19 (S.2)

1.5K 117 2
                                    

Masih banyak Typo nya ya ....
Makasih udah mau sempetin baca, koment dan juga vote.

Selamat membaca😘🥰😍

Di ruangan Farhat, suasana  mencekam, Farhat di rundung kegelisahan yang besar, kenapa ibunya mengajak Lina berbicara berdua, pemikiran buruk membayangi isi kepala Farhat saat ini

(Dengan Bahasa Tamil )
"Kau tau Farhat kenapa kami kesini??" Farhat berusahan menormalkan dirinya dan berusaha mengambil hati ayahnya.

"Untuk perayaan ulang tahun perusahaan?" Farhat menjawab asal.

"Kenapa kau menikahi wanita tanpa seijin orang tuamu?!" Suara tuan Salman penuh penenkanan membuat hati Farhat menciut, dia bisa menghadapi dunia, tapi dia tidak bisa menghadapi kemarahan orang tuanya, dan saat ini dia telah membuat murka orang tuanya.

"Ayah... Akan aku jelaskan...."Farhat baru akan berbicara ayahnya sudah memotong

"Apa? Alasanmu menikah cinta??? Kau tau wanita macam apa yang kau nikahi? Kau tau apa latar belakangnya??" Tuan Salman sangat murka.

"Dia hanya wanita biasa ayah, wanita dari kalangan biasa yang hidup di panti asuhan, wanita yang begitu menghormati saya, menerima apapun yang saya lakukan untuknya, bahkan selain benihku dia belum pernah kuberikan apa-apa padanya, semua yang ku berikan padanya masih utuh, bahkan uang pun dia tidak gunakan Ayah, awalnya aku menikahi dia hanya sebuah perjanjian ayah, namun seiring berjalannya waktu aku tidak bisa melepasnya ayah, aku mencintainya, apalagi dia saat ini mengandung anakku Ayah, jangan hukum anakmu ini dengan memisahkan aku dengan anak dan istriku ayah" Farhat berlutut di depan ayahnya.

"Farhat sebagai seorang ayah aku ingin yang terbaik untuk anakku, tinggalkan wanita itu, kalau dia wanita baik-baik, pasti dia tidak mau menikah kontrak dengan mu" Tuan Salman menatap Farhat dengan penuh intimidasi.

"Ayah benar, sebagai seorang ayah, ayah akan melakukan yang terbaik untuk anakknya, dan saat ini aku akan menjadi ayah, aku akan melakukan hal yang terbaik untuk anakku, maaf ayah aku tidak melewati norma agamaku, aku masih bepegang teguh dengan ajaran agama, jadi aku tidak akan menelantarkan anak dan juga istriku." Baru kali ini Farhat membantah perkataan ayahnya.

Dan ayahnya yang sedari tadi duduk, mentap mata Farhat tidak percaya dengan perkataan putranya, di rengkuhnya kedua pundak putranya dan kemudia memeluk erat putranya.

"Maafkan ayah nak, selama ini kamu tersakiti oleh ego kami, terdzolimi oleh adat dan tradisi, Anita telah membukakan mata kami, bahwa cinta tidak bisa di paksakan, dan jodoh itu Allah yang mengaturnya tanpa melihat kastanya apa, sebelum kemari Madan sudah menceritakan kepada kami awal mula kalian menikah, dan bagaimana sakitnya kamu atas perjodohan itu. Dan aku tidak ingin menjadi ayah yang bodoh untuk kedua lainya, maafkan ayahmu ini nak...tadi ayah hanya ingin mendengar langsung dari mu, bagaimana perasaanmu terhadap wanita pilihanmu" Ayah Farhat merengkuh tubuh putranya memeluk erat dan menangis menggugu.

***

Di sebuah ruangan yang yang tidak begitu luas , hanya memuat satu meja besar berbentuk oval, lima buah kursi dan satu meja teh kecil di pojokan, terlihat dua orang wanita duduk bersebelahan, suhu di ruangan itu seolah menukik ke angka nol drajat, Lina dan Nyonya Bahiya ibunda Farhat, Lina menunduk dan beberapa kali menyalurkan gugupnya dengan meremas ujung bajunya.

Dialok menggunakan bahas Indonesia, ibunya Farhat pernah tinggal cukup lama di Indonesia

"Berapa usianya nak?" Nyonya Bahiya kembali mengelus perut Lina, dan sang cucu di dalam perut pun excited dengan sentuhan dari sang nenek, dia langsung membalas sapaan neneknya dengan memeberi tendangan dan membuat nyonya Bahiya tersenyum

"Maaf di menendang tangan anda, usianya hampir tujuh bulan nyonya" Jawab Lina

"Sudah hampir lahir cucuku, tapi aku baru tahu kalu akan menjadi nenek, Farhat sangat kelewatan." Saat ini muka nyonya Bahiya berubah menjadi gemas dengan putranya yang menyembunyikan banyak hal dari dari orang tuannya

"Jangan panggil aku nyonya ya nak, kamu istrinya Farhat, harusnya kamu mengikuti Farhat memanggilku dengan panggilan Ibu " kata-kata Nyonya Bahiya membuat Lina mencerna cukup lama.

"I...ibu...." Lina berbisik lirih dan nyonya Bahiya mengangguk kemudian  merentangkan tangannya dan memeluk Lina.

"Kami merestui pernikahaan kalian, bahagiakan Farhat ya nak" ucapan itu bagai sihir yang merubah tangis ketakutan  Lina menjadi tangis bahagia.

"Terimakasih... Terimakasih Bu, sudah menerima saya". Lina terisak.

Sedikit dulu aja ya....

Bersambung ke part yang lebih seru

Jangab lupa Vote ya

30 Hari Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang