk menjaga keamanan ruangan Kris.

Setelah sidik jarinya dikenali, Disya langsung membuka pintu ruangan Kris dengan perlahan lalu memasukan kepalanya.

Dirinya membeku sesaat setelah melihat keadaan ruangan papihnya.

"PAPIH!" Dirinya langsung masuk begitu saja tanpa aba-aba. Disya bisa merasakan kemarahan yang meningkat di dalam dirinya.

Kris menoleh kaget lalu membeku. Ah... ini yang dia khawatirkan.

Disya mengepalkan tangannya marah lalu melangkah ke arah papihnya dan perempuan lain yang ia bahkan tidak kenal.

Disya menarik kasar tangan perempuan yang sedang bergelayut manja di lengan papihnya. Keliatan kaya lagi menggoda tapi si papih diem aja. Ga marah ga apa. Gila.

"APA-APAAN KAMU HAH!" si perem- eh, tante tadi membentak.

"LO YANG APA-APAAN! NGAPAIN GODAIN PAPIH GUA, LONTE!" bentak Disya balik.

Tante tadi melotot galak. Ga terima karna dikatain lonte. Ia mengangkat tangannya untuk menampar pipi mulus Disya.

Kris yang melihat itu melotot marah lalu buru-buru menahan tangan tante itu.

"JANGAN SENTUH ANAK SAYA, LARAS!" bentaknya keras.

Disya syok. Dia ga pernah berada di posisi kaya gini. Dia takut. Matanya berkaca-kaca, tangannya bergetar kecil. Tremor.

"Papih kenal tante ini? Papih punya hubungan sama dia?" Disya ga kuat. Air matanya lolos begitu aja tanpa aba-aba.

Papihnya selingkuh?

"Eng-

"IYA! Saya pacar papih kamu dan sebentar lagi akan jadi istri keduanya" selak tante tadi alias Laras.

"PEDE LO LONTE! gua ga ngomong sama lo, jadi lo diem. paham?"

"Disya papih ga pernah ajarin kamu jadi anak kasar!" Kris membentak anaknya karna ia rasa Disya sudah terlalu kasar.

Disya menoleh kaget, "Papih belain dia?" tangannya menunjuk Laras. "Papih beneran mau nikah sama orang ini? iya?!"

Kris mengusap wajahnya kasar, "Engga sayang"

"MAS! Kamu udah bilang mau nikahin aku!" protes tante Laras.

"Tolong kamu diam dulu, Laras"

Disya menggeleng lalu mengusap air matanya dengan kasar. Dia ga boleh keliatan lemah kaya gini.

"Terserah deh. Terserah papih mau ngapain, Disya ga peduli. Besok mamih pulang ke rumah. Jadi Disya harap papih ga bikin rumah kita ancur"

Setelah itu tanpa banyak kata, Disya langsung keluar dari ruangan papihnya dengan wajah merah karna abis nangis di tambah dengan amarah yang belum reda.

Kris panik. Ia ikut keluar dari ruangan nya.

"DISYA!"

Ah... persetan dengan tatapan orang. Yang penting dia bisa jelasin setidaknya sedikit.

Kris merogoh saku dalam jas nya lalu mengambil handphone.

"Tahan anak saya!"

"Maaf pak. Non Disya sudah pergi. Bapak kurang cepat ngasih taunya. Maaf pak"

"ARGH!"

Kris membanting handphonenya. Pintu lift terbuka, Kris buru-buru turun ke bawah.

"Disya tolong percaya sama papih nak..." batinnya

Disya sekarang ini udah di mobil. Tadi pas masuk mobil dia bikin Jeno kaget karna tiba-tiba Disya memeluknya erat lalu menangis.

"Papih, Jen... Papih jahat..." lirihnya.

"Hey kenapa? sttt, tenang okey" Jeno membalas pelukan Disya lalu mengelus punggung tunangan nya.

"Mau mamih... hiks... ayo ke mamih"

"Iya iya, ayo ke mamih. Lepas dulu, kita ke mamih sekarang"

"Sambil peluk aja... hiks"

"Bahaya sayang. Pegang tangan aja ya"

Disya akhirnya mengangguk lalu melepaskan pelukannya. Ia beralih menggenggam tangan kiri Jeno dengan erat lalu membenarkan posisi duduknya.

Disya menyandarkan tubuhnya ke sandaran jok dengan matanya yang ia tutup erat. Tapi air matanya ga mau berhenti.

"Disya marah sama papih" ucap batinnya.

🌼

to be continue
04/07/21
©amboyahngg_

Jodoh ; Lee Jeno [continue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang