21 (S.2)

1.7K 107 2
                                    

Selamat membaca 😘😘😘


"Suami Nyonya Herlina". Seorang dokter keluar dari UGD.

"Saya suami Herlina, bagaiman kondisi istri saya dan bayi kami dok?" Farhat mendekat kearah dokter dengan perasaan was was.

"Istri anda harus segera di operasi, karen air ketubannya sudah banyak yang keluar, kalau tidak segera di lakukan operasi, kami khawatir salah satu dari mereka akan tidak bisa di selamatkan." Dokter menyampaikan kondisi terkini Lina, tubuh Farhat seolah kehilangan tulang, terasa lemas mendengar kabar bahwa anak dan istrinya saat ini nyawanya tengah terancam

"Lakukan yang terbaik untuk mereka dok, selamatkan mereka" air mata Farhat lolos begitu saja di balik kacamata beningnya

"Ya pak, kami akan melakukan yang terbaik untuk anak dan istri bapak, silahkan bapak ke bagian administrasi untuk tanda tangan surat persetujuan tindakan" Farhat bergeas ke bagian administrasi langsung menandatangani surat persetujuan tindakan.

Sebelum operasi di mulai Farhat menemui istrinya yang terbaring dan sudah mengenenakan pakaian oprasi.  Mata Lina terpejam menahan sakit namun bibirnya bergerak berdzikir,

"Lina... Maafkan aku, aku tidak bisa menjagamu dengan baik, maafkan aku sayang" Farhat mengambil tangan Lina dan mencium berulang kali.

Mata Lina terbuka dan menatap suaminya, kemudian senyum terukir di bibir Lina.
"Kak... Sebentar lagi kita akan bertemu dengan anak kita, kak... Kalau kakak diminta dokter untuk memilih antara aku dan anak kita, kumohon kakak memilih anak kita ya...." pinta Lina dengan suara lemah.

"Tidak Lina... Kalian akan selamat, kamu jangan ngomong sembarangan". Farhat mengecup kening Lina, berusaha tegar didepan istrinya.

"Aku takut kak....." Air mata Lina menalir di pelipis dan perlahan di hapus oleh Farhat, dia mati-matian menahan air matanya di depan istrinya.

"Hussstt.... jangan takut sayang....kita akan membesarkan anak kita bersama-sama, kita akan punya anak banyak Lina. Kumohon kamu harus bersama kami, aku tak bisa membesarkan anak kita sendiri Lina." Farhat mengusap kepala Lina dan mencium kening Lina cukup lama.

"Maaf pak, sudah waktunya untuk tindakan, mohon bapak bisa keluar" interupsi dari perawat, dan mau tak mau Farhat menuruti Farhat keluar dari ruangan.

Pintu operasi tertutup, tubuh Farhat seperti tak bertenaga, bersandar di dinding namun tubuhnya merosot begitu saja, air mata yang sedari tadi di tahan akhirnya lolos juga, sang Ibu Nyonya Bahiya mendekati Farhat dan memeluknya mencoba menyalurkan kekuatan di tubuh lemah putranya.

"Ibu.... Aku bodoh, aku tak bisa menolong istriku, sabahatku mencelakai istri dan anakku, seandainya semua orang tau kalau Lina istriku pasti tidak akan ada orang yang berani menyakitinya bu" Farhat masih terduduk di lantai, dan mencurahkan semua yang ada di hatinya.

"Ini bukan salahmu Nak, Ibu juga tidak habis fikir Meli yang kita kenal sangat baik, ternyata tega melakukan ini pada Lina." Semua sudah tau, penyebab Lina terjatuh adalah didorong Meli, Rohit yang mengusut kasus jatuhnya Lina, dan saat ini Meli di scorsing posisi Meli di rangkap Paman Madan.

"Ini salahku Bu... aku suami yang bodoh, tidak menyadari bahaya yang mengancam istrinya." Kali ini Farhat menjambak rambutnya dan membenturkan kepala belakangnya di tembok yang di gunakan Farhat untuk bersandar

"Tenangkan dirimu Nak, Lina tidak butuh penyesalanmu, saat ini di dalam sana istrimu sedang berjuang melahirkan anakmu, harusnya kamu berdo'a bukan bersikap konyol seperti ini."Tuan Salman berusaha menenangkan putranya, dia juga merasa menyesal dengan kerjadian yang menimpa Lina.

"Terimakasih ayah, aku akan ke mushola, kalau ada apa-apa tolong aku di telpon ya yah". Farhat menghapus airmatanya dan bergegas menuju mushola meninggalka ibu dan  ayahnya di depan ruang operasi.

Di mushola yang masih di lingkup rumah sakit, Farhat melakukan sholat hajat beberapa rakaat, dan mencurahkan semua harapan ke pada Sang Pencipta bahkan Farhat sampai menguguk menagis memohon dengan sangat kepada Allah agar istri dan anaknya di berikeselamatan.

Setelah lama Farhat mencurahkan isi hatinya kepada sang pencipta, dan rasanya belum puas Farhat berhajat dengan Allah, handphon Farhat bergetar

Dreeeett...
Dreeeett...

"Ayah... Bagaimana??" Wajah Farhat berubah tegang.

"..."

"Iya saya akan segera kesana." Farhat bergegas lari menuju ruang operasi.

Farhat terhenti ketika melihat Ibunya yang menangis di pelukan ayahnya, segala pemikiran buruk membayangi Farhat sehingga kakinya terasa tak mampu melangkah.

"Nak... " Tuan Salman memeluk putranya yang berjalan dengan pandangan kosong.

"Ayah... Bagaimana kondisi Lina? Bagaimana kondisi anakku yah?" Ayahnya menunduk, begitu juga dengan Ibu nya.

"Anda suami ibu Lina?" Seorang dokter mendekat dan membuat Farhat berbalik menatap dokter laki-laki yang barusan berbicara.

"Iiyaa dokter, bagaimana kondisi anak dan istri saya?"

"Istri anda saat ini kondisinya kritis, istri anda banyak mengeluarkan darah, saat ini harus di rawat di ICU , bayi Bu Lina kembar berjenis kelamin laki-laki pak, dan... Kami mohon Maaf pak, kami tidak bisa menyelamatkan salah satu dari putra anda." Wajah dokter nampak menyesal.

"Salah satu??" Farhat kaget ketika dokter mengatakan salah satu dari putranya, berarti Lina melahirkan bayi kembar.dan kabar Lina yang saat ini kritis membuat tubuh Farhat hampir ambruk, untungnya tuan Farhat sigap menopang tubuh Farhat yang hampir ambruk.

"Bapak tidak tau kalau putra anda kembar?" Tanya dokter heran.

"Saya baru sekali mengantarkan istri saya periksa dan saat di USG hanya terlihat satu bayi yang tidak nampak jenis kelaminnya dok, trus bagaimana kondisi salah satu putra saya dok??." Farhat nampak bodoh di depan sang dokter.

"Putra anda semuanya normal, namun karena dia lahir secara prematur dan berat badannya yang kurang dari dua kilogram, dia harus di rawat sementara di inkubator, bapak bisa mengadzani putra anda setelah di bersihkan"

"Saya bisa menemui istri saya dok?"

"Tentu pak, silahkan". Farhat bergegas menemui istrinya yang terbaring di ruang ICU,

"Sayang.... Terimakasih telah melengkapi hidupku, telah berjuang melahirkan putraku". Farhat menggengam tangan pucat Lina, menatap sendu istrinya yang terlihat pucat dengan selang di hidung dan mulutnya.

"Lina... Bangun sayang.... Kamu tau, sekarang kamu sudah menjadi Ibu, aku ingin mendazani putra kita di depanmu Lina..."

"Kumohon bangun sayang... Kita besarkan putra kita bersama-sama"Farhat menangis dan menggenggam tangan istrinya.

Semoga Lina bisa bangun ya, dan merawat putranya bersama Farhat

T
B
C


30 Hari Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang