26

1.7K 56 1
                                    

HAMPIR JELAS

Pagi dini hari Airin sudah berada di dalam kelasnya. Dia menunggu kedatangan Siska dan Lira untuk memberitahu kebenarannya tentang dia dan Gara.

Airin tersenyum saat melihat Lira dan Siska berada di ambang pintu.

"Hari ini gue udah siap banget buat ulangan. Semalem gue paham sama semua materinya, kalo kemaren sih gue gak nyakin sama nilai gue," ucap Lira.

"Kebanyakan nyibir sih lo," ledek Siska membuat Lira menatapnya sinis.

"Gak ada hubungannya!"

"Siska, Lira!" Panggil Airin membuat mereka berdua saling pandang.

Lira menyenggol lengan Siska. "Punya nyawa berapa dia berani manggil nama gue?"

Siska merolling matanya. "Udah samperin aja, dia sahabat kita kalo lo lupa,"

Siska meninggalkan Lira di ambang pintu dan mendekati Airin. Lira yang kesal pun mengekori Siska.

"Sahabat apaan," dumelnya.

"Ada apa, Rin?" tanya Siska.

"Gue mau jelasin salah paham ini,"

"Salah paham?" tanya Siska.

"Iya. Gue sama Gara itu gak pacaran, gu—"

"Halah! Gak usah membual deh, muak tau gak gue!" sentak Lira.

"Lo jangan gitu ngapa, Ra. Kita dengerin dulu penjelasan dia," bisik Siska.

"Penjelasan apaan sih, Sis? Gue lebih percaya apa yang gue liat daripada omongan dia. Orang kalo sekali udah bohong, gue gak akan pernah percaya sama omongannya,"

"Terkadang apa yang kita liat belum tentu benar," ucap Airin.

"Terus yang bener apa? Omongan lo? Males banget gue dengerin omongan lo. Cukup kemaren kemaren gue di bohongin lo!"

"Ra!" tegur Siska mengingatkan.

"Udahlah, Sis. Gak usah buang-buang waktu kita buat dengerin orang halu," Lira menarik lengan Siska untuk duduk di kursi mereka masing-masing.

"GARA ITU SEPUPU GUE!" teriak Airin membuat mereka menghentikan langkahnya. Siska masih mencerna ucapan Airin.

Mereka berdua membalikkan badannya dan menatap intens Airin.

"Bwahahaha! Masih pagi neng. Wah makin gila ni orang," ucap Lira sambil tertawa.

"Gue serius Ra, Sis. Kalo kalian gak percaya kalian bisa tanya ke Bunda Farah."

"Ckk. Kali aja lo sama tante Farah udah janjian. Lagian lo pinter banget sih ngarang cerita," sinis Lira.

"Gue gak ngarang, Ra. Gue serius, gue sama Gara itu sepupuan!"

"Cerita lo gak menarik. Lagian kalo lo mau Gara ambil aja, toh Audy udah ngasih ke lo. Doyan kok sama gebetan sahabat,"

"Gue harus apa biar kalian percaya hah? Gue udah ngomong yang sejujurnya, tapi kalian gak percaya,"

Airin semakin menahan air matanya melihat Lira tidak percaya dengan apa yang dia ucapkan, Siska hanya diam mendengar pembicaraan mereka, entah apa yang ada di pikiran Siska.

"Kita bahas ini istirahat sama Audy. Bentar lagi bel masuk," Siska menarik Lira menjauh dari Lira. Untung saja hari ini mereka di beri istirahat, jadi mereka bisa menggunakan waktu istirahat untuk menyelesaikan masalahnya.

"Lo kenapa percaya sama Airin sih? Di itu bohong,"

"Cukup, Ra! Gue liat mata Airin, dia gak bohong. Lo kenapa sih? Lo percaya waktu gue bilang gue sepupuan sama Reon, dan lo gak mempermasalahkan itu kan. Tapi kenapa waktu Airin bilang dia sepupunya Gara lo gak percaya? Apa bedanya hah? Gue bohong sama kalian, Airin juga. Mungkin dia punya alesan buat gak kasih tau kita, sama kaya gue Ra,"

PACAR IMPIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang