3

2.6K 163 0
                                    

🍀🍀🍀
Selamat membaca....

Ditarikyan tangan Lina saat lewat di samping Farhat yang tampangnya bikin gemes, Lina tak kalah menggemaskan denga rambut ikal sepunggung yang nampak basah dan bibir tipis yang berubah bengkak karena ulah si Farhat, apalagi leher nya lebih dari tujuh tanda merah terlek random di lehernya.
"Masih sakit???" Tanya Farhat dengan suara khas bangun tidur.

"Sedikit, sudah berkurang" jawab Lina malu

"Maaf, aku baru pertama kali memasuki tubuh wanita". Jawab Farhat sedikit menggoda Lina

"Bukannya ada sudah menikah sebelumnya dengan bu Anita?" Tanya Lina yang asal membuat mood Farhat mendadak berubah, mengingat pernikahan Anita yang merupakan pernikahan perusahaan, bukan pernikahan manusia.

"Ah sudahlah.... Itu bukan urusanmu, tolong siapkan sarapanku, aku terbiasa sarapan roti dan susu hangat, dan tolong siapkan pakaian kerjaku." Setelah memakai boxernya Farhat bergegas ke kamar mandi.

Lina menyiapkan sarapan dan menyiapkan pakaian kerja Farhat, Lina juga bersiap berangkat ke kantor, pasalnya tidak ada hari libur untuk pernikahan siri meskipun dengan Presdir menikahnya.

"Lina kamu bisa berangkat dengan taksi? Aku tidak mau ada yang melihatmu dengan ku saat di perusahaan, dan tolong kamu bersikap biasa denganku saat di perusahaan" Lina hanya mengangguk saat Farhat tiba tiba kembali dingin jauh berbeda dari semalam, menyisakan nyerindi hatinya.

"Oh iya... Jangan lupa obatnya di minum, aku tidak ingin beresiko di belakang" lagi-lagi Lina menjawab dengan anggukan karena memang Lina juga tidak ingin ada yang tumbuh di rahimnya dari penikahan sirinya ini.

***

"Jalan kamu aneh Lin, kayak penganten baru aja..." Kelakar Agustin yang membuat wajah Lina sontak memerah.

"Apaan sih Tin, semalem aku kepleset di kamar mandi, jadi dech jalannya aneh", dan sepertinya Agustin percaya.

***

Kehidupan rumah tangga Lina dan Farhat tidak banyak yang istimewa selain Farhat tiap malam meminta jatah dengan Lina, bahkan di perusahaan pun Farhat pernah meminta jatahnya di jam iatirahat. Farhat membelikan cincin berlian yang cukup indah ke Lina sebagai hadiah pernikahan, namun Lina di larang memakainya di perusahaan. Lina paham akan hal itu, Farhat juga mengisi rekening Lina sebagai nafkah suami ke istrinya .

Sebulan sudah pernikahan Lina dan Farhat, meski berat Lina harus keluar dari unit apartemen Farhat.

"Pak saya pamit, hari ini adalah hari batas penikahan kita, saya akan kembali ke apartemen saya, terimakasih atas semuanya, saya mohon maaf saat menjadi istri anda banyak hal yang kurang berkenan"

Farhat menghentikan sarapnnya. "Bisakan kamu, tinggal semalam lagi?? Sepertinya aku belum memberi kesan baik padamu saat menjadi suamimu". Farhat menarik tubuh Lina dan mendudukkannya di pangkuan Farhat sembari menelusupkan wajahnya di leher Lina,  dan sesekali menggigit pelan tengkuknya.

"Tidak pak, saya tidak bisa" jawab Lina sambil menahan air matanya, karena dia takut semakin terjatuh cinta dengan Farhat sang suami sirinya.

"Apakah aku harus memohon?? Kamu masih istriku Lina, aku belum menalakmu, jadi kamu malam ini masih tidur di sini sebagai istriku."
Farhat berdiri dan meninggalkan sarapannya. Dan Lina terduduk di kursi makan sambil melepaskan air mata yang sedari tadi di tahannya.

***

Malamnya Farhat memperlakukan Lina dengan manis, menyiapkan makan malam romantis di apartemennya, meskipun makannan pesanan, dan baru kali ini Farhat pulang kerja bersama Lina.

Makan malam yang sangat romantis dan di lanjutkan kegiatan romantis, Farhat sangat posesif, bahkan setelah bercinta mereka tidak tidur, Farhat meme weluk tubuh telanjang Lina dan bersandar di sandaran tempat tidur, mereka berscerita masa lalu masing-masing hinga sampai subuh mereka tidak tertidur, untungnya hari sabtu, mereka Libur.

Setelah sholat Subuh Farhat tertidur, dan Lina, mengemasi semua pakaiannya dan menyiapkan sarapan suaminya untuk terkahir kalinya.

Lina meninggalkan kertas di nakas tempat tidurnya.
Untuk Suamiku...
Terimakasih untuk tiga puluh satu hari yang indah, terimakasih kamu menyempurnakan agamaku, termakasih kamu sudah menjadi imamku, maaf aku belum bisa menjadi istri yang baik untukmu, maaf aku hanya bisa membuatkan sarapan roti bakar untukmu, mungkin saat nanti kamu bangun roti tersebut sudah dingin, tapi tetap di makan ya, itu bakti terakhirku untukmu suamiku.
Maaf aku tidak pamit, karena tidak tega membangunkanmu. Sampai bertemu di perusahaan besok senin pak Presdir.

Farhat merasa sakit saat membaca surat dari istrinya tersebut, istrinya tidak menuntut lebih, bahkan kalau Lina minta menjadi istrinya seumur hidup akan Farhat turuti, tapi Lina memilih pergi, bagai manapun Farhat harus menghargai keputusan Lina yang mundur, karena perjanjian hanyan sampai sebulan Lina tinggal bersama Farhat.

Di sisi lain Lina memasuki apatemennya yang sudah lama di tunggalkannya bukan hanya Farhat yang kehilangan Lina pun juga kehilangan, Lina sangat mencintai Farhat, ya hati Lina berkhianat dari otaknya. Lina meratapi nasibnya yang mungkin kelak tak akan ada yang mau dengan wanita bekas, seharian Lina bengong di kamarnya, hingga alarem perutnya meronta minta di isi, hanya ada mi instan yang bisa di masak. Lina sangat berhemat untuk urusan perut, meski isi rekeninganya sangat gendut dia tidak akan menghabur-haburkannya.

Di tengah tengah dia menikmati mi instannya tiba-tiba dia di bikin kaget dengan pikirannya sendiri, bahwa dia melupakan pil kontrasepsi nya, yang berisi 30 butir, padahal dia menghabiskan 31 malam dengan Farhat. Namun dia mengkis pemikirannya bahwa hanya sekali dia lupa tidak mungkin hamil, dan Linapun melanjutkan menikmati mi instannya.

Bersambung

30 Hari Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang