20.

444 46 6
                                    

Ga Boleh Egois

Kemarin, setelah sampai di Jakarta. Disya langsung bersih-bersih terus langsung tidur.

Pagi ini, jam 6.57 pagi. Disya udah siap dengan seragam sekolahnya. Sekarang gadis itu sedang duduk di depan kaca sembari mencatok rambutnya. Wajahnya sudah cukup sempurna dengan sedikit polesan make up.

"Non" salah satu maid Disya menongolkan kepalanya. FYI, pintu kamar Disya emang ga ketutup rapat.

"Ya bi?" katanya dengan nada lembut.

"Den Jeno udah ada di bawah"

"Oke. Makasih ya bi"

"Iya. Kalo gitu bibi ijin ke dapur lagi ya"

"Iya"

Setelah maid tadi pergi, Disya mencabut catokannya lalu mengambil tas ranselnya yang berada di kakinya.

Disya turun ke bawah menuju ruang makan laku menyapa semua yang ada di sana, "Good morning, all"

,,,

Sesampainya di sekolah, setelah mobil Jeno sudah terparkir rapih, Jeno membukakan pintu mobil untuk Disya.

"Thanks, Babe" ucap Disya dengan tatapan jahil.

"Hm. Btw, aku ga bakal salting sama tatapan yang kaya gitu" ucap Jeno.

Wait. Aku?

Ya, kemarin pas di pesawat, mereka sepakat untuk memanggil satu sama lain dengan bahasa yang lebih halus. Aku-Kamu.

"Ya ya ya. Up to you (terserah kamu)"

Jeno dan Disya berjalan berdampingan dengan tangan Jeno yang menggenggam tangan kecil Disya. Selalu dan pastinya, mereka jadi pusat perhatian.

"Gemes banget ga si, ngeliat mereka kaya gitu"

"Sumpah ya. Gua yakin mereka bakal sampe nikah nantinya"

"Cocokan sama Disya ih. Si Rea mah, ga ada apa apanya di banding Disya"

"Dari dulu gua emang nge-ship mereka banget"

"So cute ga si"

Saat sedang melangkah tanpa beban. Tiba-tiba Disya berhenti. Jeno juga jadi ikut berhenti karna tangan mereka 'kan lagi gandengan.

"Kenapa?" tanya Jeno.

Disya tidak menjawab, ia mengkode Jeno lewat tatapan matanya, menunjuk ke arah ujung koridor.

Jeno mengikuti arah pandangan Disya setelah itu ikut terdiam sebentar.

"Kenapa?" tanya Jeno santai sambil kembali menatap Disya.

"Disya mendongak, menatap Jeno yang lebihh tinggi, "Ga mau samperin dia?" tanyanya kemudian.

Jeno menggeleng, "nanti aja"

"Samperin aja sana. Kan, udah seminggu lebih kamu ga kabar-kabaran sama dia"

"Biarin aja. Kenapa emang?"

"Ya... gapapa si. Cuma, kasian aja seminggu lebih di goshting sama kamu"

Jeno mengangkat sebelah alisnya, "Beneran boleh, aku samperin?"

Disya mengangguk.

"Yaudah. Aku samperin Rea dulu. Nanti istirahat sama aku ya"

"Iya"

Akhirnya, Jeno melangkah ke arah ujung koridor dimana ada Rea disana.

Dari tempatnya  berdiri sekarang, Disya bisa melihat Rea yang langsung memeluk lengan Jeno begitu Jeno berdiri di depan Rea.

Walaupun sakit hati, Tapi Disya ga boleh egois, kan?

🌼

to be continue19/04/21©amboyahngg_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

to be continue
19/04/21
©amboyahngg_

Jodoh ; Lee Jeno [continue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang