MENYESAL
Pagi dini hari Airin dkk dan Gara dkk sudah berada di sekolah. Semenjak Airin memberi tahu kebenarannya, pertemanan mereka kembali harmonis. Bahkan seisi sekolah yang melihat kedekatan mereka menjadi iri, mereka sudah seperti perkumpulan bibit unggul.
Meskipun mereka sudah dekat. Sifat ketus dan watak keras kepala Lira masih tetap sama. Dia masih enggan menatap Gara karena sudah menyakiti sahabatnya, terlebih saat mengingat kejadian di jurang kala itu.
"Em, Gar!" Panggil Siska.
"Apa?"
"Gue cuma mau nanya. Soal jaket yang di kasih Audy itu kan jatuh ke jurang, apa lo udah minta maaf?"
Gara membuang nafas kasar. "Jangankan minta maaf. Gue nyamperin aja dia langsung ngehindar. Kayanya gue udah di benci banget sama dia,"
"Audy gak pernah benci sama orang, dia cuma kecewa besar," sahut Lira.
"Waktu Audy beli jaket itu, kita gak boleh liat sama sekali," sahut Airin.
"Gue nyesel bilang kaya gitu waktu itu," ucap Gara membuat para sahabatnya menatap iba.
"Bilang apa?" tanya mereka.
"Gue bilang kalo jaket itu biasa, dan keselamatan Airin lebih penting,"
"Gak usah liat kebelakang! Kita lihat ke depan aja. Lagipula gue enek banget kalo liat kalian waktu itu," sinis Lira.
"Gue tau gue salah," sesal Gara.
"Kalo lo mau ngehindar, bukan gitu caranya Gar. Gue yakin, kalo lo waktu itu bilang ke Audy baik-baik dia juga bakal ngejauh," ucap Rio.
"Jujur gue malu banget punya sahabat kaya lo, Gar. Lo kenapa bisa goblok gitu sih? Harusnya lo cerita sama kita, gue berasa gak di anggap sahabat!"
"Sorry, Di!"
Kringgg...
"Udah bel masuk nih, kita duluan yah!" Pamit Airin.
Gara dkk juga pergi dari sana. Mereka akan mengerjakan sisa ulangannya hari ini. Setelah itu, mereka hanya tinggal menunggu pengambilan rapot.
Ulangan tengah berlangsung. Mereka semua fokus dengan kertas soalnya masing-masing. Tak jarang dari mereka yang saling berkode demi mendapatkan jawaban.
Untuk mereka yang memiliki otak cerdas dan kesiapan materi, soal yang berada di depannya itu seperti camilan yang bisa dinikmati sambil bersantai.
Berbeda dengan mereka yang malas untuk belajar tapi menginginkan nilai besar. Mereka hanya bisa berkode dengan sesama teman, bahkan ada yang membuat contekan sendiri. Lebih-lebih jika otak mereka buntu, mereka akan memutar penghapus yang di beri abjad A-D.
Di kelas Airin sangat hening. Mereka sangat tenang mengerjakan ulangannya, meskipun guru pengawas mereka tengah menatapnya tajam.
Waktu berjalan begitu cepat. Kini mereka sudah memasuki pelajaran yang terakhir. Banyak dari mereka yang duduk dengan gusar, memutar ke sana kemari, memainkan pensilnya, juga mencoret-coret kertas jawaban.
"Kalau yang sudah, boleh di kumpulkan. Kalian boleh pulang!" ucap pengawas memecah keheningan.
"Baik, Bu!" ucap mereka serentak.
Airin berdiri menjadi orang yang pertama, lalu di susul oleh Lira kemudian Siska. Mereka semua sudah biasa melihat itu. Gang Audy dkk di kenal dengan gang yang paling ramah, pintar dan baik hati. Berbeda dengan Gang Jesica yang hanya pandai merendahkan orang lain.
"Ibu bangga sama kalian. Semoga kelak kalian menjadi anak-anak bangsa yang berguna," ucap pengawas itu kepada Airin dkk.
"Aamiin, Bu. Semoga ibu juga bisa merasakan kebergunaan kami," Ucap Siska.
KAMU SEDANG MEMBACA
PACAR IMPIAN
Teen FictionSebagian sudah di unpublish Ebooknya : https://play.google.com/store/books/details?id=KXbmEAAAQBAJ&PAffiliateID=1101l7N6J Pada dasarnya, seorang perempuan itu di kejar, tapi bukan berarti tidak bisa mengejar. Dan seorang gadis bernama Maudy Anastasy...