5

2.5K 151 0
                                    

🌾🌾🌾
Selamat membaca....

"Lina kamu hamil???" Suara familiar di telinga Lina, sontak Lina menengok ke samping arah suara tersebut.

Seorang pria India berusia sekitar lima puluh tahun memandang cukup intens Lina yang menyerahkan susu hamil ke kasir.

Setelah pertemuan tadi Paman Farhat yang bernama Madan mengajak Lina ke Cafe dekat dengan minimarket tadi
"Iya paman saya hamil, tolong rahasiakan ini dari pak Farhat, dia tidak boleh tau kalau saya hamil, karena ini kesalahan saya"

"Aku sudah curiga dengan Farhat yang mengalami mual muntah di pagi hari, dan sering nyidam aneh aneh, padahal dia dan Anita belum pernah melakukan hubungan suami istri, ataupun dengan wanita lain selain kamu"

"Kamu tidak kasian dengan anakmu Lina?" Tanya paman Madan dengan tatapan iba ke Lina.

"Tidak paman, karena di perjanjian apapun yang terjadi setelah kami menikah itu bukan kewajiban pak Farhat lagi".

"Aku harap kamu akan merubah keputusanmu Lina. Sedikit cerita tentang Farhat, dia menikahi Anita karena perjodohan, Anita dan Farhat adalah teman baik, orang tua mereka sama-sama orang terpandang dan pengusaha di Asia Selatan, sehingga mereka menjodohkan anak mereka, tradisi kami tidak di perbolehka menolak perjodohan, Farhat menaruh hati dengan Anita, namun Anita sudah memilih seorang dokter sebagai pengissi hatinya. Farhat yang patahati dengan pernikahannya dia memilih ke Indonesia, setelah menikah, bahkan keluarga Anita, sepengetahuan keluarganya dia ikut ke Indonesia dengan Farhat, Farhat hanya pria patahati yang memprihatinkan Lina, saya sangat berharap banyak dengan pernikahan kalian, tapi sepertinya kamu menyerah." Lina sangat terkejut dengan cerita paman Madan yang menceritakan kisah pernikahan Farhat.

***

Lina pulang di antar Madan sampai lobi apartemennya.
"Jaga cucuku dengan baik Lina, semoga kamu tidak akan lama menyembunyikannya dari ayahnya, mereka berhak bertemu Lina".

"Akan saya pikirkan paman".

Dengan langkah gontai Lina memasuki apartemennya. Dan masih memikirkan betapa menderitanya suaminya, ingin rasanya Lina meneplon Farhat namun kembali di urungkan karena Lina tidak punya alasan, namun bagai gayung bersambut, tiba tiba benda pipih ajaib itu berbunyi dan nampak  tertulis nama BOS

"Lina Kamu sedang apa??" Pertanyaan yang di rasa konyol terlontar begitu saja oleh Farhat.

"Sedang makan malam pak, bapak ada apa telphonsaya??"

"Boleh saya ikut makan malam di rumahmu Lina?? Aku sangat ingin makan bebek goreng tapi sambalnya buatanmu" Lina tersenyum sambil mengusap perutnya

Setelah menutup sambaungan telponnya, Lina tersenyum dan mengusap perutnya, "kamu pinter ya dhek, bawa papamu kesini" begitulah ikatan batin anak dan ayah.

***

Setelah satu jam Farhat datang dengan membawa bungkusan berisi 4 potong bebek goreng, dan Lina sudah menyiapkan sambel bawang mentah dan cabai setan yang di guyur dengan minyak panas sehingga mengeluarkan aroma sedap bukan main, akhirnya tanpa basa basi mereka melahap makan malam mereka dengan semangat, bahakan 4 potong bebek goreng yang berarti 1 ekor bebek tandas di makan mereka berdua, padahal Lina tadi saat Farhat telpon sedang makan, yah begitulah bumil makan gak ada habisnya.
Setelah selesai makan Lina membereskan meja makan dan kedapur mencuci piring bekas makan malam mereka

"Lina, aku masih suamimu, aku ingin meminta hakku, kamu bersedia??" Tanya Farhat saat memeluk Lina dari belan

"Pak.... Emm.... Iya" tanpa babibu Farhat menggendong Lina ke kamar, menidurkannya.
Farhat berbaring miring dan sikunya di jadikan sandaran agar lebih fokus menatap Lina, tangan kanannya membelai wajah Lina
"Aku beberapa hari tidak bisa tidur Lin" setelah mencium kening Lina .
"Kenapa?? Bapak sakit?" Tanya Lina sedikit cemas
"Sepertinya aku perlu di chas... Wakakkakak" jawab Farhat kemudia tertawa terbahak bahak,  hampir saja Farhat bilang merindukan mu Lina.
Lina memukul lengan Farhat dan berusaha pergi dari tempat tidurnya dan Farhat dengan sigap menarik Lina ke pangkuannya, Lina meronta dalam canda karena dianggap lelucon oleh Farhat.
"Jangan bergerak Lina, kamu tidak ingin kan seperti malam pertama kita, kamu kesulitan berjalan??"

***

Pagi tiba, Farhat memeluk tubuh telanjang Lina sangat erat, seolah takut Lina kabur, untung Farhat sangat halus dalam bercinta dan ancamannya tidak di laksanakan, Lina sangat bersyukur karena tidak akan berpengaruh dengan bayinya.

Tiba tiba Farhat terbangun dan lari ke kamar mandi, Farhat mengeluarkan isi perutnya, Lina baru kali ini melihat suaminya yang morning sickness, Farhat nampak pucat dan matanya ber air. Lina merasa berdosa dengan keadaan Farhat

"Anda tidak apa-apa pak??" Lina mengurut tengkuk Farhat. Farhat menggeleng
Lina memapah Farhat yang tanpa busana sedang Lina hanya menjadikan selimut untuk melilit badannya.
"Sudah hampir dua bulan Lin, aku kayak gini, aku udah ke dokter, kata dokter gak papa" Farhat kembali berbaring dan Lina mengambilkan air hangat untuk Farhat.

"Haruskah ku katakan kalau aku hamil...." Bisik Lina saat berada di kamar mandi.

Bersambung

Jangan lupa Vote ya

30 Hari Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang