Part 33

95 10 1
                                    

Di dalam ruang tamu keluarga Radika, seluruh anggota keluarga dan calon anggota sudah duduk dengan rapi. Di depan mereka sudah duduk seseorang bak tersangka akan disidang. Namun bedanya kepalanya tegak, menegaskan posisinya yang tidak terintimidasi diskusi keroyokan itu.

"Saya mau memajukan tanggal pernikahan kami Pa." Ucapnya tanpa basa basi setelah beberapa menit mengatur napas. Banyak pasang mata menatapnya memang sedikit berpengaruh. Tetapi dengan tekad kuat, dia ingin melawan.

"Memangnya kita sudah sepakat kapan akadnya, sampai mau dimajukan?."

"Setelah Selfi selesai kuliah."

"Terus ini?."

Tekad yang sudah dibentuk bulat-bulat seketika menciut karena pedang tajam di mata calon mertua.

"Aku sama Defri belum selesai loh Faul," celetuk Rana, "dalam keluarga bugis, mendahui kakak sebelum nikah itu harus ada pelangkah. Kamu berani berapa ngasi aku?. Belum mahar 3M janjimu ke Selfi. Belum urusan dua keluarga."

"Kak Rana kapan rencana pastinya?. Agar saya segera bisa memastikan tanggal saya dan Selfi sesegera mungkin."

"Dalam adat kami, menikah di tahun yang sama untuk dua bersaudara itu juga ga boleh sih Faul. Kurang baik."

"Astaga..."

Ada-ada saja memang aturan keluarga bangsawan Bugis satu ini. Berjeret aturan seolah para gadisnya dilarang menikah jika tidak dengan bangsawan pula. Ya, meski Faul juga tidak miskin-miskin amat. Total kekayaan Papi Adrian kan triliyunan, belum ditambah asset Mami sendiri setelah menikah dengan Papi. Tapi itu kan punya Para orangtua. Faul masih putera mahkota yang belum waktunya bertahta.

"Kalau soal dana. Inshaa Allah ada aja Kak. Restunya ini."

Kedua bahu Faul terjatuh lemas. Rasanya mau lekas menghalalkan, agar para pesaing terutama sang mantan tak berulah. Tetapi ada saja ujiannya.

Tn. Ferdian terkekeh kecil, Faul nampak sangat menggemaskan. Baru ditekan sedemikian rupa, sudah menciut. Bagaimana kalau bertemu keluarga besar Radika yang memang benar-benar keturunan Bangsawan di Sulawesi sana. Bukan soal kekayaaannya saja, tetapi juga adat istiadat ketat yang tak bisa diganggu gugat. Syukur-syukur saat pertunangan Faul Selfi kemarin tidak mengundang mereka. Demi mengurangi keriyuhan yang lebih brutal lagi.

"Rana."

Yang dipanggil namanya menoleh. "Defri gimana?."

Rana menggeleng lemah. Dibanding dengan Faul, Defri memiliki ujian yang lebih tinggi levelnya. Defri itu hanya karyawan biasa yang penghasilannya tidak secuil dari kekayaan Radika. Bahkan penghasilan Rana sebagai penulis dan manager salah satu bisnis keluarga Radika saja sudah sangat jauh di atasnya. Mahar milyaran?, pesta kecil-kecilan saja sudah syukur.

Tn. Ferdian tersenyum miris mengingat calon menantu yang satu itu. Keluarga besar Radika pasti tidak akan mudah meloloskan jika Defri belum membuktikan apapun dari usahanya. Paling tidak, meski belum kaya, adalah sedikit-sedikit yang bisa dilihat. Nah, ini, pindah ke luar kota, naik gaji, tapi tetap biasa saja. Jangankan membanggakan keluarga Radika, mengimbangi Rana saja belum bisa.

"Panggil saja dia kemari. Katakan Papa mau bicara."

Semua mata membola karena terkejut dengan perkataan itu. Ekspresi Faul bahkan lebih aneh karena ternganga dengan kepala goyang-goyang. Seperti boneka mainan di mobil yang ada per dibawahnya itu.

"Dan kamu Faul, tetap pada rencana awal. Tinggal 3 bulan lagi Selfi wisuda. Kalian akan menikah di awal tahun depan, yang artinya bulan Januari. Sementara Rana menikah di tahun ini."

"Undur Pa?." Tanya Faul dan Selfi serentak.

Sebelah alis Tn Ferdian terangkat, "Daripada batal?."

"JANGAN." Sejoli sekali memang dua orang ini. Keduanya menatap sendu kepada Rana. Ada rasa bersalah tersirat dari netra indahnya. Lagi, keduanya kompak tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ijinkan Aku MenyayangimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang