Typo masih berjamur ya Sob....
Bantu coment yaIni chapter paling tragis buat aku, bukan karena isinya, tapi pas kelar mau aku publish ternyata gagal malah ilang.... Bikin mewek dech , akhirnya author ngetik lagi dech.
💖💖💖
Selamat Membaca
***"Tunggu, Lina... Aku tidak tau kalau kau sudah menikah, padahal Planing itu juga ada di bawahku, harusnya aku tau kalau kamu menikah."
Deg
Meli membuat Lina yang mengemasi HP dan dompetnya terhenti dan mematung menatap Meli, Lina bingung harus jawab apa....
"Ii..iiyaa saya sedang hamil. Saya sudah menikah, dan pernikahan saya memang tidak ada pesta mbak Mel, cuma akad saja, jadi mohon maaf saya belum mengumpulkan administrasi perubahan status saya" jawab Lina tanpa melihat wajah Meli, yang sepertinya terlihat lebih lega mendengar jawaban Lina yang sudah menikah.
Memang peraturan di Seikh Apparel, bagi karyawan yang sudah menikah harus mengumpulkan fotocopy surat nikah dan fotocopy kartu keluarga, sebenarnya Lina ingin terus menyembunyikan kehamilannya, namun kali ini di usia kehamilan ke enam bulan harus ketahuan karena bajunya yang basah dan menampilkan lekuk perutnya.
"Saya permisi dulu pak, mbak" Lina menganggukan kepala dan bergegas meninggalkan Cafetaria untuk pulang tanpa menunggu jawaban dari Farhat dan Meli.
"Bagaimana Tuan Farhat yang terhormat, apa istri orang menurutmu menarik??" Sarkas Meli dengan bahasa Tamil dan menyedekapkan tangannya di dada.
"Jaga batasanmu Meli, kamu tadi sengajakan menumpahkan air di dada Lina?? Aku harap ini terakhir kalinya kamu mengganggu Lina, karena aku akan melupakan pertemanan kita kalau kau masih bertindak seperti itu kepada Lina" jawab Farhat tegas kepada Meli dan kemudian meninggalkan Meli di cafetaria, meski suasana riuh di cafetaria yang penuh dengan karyawan yang sedang makan atau hanya minum sambil merokok namun semua tertunduk diam tak ada yang berani bersuara dan menatap bosnya yang sepertinya siap menerkam siapa saja.
***
Jam sembilan malam Farhat baru memasuki apartemanya dan pandangannya langsung tertuju pad awanita hamil yang sedang meringkuk di sofa TV, rambut ikalnya sebagian menutupi wajahnya yang putih, Farhat tersenyum menatap istrinya yang tertidur pulas, kemudia di liriknya meja makan yang sepertinya makanan yang di sajikan belum tersentuh, tandanya istrinya belum makan.
Farhat bergegas ke kamar dan beberapa saat kemudian Farhat sudah keluar kamar dengan kondisi fresh sudah mandi aroma maskulin menguar di tubuhnya, Farhat memakai celana kolor pendek cream dan kaos putih, bulu halus di wajahnya juga baru saja di cukur, rambutnya yang pendek sedikit basah sisa kramasnya tadi menampakakan kesan Manly, Farhat mendudukan bokonngnya di sofa yang di gunakan Lina untuk tidur, Farhat duduk menyamping dan kembali memandangi istrinya, menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajahnya, kemudian pandangannya beralih keperut buncit Lina, perlahan Farhat mengelus perut istrinya."Anak papa tadi kedinginan ya di guyur lemon tea ice?? Maaf ya papa belum bisa menolongmu, karena sepertinya mamamu malu punya suami sekeren papa" monolog Farhat kepada anaknya yang langsung di tanggapi oleh bayi di dalam perut lina dengan tendangan yang brutal seolah protes dengan ayahnya yang tidak membelanya.
"Enggggghhh... " Lina menggeliat karena merasa perutnya tidak nyaman dengan tendangan anaknya yang membabi buta.
"Kak, kakak sudah pulang??" Lina mendusukkan dirinya dan sedikit menguap.
"Maaf aku ketiduran"
"Kamu belum makan Lina??" Tanya Farhat sembari mengelus pipi chuby Lina.
"Aku menunggu kakak"
"Kenapa menungguku, kamu mau bikin anakku kelaparan ya? Sudah tadi pagi jatah susunya kamu buang, jatah makan siangnya gak kamu kelarin, eh jam segini anakku masih belum makan??". Farhat bercanda dengan istrinya, tapi hormon bumil memang tidak bisa di ajak bercanda, Lina sangat jengkel seolah olah sengaja menelntarkan anaknya dan tidak memberi makan, padahal jelas kejadian tadi di luar kemauan Lina.
"Kakak jahat, kenapa tadi tidak menolongku, saat mbak Meli mengguyur aku dengan lemon tea ice, aku tau mbak Meli sengaja, karena mbak Meli suka sama Kakak, atau.... Jangan-jangan kakak juga suka dengan mbak Meli?? Aku tau kak, aku gak sebanding dengan mbak Meli, kalau kakak suka mbak Meli, tolong... Lepasin Lina kak, biar anak ini Lina yang urus."
Farhat menyesal sudah membuat istrinya nangis dalam keadaan lapar, farhat menangkup pipi Lina dan menghapus air mata lina dengan ibu jarinya."Dengarkan aku Lina, akan banyak wanita seperti Meli di sekitarku, kalau aku mau sudah dari dulu aku menikahi dia, cukup kamu tau Lina, hanya kamu, hanya kamu wanita yang akan menjadi nyonya Farhat Mohammed Seikh, hanya kamu wanita yang aku nikahi, hanya kamu wanita yang akan menjadi ibu dari anak-anakku, dan hanya kamu Lina wanita yang akan menjadi pengisi hatiku. Soal kenapa aku tidak menolongmu, aku harus bagaimana menurutmu Lina?? Kamu yang memintaku seolah-oleh kita tidak ada apa-apa? Kamu yang menginginkan merahasiakan pernikahan kita, kalau aku ambil sikap lebih jauh, akan banyak orang yang curiga dengan hubungan kita, kalau kamu mau aku dengan senang hati menyampaikan kalau kamu adalah istriku, sehingga aku lebih leluasa dalam melindungimu, tapi kamu tidak mau, aku harus bagaimana Lina??"
"Aku takut kak..., Aku belum siap mengahadapi orang-orang seperti mbak Meli, pasti banyak orang akan menganggap aku perusak hubungan kakak dengan bu Anita, aku wanita penggoda yang rela kakak hamili, dan pasti akan banyak yang memepetanyakan karakterku, aku tak sanggup membayangkannya kak, apa lagi orang tua kakak belum tau dengab pernikahan kita, aku takut kak kalau mereka tidak menerimaku, tidak mau menerima anakku" Lina kembali terisak dan kali ini Farhat memeluk Lina, berusaha menenangkan istrinya.
'Lina,,, sampai kapanpun aku adalah orang yang akan selalu disampingmu dalam keadaan apapun, soal orang tuaku biar aku yang urus, kamu tak usah khawatir mereka orang yang sangat baik, setelah anak kita lahir kita ke Mumabai, mereka pasti menerima kalian". Farhat mengecup pucuk kepala Lina dengan sayang
Kriiiiuuuuukkk
"Oh... Nyonya Seikh, sepertinya anak saya kelaparan , akan samapai kapan kamu menangis dan membiarkan dia kelaparan" kali ini Farhat tersenyum dan menarik pelan hidung mungil Lina dan di balas dengan pukulan pelan di dada Farhat. Tanpa ijin Lina Farhat menggendong Lina dan membawanya ke meja makan menikmati makan malam mereka.
***
Di sisi lain di kota Mumbai di sebuah Bungalaow seorang pria tinggi besar berambut tipis perlahan melepas kacamatanya dan kembali melanjutkan percakapnnya melalui telpon selular dengan bahasa Tamil."Cari tau tentang wanita itu, aku tidak ingin Farhat kembali menerobos tradisi, Farhat harus menikah dengan wanita pilihan ku"
T
B
CJangan lupa tinggalkan jejak
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Untuk Selamanya
Short StoryEND Judul berubah awalnya Suami 30 Hari, aku ganti menjadi 30 Hari Untuk Selamanya Yahhh begini ceritanya..... "Pak... Maaf say belum bisa mengembalikan uang perusahaan, saya mohon perpanjangan waktu." Pinta Lina ke bos saat jatuh tempo saat yang di...