25

1.8K 62 2
                                    

PERGI

Aksa dan Audy sudah berada di dalam pesawat. Mereka menonaktifkan ponselnya, Audy sendiri sudah membuang kartunya dan mengganti yang baru, hanya keluarganya saja yang tau nomor barunya.

Aksa melirik Audy dari samping. Dia tahu apa yang Audy rasakan, karena dia pernah berada di posisi itu, mencintai seseorang yang dicintai oleh sahabatnya sendiri. Namun akhir cerita cinta Aksa sangat menyakitkan, wanita yang dia cintai justru di panggil oleh Allah SWT.

Audy memejamkan matanya. Keputusannya sudah bulat, dia harus meninggalkan tempat ini untuk sementara. Mau tidak mau ia harus pergi demi hatinya yang rapuh ini.

"Apa gue bisa lupain mereka, Bang?" tanya Audy dengan masih menutup matanya.

Aksa menatap Audy sekilas. "Apapun bisa lo lakuin asal lo niat!"

"Kalo itu juga gue tau!"

Aksa terkekeh mendengarnya. "Saran gue sih jangan menggunakan seseorang untuk melupakan, karena nantinya lo gak bisa ngelupain dia yang ada lo selalu ngebandingin dia sama masa lalu lo."

"Gue ke Singapura bukan buat cari cowok, Bang. Gue ke sana buat ngobatin luka ini, gue pengen lebih fokus sama masa depan gue,"

"Iya, iya!"

Audy mengingat kembali kedekatannya dengan Gara. Dia mengingat jelas momen mereka berdua bernyanyi bersama, pelukan hangat Gara.

Audy dan Aksa pun tertidur di dalam pesawat. Audy berharap sesampainya di sana dia tidak menemukan hal-hal yang tidak dia inginkan seperti jatuh cinta, menemukan sahabat yang menusuknya dari belakang. Kalau dia bertemu dengan spesies itu lagi, sama saja seperti dia keluar dari lubang singa masuk ke dalam kandang macan.

SMA MULYA

Siska, Airin dan Lira tengah menunggu Audy di kantin. Lira merasa bosan karena hari ini mereka satu meja dengan Gara dkk, dan yang membuatnya semakin muak adalah Gara yang terus bertanya dimana Audy.

"Ni si Audy kemana sih? Biasanya tuh anak cepet banget keluarnya," Ucap Lira sambil mengaduk minumannya.

"Iya. Gue jadi khawatir sama dia, jangan jangan dia kenapa-kenapa lagi," Sahut Airin membuat Lira menatap malas.

"Khawatir katanya? Lagian dia udah kenapa-kenapa sejak Lo sering bareng sama si brengsek itu," Kata Lira dengan menunjuk Gara.

"Maksud Lo apa? Lagian wajar kalo gue sama Airin sering bareng!" Ucap Gara yang tak terima di salahkan.

"Dih wajar? Gak salah denger? Lagian kalian punya hubungan apa sih? Pacaran? Tunangan? Atau udah nikah. Oh atau lo di hamilin terus si Gara ngejagain lo terus, kalo itu sih wajar,"

Brakk

Mereka semua terkejut melihat Gara menggebrak meja dan menatap tajam Lira.

"Jaga mulut Lo! Airin bukan cewek kaya gitu. Gue gak nyangka selama ini Audy bisa temenan sama orang yang gak bisa jaga mulutnya," bentak Gara.

"Hah? Gue lebih gak nyangka Audy punya sahabat kaya Airin yang bisa-bisanya nusuk dia dari belakang, Munafik!" sentak Lira.

"Gue mau lo gak usah deket-deket sama mereka lagi. Mereka gak pantas di sebut sahabat," Gara menarik Airin menjauh dari sana.

Lira melotot dan menggebrak meja. "BAGUSLAH! BAWA AJA SONO CEWEK LO ITU, GUE JUGA NAJIS PUNYA SAHABAT YANG NUSUK SAHABATNYA SENDIRI!" teriak Lira membuat mereka semua menatapnya.

Siska menyuruh Lira untuk duduk. Masalah keberadaan Audy saja dia belum tau, di tambah masalah mereka dengan Airin.

"Udah lah, Ra. Audy bakal sedih liat kita sama Airin musuhan. Dia udah relain Gara buat Airin supaya persahabatan ini gak hancur, tapi lo malah memperkeruh suasana,"

PACAR IMPIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang