Gia sedang memantapkan hatinya untuk bertemu dengan Arza. Setelah sehari sesudah kepulangannya ke Jakarta, Ia menghindari pria itu. Ucapan Valdo terus terngiang di telinganya. Benar kata Valdo, dirinya harus menyelesaikan permasalahannya dengan Arza. Bagaimana pun ia harus tau apa yang terjadi sebenarnya dari pria itu.
Bukankah permasalahan itu harus dihadapi dan bukan dihindari? Ia juga harus tau kebenarannya. Kebenaran untuk nantinya membuat keputusan. Akan melanjutkan kisahnya dengan Arza atau justru lagi-lagi melepaskan pria yang sangat ia cintai.
Sesampainya di lantai tempatnya dulu bekerja, Gia langsung disapa oleh senyum ramah dari Rama. Membuat Gia mau tidak mau ikut tersenyum juga. "Ram-"
"Ada kok Mba. Langsung masuk aja," ucapnya sambil tersenyum untuk menggoda Gia, yang saat ini terlihat canggung.
"Aku gak ganggu kan yah?" tanya Gia basa-basi. Padahal sebenarnya ia sedang menenangkan perasaannya yang terasa tidak enak.
"Gak ganggu lah Mba. Masa calon istri dateng dibilang mengganggu. Yang ada jadi mood booster buat Bapak. Dia dari pagi udah bad mood tuh. Butuh di charge."
"Bisa aja. Yah udah aku masuk yah." Gia kemudian berlalu menuju pintu masuk ruangan Arza. Sepertinya tidak ada hal yang bisa ia lakukan untuk mengulur waktu. Jika ia tetap berbasa-basi dengan Rama yang ada dia akan jadi bahan lelucon pria itu.
Gia terdiam di depan pintu ruangan Arza. Gia menghembuskan napasnya perlahan guna mengusir perasaannya yang tidak nyaman. Setelah mengetuk beberapa kali, ia pun membuka pintu itu. Tampak olehnya sosok pria yang sejujurnya ia rindukan tetapi sekaligus ia takuti.
Gia mencoba memberikan senyuman ketika tatapannya bertemu dengan Arza, membuat pria itu juga tersenyum dengan lebar ketika melihat siapa yang mengetuk pintu ruangannya. Arza pun berdiri dan menghampiri Gia.
Tidak hanya menghampiri. Pria itu menarik pinggang Gia dengan lembut, untuk mendekat padanya. Sikap tidak biasa Arza ini membuat Gia bingung. Wanita itu merasa risih, karena adegan pelukan ini terjadi di ruang kerja Arza. Ia takut jika ada karyawan yang melihat dirinya dan Arza saat ini.
Perlahan Gia mendorong tubuh Arza agar menjauhinya. Namun, pria itu malah mengeratkan pelukannya dan tidak bergerak sedikit pun. "Aku kangen," ucap pria itu lirih, sembari menghembuskan napas berat. Membuat Gia terpaku, pikiran negatifnya mulai berkeliaraan saat ini. Arza kenapa? Gak biasanya dia kayak gini. Apa ada hubungannya dengan Olivia? Pikir wanita itu.
Terima kasih sudah membaca cerita ini, untuk tau kelanjutannya bisa melanjutkan membaca melalui aplikasi dreame/innovel, gratis...
Akun dreame: Iennerr
Tetap follow akun ini yah untuk mendapatkan kabar terupdate dari cerita-ceritaku. Sampai jumpa diceritaku selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
The Word Called Love (Complete) Move To Dreame/Innovel
Любовные романыJika ada pemilihan wanita paling setia, pasti Gia pemenangnya. Jika ada pemenang wanita paling banyak berkorban Gia juga akan memenangkannya. Hubungannya dengan sang kekasih yang sudah berjalan lebih dari sepuluh tahun membuatnya enggan untuk berpin...