20 (S.2)

1.7K 113 3
                                    

Marhaban Ya Ramadhan....

Selamat membaca😍🥰😘

"Jangan panggil aku nyonya ya nak, kamu istrinya Farhat, harusnya kamu mengikuti Farhat memanggilku dengan panggilan Ibu " kata-kata Nyonya Bahiya membuat Lina mencerna cukup lama.

"I...ibu...." Lina berbisik lirih dan nyonya Bahiya mengangguk kemudian merentangkan tangannya dan memeluk Lina.

"Kami merestui pernikahaan kalian, bahagiakan Farhat ya nak" ucapan itu bagai sihir yang merubah tangis ketakutan Lina menjadi tangis bahagia.

"Terimakasih... Terimakasih Bu, sudah menerima saya". Lina terisak.

Bagaikan mimpi Lina di terima oleh Ibu Farhat, dalam suasana haru Farhat dan ayahnya menyusul Lina di ruang meeting kecil atau yang sering di sebut coffee room.

Farhat bahagia melihat ibunya sedang memeluk Lina, sungguh pemandangan terindah yang pernah di lihat Farhat seumur hidupnya mengalahkan pemandagan di Prancis ataupun Swiss.

"Ibu..." Farhat ikut berhambur memeluk istri dan ibunya.

"Terimakasih ibu, sudah menerima Lina". Farhat berucap.

"Kamu anak bodoh. Tega sekali kamu kepada orang tuamu, anak kalian hampir lahir, kami baru tau kalau sebentar lagi akan menjadi nenek dan kakek". Nyonya Bahiya melepas pelukan dan memukul pelan lengan Farhat.

"Semoga Allah selalu melimpahkan kebahagiaan padamu nak" Dan gantian ayah Farhat tuan Salman mendekat ke arah Lina dan memeluk Lina memberi kecupan di pucuk kepala Lina.

"Terimakasih Tuan" Lina menjawab dengan bahagia.

"Apa??? Kau panggil ayahmu ini dengan panggilan Tuan?" Kali ini Tuan Salman pura-pura marah dan membuat nyali Lina menciut

"Panggil aku ayah, sama seperti Farhat. Terimkasih kamu telah menani Farhat dan mengobati sakit hatinya, terimakasih kamu bersedia mengandung keturunan kami, kami juga sudah tau kamu berusaha menyembunyikan kehamilanmu dari Farhat, Madan sudah cerita semuanya kepada kami." Kali ini Farhat menatap Lina dengan tatapan aneh.

"Maafkan paman Lina, sepertinya Farhat harus tau, saat kamu tidak ingin membebani Farhat dengan kehamilanmu, kakak awalnya anak nakalmu itu membuat perjanjian dengan Lina, kalau Lina hamil Farhat tidak akan bertanggung jawab, tapi ternyata anak nakalmu itu menuai karmanya, bahkan Farhat mengalami nyidam saat awal kehamilan Lina, dan Farhat sering tidak bisa tidur karena merindukan istrinya, iya kan Farhat??" Entah kapan datangnya tiba-tiba paman Madan sudah berada di belakang Farhat.

"Dasar kamu anak nakal, kamu lupa kalah di lahirkn dari rahim wanita, kamu mau mempermainkan perasaan wanita, kamu mau mencampakan anak istrimu??" Kali ini berulang kali nyonya Bahiya memukul lengan putrannya.

"Aw... Aww... Ampun ibu... Ini yang salah Lina, kalau dia cerita kalau hamil, pasti aku akan bahagia, pasti aku tidak akan menghabiskan uang banyak untuk berobat karena morningsickness yang sialan itu Bu, ibu tidak tau betapa tersiksanya aku karena Lina hamil, sudah mual tiap pagi, aku tidak bisa makan makanan selain buatan Lina, padahal waktu itu sudah lewat dari perjanjian sebulan kami, dan aku tidak bisa tidur kalau tidak memeluk Lina, sampai pakaian Lina yang tertinggal di apartemen ku peluk dan ku cium seperti orang kelainan, jadi kumohon maaf kan aku..." Kali ini Farhat serajuk dan menyatukan dua tangannya di depan dada.

Semua yang di ruangan tersebut tertawa terbahak-bahak "tau rasa kamu Farhat, ikatan batin anakmu sangat kuat, sampai dia tidak rela ibunya kau campakkan, makanya kamu yang nyidam". Tuan Salman gantian mencibir putranya.

"Sudah waktunya makan siang, mari kita rayakan kebahagiaan ini, kita makan di luar." Madan menginterupsi ke intiman keluarga Seikh dan mengajak makan siang.

"Ehmmm sebentar saya ke kamar mandi dulu." Lina meminta ijin untuk ke kamar mandi, dia perlu mencuci mukanya biar tidaknterlihat habis nangis.

" Iya Lina, aku juga akan ambil handphone dulu di ruangan, nanti kamu menyusul ke lobi ya?" Semua keluar ruangan dengan tujuan yang berbeda, Farhat ke ruangannya, orang tua Farhat dan paman Madan menuju loby, dan Lina menuju toilet.

Setelah keluar dari bilik toilet Lina bermaksud membasuh muka di wastafel agar terlihat lebih segar, di wastafel sudah ada Meli yang bersedekap bersandar di meja wastafel.

"Hebat sekali kamu Lina, begitu popular kamu di keluarga Seikh ternyata" wajah Meli tidak terbaca namun sorot matanya menampakkan kebencian.

"Mak..sud mbak Meli apa?" Lina agak ketakutan dengan tatapan Meli.

"Dasar wanita ular, kamu merayu Farhat kan iya kan?, Dasar jalang, aku tau kamu sebenarnya tidak punya suami kan?? Sok sok an alasan surat nikahmu di bawa suamimu, suamimu luar kota? Dan kau ingin jadikan Farhat sebagai ayah anak harammu itu kan? Dasar wanita munafik" Meli membrondong Lina dengan kata-kata yang tajam sembari mendekatkan tubuhnya dengan Lina, Lina yang hanya sepundak Meli menatap ketas agar bisa melihat wajah Meli.

"Mbak, boleh hina aku sesuka mbak, tapi tidak menghina anakku, aku memang sudah menikah, kalau mbak suka sama pak Farhat, sungguh kasihan kamu mbak, karena samapai kapan pun pak Farhat tidak akan melirik mbak sama sekali." Kali ini Lina benar-benar jengkel dengan Meli, Lina maju mendekat ke arah Meli, seolah menerima tantangan Meli.

Meli yang merasa terhina dengan ucapan Lina langsung mendorong tubuh Lina, Lina yang tidak siap langsung terjatuh dengan posisi bokong terjatuh duluan, darah segar merembes dari bagian bawah Lina.

"Awww.... Sakit... Tolong.... Anakku.... Awww...." Meli yang ketakutan bukan menolong malah berlari keluar. Farhat yang melihat  Meli berlari dari kamar mandi, terasa ada yang aneh dan saat sampai ke kamar mandi Farhat melihat Lina yang duduk sembari merengkuh perutnya, dan darah segar di lantai berasal dari area bawah Lina

"Kakak... Tolong aku.... selamatkan anakku". Lina masih berteriak namun kali ini semakin pelan dan pandangan Lina mengabur

"Lina.... Bangun......" Farhat panik langsung mengendong tubuh lemah Lina.

Bersambung

Jangan lupa tanda bintangnya di pencet ya

30 Hari Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang