Part 12

296 48 8
                                    

Fildan sudah di sekolah untuk menjemput adik kesayangannya, Lesti. Namun sebelum bertemu sang adik, yang pertama kali ia lihat adalah Selfi yang duduk sambil membaca buku di taman. Timbul niat jail di pikiran Fildan.

"DOR."

"Astaghfirullah," seru Selfi, mencubit gemas Fildan, membuatnya terduduk di bangku sambil tertawa terbahak - bahak, "Kak Fildan."

"Ampun dek, ampun," pinta Fildan.

Selfi menegakkan duduknya menghadap ke depan taman, memegangi dadanya yang masih shock, "Habis kakak sih. Kenapa coba ngagetin Selfi?, untung Selfi ga jantungan."

Fildan ikut menegakkan posisi duduknya di samping Selfi, dengan senyuman yang tak pernah pudar, "Ceppy terlalu serius sih."

Selfi menoleh menatap Fildan yang memanggil dengan nama kecilnya, "Kok kakak masih inget nama panggilan itu?."

"Ya ingatlah, itukan nama panggilan yang hanya dipakai orang terdekat Ceppy," Ucap Fildan sedikit menunduk.

Mata kecil sang gadis kalem membulat, memancing pria di sampingnya menoleh dengan memamerkan senyum kudanya, "Emang kakak dekat sama Selfi?."

"Dekatlah, ni kita duduk sampingan," canda Fildan meski terkesan garing. Menyembunyikan sesuatu dari Selfi memang tidak mudah.

"Hidih..." Selfi menatap jengah pemuda itu. Baru saja beberapa detik sebuah harapan muncul, dan Fildan mematahkannya.

"Emang kamu ngerasa dekat dengan kakak?," balas Fildan. Membuat wajah Selfi memerah. Bukan sekadar karena pertanyaan. Tetapi karena tangan Fildan berada di pundaknya dan mengusap di sana. Jarak mereka pun sangat dekat.

Melihat perubahan wajah Selfi, Fildan menunduk dan menarik tangannya lalu menepuk - nepuk kecil di atas pahanya sendiri. Keduanya duduk dalam diam, sibuk dengan pikirannya masing - masing.

"Sekarang Ceppy sudah kelas 12 ya?," tanya Fildan setelah menetralisir kecanggungannya.

"Iya kak."

"Ga terasa ya. Padahal baru lebih 3 tahun yang lalu kakak kenalan sama Ceppy, waktu itu Ceppy masih kelas 8 semester genap, dan sekarang udah mau lulus SMA."

"Iya."

"Rencana kuliah di Harvard jadi kan?."

"Insyaa Allah, kak."

"Oh, berarti nanti bakal sering ketemu kakak ya?," tanya Fildan basa basi. Padahal mereka sudah pernah membahasnya meski tidak detail.

Fildan menoleh, begitupun Selfi. Mempertemukan kedua netra hitam legam dengan netra coklat tua mereka.

"Mungkin, kalau diterima," ujar Selfi.

"Semoga, kakak yaqin Ceppy bisa."

Keduanya kembali menunduk. Entah kenapa suasana menjadi begitu kaku.

"Kak," Lirih Selfi melirik Fildan.

"Ya?."

"Kakak sudah meletakkan hati ke tempat yang benar?."

Pertanyaan yang sangat meresahkan pikiran Fildan. Sudah lama mereka tidak membahas hal ini. Apalagi dalam keadaan serius.

"Kakak... kakak."

Fildan tampak ragu dan kehabisan kata untuk menjawab.

"Dahlah, ga usah dijawab. Dari dulu kakak selalu kek gitu kalau ditanya soal perasaan, hahaha," Selfi tertawa receh. Dalam benaknya mengharapkan jawaban serius dari Fildan. Namun ternyata Fildan tetap seperti dulu. Tidak mengungkapkan apa yang ia rasakan secara tegas.

Ijinkan Aku MenyayangimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang