37.

380 38 3
                                    

— Is this the end?

⚠️ kata kata kasar.

Disya melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumahnya.

Tadi, setelah dibentak oleh Jeno, gadis itu langsung lari ke arah parkiran lalu mengendarai mobilnya menuju rumah. Bahkan tas sekolah ia tinggal di kantin. Biarkan Lia yang mmbawanya nanti.

Di dalam mobil, Disya mengeluarkan air matanya. Semua amarah dan rasa sedih ia lampiaskan sekarang.

Jujur, Disya lelah.

Disya lelah karna harus berpura-pura baik di rumah. Disya lelah karna harus terlihat biasa aja. Disya lelah menahan amarah.

Mobil yang ia kendarai sudah ada di depan gerbang rumahnya. Ia membunyikan klakson agar satpam membuka gerbang.

Setelah gerbang terbuka, Disya memarkirkan mobilnya lalu mematikan mesin. Ia meremat setir sebentar lalu menghapus air matanya dengan kasar. Setelah merasa siap, Disya keluar dari mobilnya.

"Non, dari mana? ko baru pulang?" tanya bi Ningsih.

"Tadi ada urusan dulu di sekolah. Jadi pulangnya sore. Mamih ada?"

"Ada, non. Papihnya non juga sudah pulang. Tapi tadi-

"Oke, makasih. Disya keatas dulu" Disya memotong ucapan bi Ningsih lalu berlalu ke kamarnya di lantai atas.

"AKU ENGGA MAU!" 

Langkah gadis wu itu terhenti ketika mendengar bentakan mamihnya yang berasal dari ruang kerja papih di ujung lorong. Disya melangkahkan kakinya lalu membuka pintu ruang kerja Kris tanpa izin.

Keningnya berkerut emosi ketika melihat Laras, perempuan perusak itu berada di dalam sana.

"Apa-apaan ini?" ucapnya. Tiga orang yang berada di dalam sana langsung memusatkan pandangan mereka ke arah Disya. 

Disya masuk ke dalam ruang kerja papihnya, "kenapa ada perempuan ini di rumah kita?" tanya nya menuntut.

"Saya akan tinggal disini mulai sekarang" ucap Laras dengan PD.

Disya melirik papihnya dengan mata membulat emosi, "pih?"

"Iya. Tante Laras akan tinggal disini selama 3 bulan"

"Engga. Aku engga setuju" sahut Disya langsung.

"Kamu dengar, mas? Disya juga ga setuju. Dia ga bisa tinggal disini" Jess menunjuk Laras dengan telunjuknya.

"Kita bicarakan dulu, okay?"

"Engga. Kalo papih gamau usir tante itu, mending aku yang pergi. Selama tante itu masih ada di sini, aku ga akan menginjakan kaki di rumah ini"

Disya keluar begitu saja tanpa memperdulikan panggilan orang tuanya. Ia kembali keluar rumah lalu memasuki mobilnya dengan emosi tak terkontrol. Gadis itu membunyikan klakson mobil dengan cepat agar pak satpam membuka gerbang.

Tepat setelah mobil Disya melewati gerbang, mobil putih milik Felix berhenti tepat di depan rumahnya. Jeno yang berada di kursi samping kemudi langsung menyuruh Felix mengikuti mobil Disya.

"Anjir, cepet banget itu anak bawa mobil!" pekik Felix sambil berusaha mengejar mobil gadis wu itu.

"GILA GA NYANTAI BANGET WOI! GUA MASIH MAU HIDUP, BANGSAD" teriak Hyunjin yang menempati kursi belakang.

"ANJING! PEREMPATAN JEN!" Hyunjin yang tadinya berisik karna memikirkan nasibnya, menjadi diam dan memikirkan nasib Disya.

"ANJING" Felix menginjak rem tiba-tiba lalu membeku melihat pemandangan di depan sana.

Mereka semua terdiam, mencerna apa yang baru saja mereka lihat. Di depan sana, mobil Disya terguling ke arah kiri akibat tabrakan truk dari arah kanan. Mobilnya berputar beberapa kali sampai akhirnya berhenti posisi normal dengan body mobil yang sudah penyok. Suara debuman keras terdengar dari truk yang membanting stir lalu menabrak trotoar.

"KELUAR, BEGO!" Hyunjin menyadarkan mereka lalu keluar dari mobil dahulu diikuti Jeno lalu Felix.

Tubuh ketiganya bergetar ketika mendekati supir truk yang sudah lebih dahulu menghampiri mobil Disya.

"Mas! tolong mas!" teriak si supir truk.

Mereka mendekat lalu membantu si supir truk yang sedang berusaha membuka pintu mobil Disya.

"Tolong... jangan dulu" Jeno membatin.

🦋

to be continue
28/11/21
©amboyahngg_

Jodoh ; Lee Jeno [continue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang