Part 7

301 46 3
                                    

Faul dan Hari seolah bekerja sama untuk membuat perhatian Lesti tertuju pada mereka. Padahal tidak. Mereka mengejar Lesti untuk diri mereka masing - masing.

Setiap hari di setiap saat mereka punya kesempatan, keduanya secara bergantian memberi perhatian pada Lesti. Masih ada kesempatan selama gadis itu belum memberikan bukti valid hubungannya dengan sang kakak angkat. Dan mereka menunggunya.

Seperti pada saat istirahat ini, Hari mendekati Lesti di kelas dengan sebuah hadiah yang ia selipkan di belakang bajunya.

"Ini buat kamu Les."

Hari memberi setangkai mawar merah. Lesti langsung menghirup aromanya dalam - dalam.

"Makasih Aa'. Lesti suka banget. Eh, tapi Aa' gak perlu repot kayak gini loh."

"Kamu kayak sama siapa aja Les. Ohya, kapan kamu mau nunjukin bukti hubungan kamu sama Kak Fildan?."

Udang di balik batu. Inilah jawaban dari pertanyaan mengapa seorang Hari datang tanpa angin, tanpa hujan ke hadapannya.

"Dede belum bisa bicara sama Kak Fildan. Ngobrol aja belum pernah eh," keluh Lesti. Selain sebagai alasan untuk berkelit, Lesti memang berkata jujur, Fildan belum pernah membalas pesannya lagi beberapa waktu ini. Menelepon apalagi videocall tidak ada.

Lesti menunjukkan chat terakhirnya dengan Fildan yang tidak ada satupun balasannya. Hari menghela napas berat melihat itu. Ternyata Lesti berkata benar, tetapi apa alasannya?.

"Emang Kak Fildan kemana?, masa sama kekasih sendiri gak mau balas?."

"Aaauu," jawab Lesti ketus. Dia memang benar - benar kesal. Ditambah lagi karena kelakuan Hari dan Faul. Benar - benar menyebalkan.

"Ya udah, 10 hari. Gue kasi waktu 10 hari. Lo mesti milih gue atau Kak Faul kalau sampai bukti hubungan lo dan Kak Fildan tetap gak ada. Gue gak mau tahu."

"Hiiih. KOK MAKSA SIH A'???"

"BODO AMAT."

Hari meninggalkan Lesti begitu saja tanpa memberinya kesempatan mengelak. Keputusannya sudah bulat. Daripada digantung, lebih baik diberi kejelasan. Dan karena Lesti masih sendiri, tentu saja Lesti harus memilih. Walaupun kata Iwan Fals, jangan memilih Lelaki karena lelaki bukan pilihan. Tetapi demi Lesti, dia bersedia menjadi sosok yang dipilih. (Ya, pokoknya seperti itulah.)
***

Jam pulang sekolah untuk seluruh kelas. Nyaris semua murid sudah meninggalkan ruangan, kecuali beberapa anak pecinta sekolah yang sangat bahagia bersamanya meski berjam - jam. Termasuk Faulando Adrian yang masih asyik dengan hidupnya sendiri, baca buku sambil memakan gery coklat kesukaannya. Suara bel pulang sekolah tadi hanya seperti bunyi kentut yang hilang lebih cepat dari baunya.

"Hem."

Faul melirik jam dinding kelasnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB. Saatnya keluar dengan cepat. Kalau tidak, yang ia tunggu akan pergi sebelum bertemu. Sang pujaan hati, Lesti Kejora.

"Yeay. Kejoraku di sana," bathin Faul melihat sang gadis di sudut ruangan bersama gengnya.

"Tunggu, gengnya. Waduh, ada Hari."

Faul bersembunyi di balik di dinding ruangan kelas 11A yang beda 3 kelas dari ruangan Lesti. Dipantaunya sang pujaan dari jarak cukup jauh tetapi mudah melihat, sampai di depan lobby sendirian, karena semua anggota gengnya pulang lebih dulu.

"LESTI..."

Gadis itu menoleh dengan tatapan kesalnya. Tetapi Faul masa bodoh dan terus mengejarnya. Langkah lebar Faul terhenti ketika bunyi klakson di halaman sekolah memecah keramaian sisa para murid yang dijemput.

Ijinkan Aku MenyayangimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang