Bab XVI: Pertunangan Belinda

1.1K 96 96
                                    

Gia kini kembali sudah disibukkan dengan pekerjaannya dan jangan lupa bahwa semenjak minggu lalu pekerjaan Gia bertambah. Setiap pagi Ia harus menyiapkan kopi untuk Arza. Karena semenjak pertama Gia membuatkan kopi untuk Arza yang awalnya ditanggapi sinis. Keesokkannya Arza bertitah bahwa Gia harus membuatkannya kopi setiap pagi.

Inilah yang Gia sesali, seandainya ia tidak membuatkan kopi untuk Arza minggu lalu pasti dirinya juga tidak akan mendapatkan tugas begini setiap paginya. Belum lagi setelah meletakkan kopi di meja Arza, pasti akan dilanjutkan dengan sesi pertanyaan yang akan memakan waktu tidak sebentar. Dimulai dari menanyakan jadwal yang harus Arza kerjakan, hingga pertanyaan Mengenai laporan-laporan yang bahkan sudah Gia email sehari sebelumnya.

Ritual pagi seperti ini yang paling Gia hindari. Selain membuat waktunya terbuang, ia juga harus mengontrol mood-nya, karena sudah pasti bosnya itu akan memberikan ocehan-ocehan yang membuat mulut Gia gatal jika tidak membalasnya.

Seperti pagi ini, Gia sudah selesai menjelaskan jadwal Arza dari pagi hingga malam nanti sejak sepuluh menit yang lalu. Namun, pria itu masih saja enggan untuk melepaskan Gia kembali ke meja kerjanya. Ada saja pertanyaan yang dilontarkan pria itu padanya. Gia sungguh kesal dengan pria ini. "Oh iya Gi. Makan siang ini saya tidak ada jadwal dengan klien kan?" Tuh kan baru juga Gia jelaskan jadwal pria ini, bisa-bisanya ia mempertanyakan lagi apa yang sudah dijelaskan oleh Gia.

"Bapak kan siang ini ada di kantor. Bapak baru ada jadwal meeting jam dua sore, itu pun juga meeting di kantor dengan divisi marketing." Gia berusaha menahan amarahnya. Ia sengaja membuat nada suara terdengar datar tanpa emosi.

"Kalau gitu menurut kamu makan siang yang cocok buat saya siang ini apa yah?" Pertanyaan yang dilontarkan Arza makin membuat Gia lelah. Sudah terbayang olehnya berapa lama lagi dirinya akan berada di ruang Arza.

"Bapak mau makan apa?" Gia bertanya dengan suara pelan, seolah tenaganya sudah habis terkuras untuk menahan emosinya.

"Saya ingin makan sesuatu yang berkuah, tapi juga ada dagingnya tapi saya gak mau makan sayur tapi saya juga mau mie." Arza berusaha mendeskripsikan apa yang ingin ia makan siang ini pada Gia.


Terima kasih sudah membaca cerita ini, untuk tau kelanjutannya bisa melanjutkan membaca melalui aplikasi dreame/innovel, gratis...

Akun dreame: Iennerr

Tetap follow akun ini yah untuk mendapatkan kabar terupdate dari cerita-ceritaku. Sampai jumpa diceritaku selanjutnya

The Word Called Love (Complete) Move To Dreame/InnovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang