Part 18

381 52 32
                                    

Plak

Kulit putih nan mulus itu harus mendapat geplakan lembut sang gadis kalem. Sudah tiga pekan sejak peristiwa dipergoki makan berdua Mr. Glowing, ia terus digoda olehnya. Siapa lagi jika bukan Ranna, sang novelis terkenal dari keluarga Radika. Kakak tercintanya.

"Sakkit Ceppy. Bisa gak kalau nyerang itu jangan di lengan gini. Pas habis mandi pula. Sihan bekas lulur gue jadi merah merona," keluh Ranna.

"Ya habis kakak sih. Udah tiga minggu tahu gak. Masih aja godain Ceppy," sungut Selfi tak mau kalah.

"Yeah... gue kan baru balik juga dari luar kota. Jadi godainnya ketunda. Hahahaha."

"Isssh."

Selfi tengkurap di atas ranjang Ranna sambil membuka asal novel yang tertumpuk di sana.

"Jangan dirusakin. Itu gue beli khusus," omel Ranna yang hanya dibalas mengendik bahu Selfi.

"Faul tu beneran pejuang gigih. Dan keknya dia bener - bener udah berhasil nyentuh hati lo dek," sambung Ranna yang membuat Selfi menoleh. Sesaat kemudian, pandangannya kosong, terlarut ke dalam pikirannya sendiri.

"Bener kan?."

"Eh."

Selfi menggeleng cepat. "Gak Kak. Fildan, the only one for me."

Selfi beranjak dari kamar Ranna. Membawa salah satu novel ciptaan sang kakak tanpa ijin.

"Ah elah, itu Novel gue," seru Ranna.

"Pinjem Kak. Ngalah sama adek," sahut Selfi dengan wajah tak bersalah.

Ranna tersenyum menatap pintu yang sudah tertutup rapat tanpa bunyi gebrakan itu. Pikirannya terfokus pada sang adik.

"Aku aja nyadar Cep. Kamu sudah mulai ada rasa ke Faul. Dudududu," celotehnya sambil mengeringkan rambut sehabis mandi.

Di luar Selfi berjalan sedikit linglung karena percakapan dirinya dan Ranna. Terutama kalimat terakhir, "dia udah bener - bener nyentuh hati ko dek."

Entah mengapa itu memberi pengaruh besar di pikirannya. Sampai - sampai Selfi tak sadar jika dia menabrak tubuh seseorang.

Bukk.
Novel di tangan Selfi terjatuh di lantai. Selfi segera mengambilnya dan terkejut menyadari kehadiran sang seseorang di hadapannya.

"Papa."

"Iya, ini Papa. Kamu kenapa ngelamun? Sampai Papa ditabrak," tanya Tn. Ferdian.

Selfi senyum pepsodent sampai mata kecilnya nyaris tak terlihat.

"Anu Pa. Tadi ada yang dipikirin."

Selfi menoleh kanan kiri, "eh, mama mana?," tanyanya menyadari sang mama tak ada.

"Lagi ngarahin rancangan acara sama tim Papa."

"Acara?," Tn. Ferdian mengangguk, "acara apa Pa?."

"Kita kedatangan tamu dari Indonesia. Dan sekalian kumpul silaturrahim keluarga kedutaan besar Indonesia di Amerika," terang Tn. Ferdian sambil duduk di sofa. Selfi mengikuti duduk di sebelahnya.

"Papa gak ikut?,"

Tn. Ferdian menggeleng, "lagi agak capek ni. Jadi disuruh mama istirahat dulu. Lagian ngatur - ngatur gitu kan memang jagonya mama."

Selfi manggut - manggut. Tangannya naik memeriksa tengkuk sang Papa," tapi Papa sehat aja kan?. Mau Selfi pijitin?."

"Gak usah nak. Tapi kalau bisa ntar kamu bantuin Mama. Ajak Faul juga. Kalau Kak Ranna biar aja istirahat dulu. Pasti masih capek kan habis touring."

Ijinkan Aku MenyayangimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang