part 2

345 51 3
                                    

"Selfi mau pamitan kak. Selfi mau ke Amerika. Papa dinas di sana untuk kedutaan Indonesia."

Seperti petir di siang hari, pamitnya Selfi menusuk relung hati Faul yang terdalam. Hanya dengan ucapan singkat itu.

"Kamu mau ninggalin kita Sel?," tanya Aulia sahabat sekaligus teman sekelas Selfi.

Selfi mengangguk sedih, sejujurnya ia juga tak ingin pergi. Tetapi ia juga tak mungkin tinggal di Indonesia sementara keluarga kecilnya akan tinggal di Amerika selama bertahun - tahun.

"Padahal sudah happy banget ada kamu Ceppy," ucap Hari.

Selfi menatap adik kelas yang sebenarnya sebulan lebih tua darinya itu. Sebuah senyuman ia berikan agar bisa menghilangkan rona sedih di wajahnya.

"Iya Ri, mau gimana lagi?, Selfi kan harus ikut sama orangtua."

Selfi berusaha sebisa mungkin untuk tidak menangis di hadapan tiga sahabat barunya yang berbeda tingkatan itu. Mereka adalah Hari, Aulia dan Faul. Tetapi sedari tadi hanya Faul yang berdiam diri. Tidak berbicara apapun. Menatap pun tidak.

"Kak Faul," seru Selfi.

Faul mendongak menatap sahabat cantik yang memegang tangannya itu. Dua tahun menjadi sahabat setelah menyatakan perasaannya, ditolak terus - terusan sampai akhirnya menjadi sahabat. Dan setelah berhasil menetralisir perasaan, malah akan ditinggal. Bukan harian, tetapi tahunan.  Bagaimana perasaan Faul hanya dirinya sendiri yang memahaminya.

Senyum tulus di pipi putih mulusnya tampak. Faul mengusap kepala Selfi dengan wajah ceria yang selalu ia tampakkan. Walau hatinya miris.

"Baik - baik ya di sana. Insyaa Allah, kita akan jumpa lagi. Aku akan kuliah di Harvard," ucap Faul dengan yaqin lalu segera pergi meninggalkan ketiga sahabatnya. Dia tidak ingin menampakkan air mata yang memaksa jatuh di kedua matanya. Faul tidak bisa menangis di hadapan orang lain. Terlebih di hadapan Hari, adiknya.

Selfi menarik napas berat melihat kepergian Faul.

"Jadi kapan berangkatnya Cep?," Tanya Aulia.

"Insyaa Allah setelah pelepasan kelulusan Aul. Kita makan bareng di rumah Ceppy yak."

"Siap..." ujar kedua sahabatnya.

***
Saat pulang sekolah, Aulia telah lebih dahulu pulang, sedangkan Selfi dan Hari bertahan di sana menunggu jemputan Hari. Pemuda beralis tebal itu menarik Selfi berbicara berdua di taman.

"Ceppy, berapa tahun di sana?, kamu bakal balik ke Indonesia kan?."

Selfi mengangguk yaqin, "insyaa Allah, sampai selesai kuliah. Soalnya nyaris bersamaan dengan masa akhir bakti Papa Selfi."

"Okay deh Selfi, ehm, aku minta maaf ya buat semua kesalahan aku. Aku juga makasih kamu udah mau jadi sahabat aku. Padahal aku udah bikin kamu kesel banget waktu aku nembak kamu buat jadi pacar aku. Kamu bener, kita kan masih kecil, maaf ya Ceppy," Terang Hari panjang lebar yang hanya disenyumi oleh si gadis kalem.

"Iya Ri, gak papa. Aku juga makasih kamu mau jadi sahabat bobbrok aku. Jagain aku, ngomelin, macem - macem deh. Aku tungguin kamu sama yang lain di Harvard ya. Semoga kita bisa kuliah bareng."

Hari menyengir kuda, dia tidak ada niatan sedikitpun untuk berkuliah di sana. Selain memikirkan fisiknya jika harus jauh dari orang tua, Hari juga tak  terlalu yaqin otaknya akan mampu menyesuaikan diri dengan otak - otak anak Amerika. Masih kalah jauh.

"Ya, insyaa Allah kalau rejekinya di sana." Hari memberi senyum bebeknya, "siapa tahu saat itu Ceppy dah mau terima aku."

Plak
Selfi memukul pelan pundak Hari dengan tersenyum, "Modus terus, dasar Harisudin."

Ijinkan Aku MenyayangimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang