Part 3

362 54 8
                                    

Inilah hari berat itu. Hari yang teramat sangat menyakitkan bagi pemuda yang menaruh hati, ditolak lalu kini ditinggalkan. Ya, dialah Faulando Adrian. Pemuda Indonesia Filipina yang meletakkan perasaan masa mudanya kepada anak dari Duta Indonesia di negeri Paman Sam, Amerika.

Dialah Selfi, gadis kalem yang akan pergi ke Amerika untuk menetap beberapa tahun sekaligus mengejar pendidikan International High Schoolnya.

"Jangan lupakan kami ya Ceppy."

"Iya, Aul."

"Aku juga jangan dilupain Ceppy."

"Iya Ri."

"Hati - hati di jalan."

Selfi terdiam ketika ucapan selamat jalan dari sahabatnya itu berbeda dari dua sahabat sebelumnya. Terkesan formalitas saja.

"Kak Faul."

Selfi menarik lengan sahabatnya itu. Mencoba menahannya dengan tatapan mata. Namun si pemuda tampak tak begitu peduli. Ia memalingkan wajahnya dan melepas genggaman tangan si gadis kalem.

"Hati - hati di jalan."

Hanya kalimat ulangan itu saja yang keluar dari bibir merah tipisnya. Pemuda itu bahkan tak mau menoleh sedikitpun.

Selfi menunduk sedih dengan tatapan miris ke tangannya yang terlepas dari lengan Faul. Air matanya luruh. Tak mengerti apa yang dipikirkan sahabatnya itu.

"Ayo balik," ajak Faul.

Hari dan Aulia ingin bertahan sampai Selfi menaiki pesawat. Tetapi Faul bersikeras pergi meninggalkan keduanya.

"Kak Faul," seru Aulia. 

Namun diabaikan begitu saja.

"Gue harus nahan dia. Dasar cemen," seru Hari menarik tangan Faul kembali ke tempat Selfi, "Lo ikut gue. Lo bakal nyesel kalau ngelepasin dia gitu aja."

Terpaksa Faul mengikuti adik kesayangannya itu.

"Lo selesaikan semuanya. Gua sama Aulia nunggu di mobil."

Faul dan Selfi terdiam di tempatnya. Mereka sangat ingin berbicara, tetapi seperti lidah terikat. Tak satupun kata terlontar. Hanya mata yang memerah menjadi bukti ada kesedihan tak terungkap di antara keduanya. Faul menarik kepala Selfi dan meletakkan di dadanya. Dan secara otomatis Selfi memeluk pinggang Faul.

"Hiks, hiks." Keduanya tenggelam dalam tangis. Sama - sama tak mau kehilangan, sama - sama kesal pula.

"Kak Faul jangan nakal. Jangan berubah, tetap jadi pemuda sholeh yang baik hati. Tetap jadi kakaknya Ceppy."

Faul tidak bersuara. Dia hanya mengusap lembut kepala Selfi.

"Kak Faul."

"Hati - hati di jalan. Mereka udah nunggu Ceppy."

Faul membalik tubuh Selfi dan memperlihatkan kedua orang tua dan Rana yang menunggunya di ruang tunggu.

"Hati - hati di jalan." Lagi kalimat itu yang terucap dibarengin usapan di atas kepala Selfi. Hal yang seolah menjadi kegiatan wajib di setiap pertemuan dan perpisahan keduanya.

Selfi mengikuti keluarganya menuju lapangan pesawat. Sesekali ia menoleh kepada Faul yang masih berdiri dengan melambaikan tangan.

"Faul. Kamu meluk kekasih, sahabat, atau adik sih?, kok sakitnya nyesek banget," gumam Faul. Dia segera pergi ke parkiran di mana Hari dan Aulia berada.

"Dah yook pulang," ajak Faul. Kedua sahabat sekaligus adiknya itu hanya diam menatapnya.

Perjalanan mengantar Aulia pulang hanya ditemani oleh keheningan dan kebisuan dari tiga sahabat beda tingkatan itu. Padahal biasanya tak sedetikpun ada sepi jika mereka bersama.

Ijinkan Aku MenyayangimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang