Semenjak kembali bertemu dengan Serena, kelakuan Arza makin menjadi aneh. Seperti pagi ini Arza meminta Office Boy untuk membuatkannya kopi. Tetapi Office Boy yang biasa membuatkannya kopi sedang sakit dan tidak masuk ke kantor hari ini. Ketika dibuatkan oleh Office Boy yang lain, ternyata rasanya tidak sesuai menurutnya dan malah membuat Arza marah. Kemarahan Arza ini membuat ketegangan di lantai tempatnya bekerja.
Sebenarnya bisa saja Arza meminta Office Boy untuk membelikannya kopi di cafe tempat biasa ia sarapan. Tapi entah mengapa pria itu malah meminta Office Boy yang lain untuk membuatkannya kopi. Gia benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan bosnya pagi ini.
Merasa tidak nyaman dengan hal itu membuat Gia yang melihat hal ini akhirnya memutuskan untuk mencoba membuatkan kopi untuk Arza karena ia kasian melihat Office Boy tadi ketakutan sehabis dimarahi oleh Arza. Setelah kopi yang dibuatnya selesai, ia segera mengantarkannya ke ruangan Arza. Namun, lagi-lagi tanggapan Arza membuatnya kesal.
"Ini gak kamu kasih racun kan?" tanya Arza menyelidik sambil memperhatikan cangkir kopinya dengan seksama.
"Ide bagus, mungkin next time saya tambahin," jawab Gia yang mulai bisa menimpali ucapan tidak ramah Arza padanya. Setelah melihat Arza meneguk kopinya dan memastikan bosnya tidak mengeluarkan complaint, walaupun sebenarnya sedari tadi ia juga deg-degan takut bernasib sama dengan Office Boy yang baru saja Arza marahi.
Arza yang merasa Gia melihatnya dengan seksama, melontarkan pertanyaan yang lagi-lagi membuat Gia kesal. "Kenapa ngeliatin? Naksir?" tanya pria seraya tersenyum pada Gia. Membuat memutar bola matanya malas. "Mimpi," ucapnya dengan suara kecil, takut bosnya mendengar dan bisa dipastikan akan membuat emosi Arza kembali naik.
Tanpa berpikir dua kali Gia pun segera permisi untuk kembali ke mejanya. Ia sudah tidak kuat berlama-lama berada dalam satu ruangan dengan Arza. Sesampai dimeja kerjanya Gia berulang kali menarik dan membuang napasnya. Ini ia lakukan untuk menurunkan emosinya yang sedang bergejolak mendengar perkataan Arza tadi. Bisa-bisanya bosnya itu menuduhnya melakukan hal yang tidak mungkin. Sekesal-kesalnya Gia pada Arza paling hanya sebatas membalikkan ucapan bosnya yang tidak di-filter itu. Mana berani Gia menaruh racun ke minuman bosnya. Ia belum cukup gila untuk melakukan hal itu. walaupun sebenarnya dalam hati Gia ingin segera lepas dari bayang-bayang atasannya ini, tetapi nyalinya belum sampai pada tahap itu.
Terima kasih sudah membaca cerita ini, untuk tau kelanjutannya bisa melanjutkan membaca melalui aplikasi dreame/innovel, gratis...
Akun dreame: Iennerr
Tetap follow akun ini yah untuk mendapatkan kabar terupdate dari cerita-ceritaku. Sampai jumpa diceritaku selanjutnya

KAMU SEDANG MEMBACA
The Word Called Love (Complete) Move To Dreame/Innovel
Roman d'amourJika ada pemilihan wanita paling setia, pasti Gia pemenangnya. Jika ada pemenang wanita paling banyak berkorban Gia juga akan memenangkannya. Hubungannya dengan sang kekasih yang sudah berjalan lebih dari sepuluh tahun membuatnya enggan untuk berpin...