24

1.6K 67 1
                                    

YANG TERBAIK

Pagi ini Audy akan di antar oleh Aksa. Tadi pagi Mauren kembali ke Singapura saat tahu suaminya sakit. Audy pun mengizinkannya, lagipula kedatangan kedua kakaknya sudah lebih dari cukup.

"Berangkat sekarang?" tanya Aksa.

"Iya. Em Ka Ria kemana, Bang?" kata Audy sambil berjalan menuju pintu keluar bersama Aksa.

"Udah duluan sama tunangannya."

"Kapan mereka married nya?"

"Yah nanti nunggu si Ria lulus kuliah." Audy membulatkan mulutnya. Aksa menjalankan mobilnya menuju sekolah Audy.

"Bang, gue kangen Dady," Aksa menengok ke Audy yang tengah menatap jalanan lewat kaca.

"Terus Lo mau apa? Mau nelpon Momy tanya kabar Dady?" Audy menatap Aksa dengan wajah memelas.

"Sebentar lagi kan kenaikan kelas. Gue mau tinggal di Singapura aja bareng Momy Dady," Aksa tak membalas ucapan Audy. Dia tahu maksud ucapan Audy.

Mereka berdua akhirnya sampai di sekolah Audy. Audy masih diam di dalam, sebenarnya dia sudah tidak tahan bersekolah di sini, terlalu menyakitkan rasanya.

"Gue bakal bilang ke Momy sama Dady. Saran gue pikirin lagi ucapan lo itu, lo gak sayang sama sahabat lo?mereka pasti bakal rindu banget sama lo kalau lo pergi. Jangan lari dari permasalahan, gue tau lo kuat, lo pasti bisa lupain cowok itu dan ikhlasin dia sama sahabat lo,"

"Bang! Lo gak tau rasanya cinta sama orang yang di cintain juga sama sahabat sendiri, sakit bang. Dia ngedukung gue seakan dia itu berharap gue bisa sama Gara, tapi apa? Dia malah jalan bareng di belakang gue. Lantas dukungannya selama ini buat apa? Dan jalan keluar satu-satunya adalah gue pergi dari kehidupan mereka, gue juga bisa buat kehidupan baru di tempat baru gue,"

"Sejauh mana pun lo pergi, itu gak akan nyelesain masalah, Dy!"

"Gue cuma mau tenang, Bang. Lo mau gue depresi? Lo mau gue gila? Gue gak peduli sahabat gue jalan sama orang yang gue cinta, tapi yang bikin gue sakit itu dia gak bilang dari awal kalo dia suka sama Gara. Kalau dia bilang dari awal, gue gak akan pernah mau maju buat ngedapetin Gara, Bang!"

Aksa memeluk Audy yang menangis. Dia bisa mendengar deru nafas Audy yang sangat cepat.

Aksa menghela nafas kasar. Dia menangkup wajah Audy.

"Gue gak mau lo kenapa-kenapa. Sekarang lo fokus ulangannya, urusan Momy sama Dady itu biar gue yang urus."

Audy tersenyum. Dia memeluk Aksa erat-erat.

"Makasih, Bang!"

"Sama sama. Gih masuk, semangat ulangannya!"

Audy menganggukkan kepalanya dan keluar dari mobil. Dia menghela nafas panjang, lalu masuk ke dalam kelasnya.

Di sana semua kelas sebelah berdampingan dengan kelas sepuluh, dia mencari kursinya. Ternyata teman sebangkunya itu laki-laki, dia hanya bisa pasrah.

Ya seperti yang kalian tahu, kalau duduk sebangku dengan anak laki-laki saat ulangan mereka akan sering mengganggu seperti bertanya soal ini itu, meminjam penghapus ataupun pensil. Dan itu membuat Audy tidak suka, bukannya dia tidak suka menolong tapi dia tidak suka di ganggu saat tengah mengerjakan ulangan.

Tak lama guru pengawas mereka datang. Sekolah Audy hanya menjalankan ulangan selama tiga hari, dengan empat pelajaran tanpa istirahat. Seperti hari ini, dia akan ulangan pelajaran Matematika, bahasa Inggris, sejarah, dan biologi.

"Pagi semua, sudah siap ulangan?"

"Siap, Bu!"

"Baiklah. Sekarang letakan tas kalian di depan, jangan ada buku ataupun kertas yang tersisa. Di meja kalian hanya boleh ada pulpen, penggaris, Tipe-X, penghapus, pensil."

PACAR IMPIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang