01

143K 6.4K 276
                                    

Sebelum lanjut membaca Flo kasih peringatan! Semua cerita yang Flo buat sudah Flo centang dewasa seperti diatas dan dari pihak WP tidak mempermasalahkan!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum lanjut membaca Flo kasih peringatan! Semua cerita yang Flo buat sudah Flo centang dewasa seperti diatas dan dari pihak WP tidak mempermasalahkan!

Kali ini jangan ada yang nyebar akun atau cerita yang Flo buat di tiktok atau publik yang bukan bagian dari Fujo/Fudan, kalau masih mau lihat Flo nulis d'WP..
Tolong dengan sangat, Flo sudah kehilangan 4 cerita dan ini versi remake dari come to papa yang udah hilang!
Terima kasih atas pengertian kalian.

.
.
_________
_________________

Menjadi pintar akan mempermudah hidup, itulah yang laki-laki muda bernama Dean Prianry pikirkan saat masih kecil.

Dia belajar keras dan selalu berada di peringkat satu, tapi karena kepintarannya pula Dean tidak mempunyai seorang pun teman.

Mereka selalu menghindar untuk berteman dengan Dean walau pun Dean mencoba mengakrabkan diri dengan mereka.

Semakin tahun, Dean menyadari kalau pintar tidak membuatnya bahagia tapi melihat ibunya bangga Dean merasa cukup senang.

Dean memang selalu mewakilkan sekolah saat ada lomba, tapi dia tidak mendapat cukup uang untuk kehidupannya dan ibunya yang sekarang bekerja menjadi tukang jahit.

Dean bahkan banting tulang bekerja lagi setelah pulang sekolah, Dean merasa lelah tapi dia tidak bisa menyalahkan nasibnya.

Tapi hari itu, entah kesialan atau takdir.

Pemilik sekolah tiba-tiba datang untuk pemeriksaan mendadak. Kepala sekolah cukup panik karena ini pertama kalinya pemilik sekolah datang setelah lima tahun SMA tempat Dean belajar di resmikan.

Johan Joenathan, pemilih JJ company sekaligus pemilik sekolah tempat Dean belajar, wajah tampannya membuat banyak siswi terpesona termasuk beberapa siswa lain juga yang kagum akan wajah tampannya.

Dia masuk ke ruang kepala sekolah.
Johan meminta data siswa.

Kepala sekolah mencoba tenang, lalu menaruh banyaknya berkas siswa di atas meja.

Setelah memeriksa data siswa, tangan Johan berhenti di empat buku laporan bulanan siswa.

"Tolong panggilkan mereka kemari" perintah Johan.

"Ba-baik pak.. panggilkan mereka" kepala sekolah meminta asistennya untuk memanggil keempat siswa tadi termasuk Dean.

Mereka datang lalu berdiri di hadapan Johan, Johan menatap satu persatu keempat siswa ini.

Dia mengintrogasi ketiga siswa yang terkenal suka membolos dan nakal. Mereka meminta maaf setelah di marahi oleh Johan, mereka mendapat hukuman membersihkan lingkungan sekolah dan terancam di berhentikan kalau masih bersikap demikian.

Setelah ketiganya pergi, Johan menatap Dean yang menundukkan kepalanya.

"Hah.." Johan menyandarkan tubuhnya.

".. aku melihat data mu.." Johan membuka tiga lembar kertas terakhir.

".. kamu tidak membayar SPP mu selama tiga semester ?"

Dean meremas celananya.

"Ada apa ini kepala sekolah ?"

Deg!
Kepala sekolah tersenyum kaku.

"Be-begini pak Jo, De-Dean.. sudah membanggakan sekolah kita dengan membawa banyak piagam penghargaan dalam lomba juga-"

"Aku tidak bertanya tentang prestasinya, kalau hanya prestasi siswa lain pun bisa lebih baik darinya, aku bertanya kenapa tiga semester dia tidak membayar SPP ?" Johan memotong kalimat kepala sekolah.

"Ah, um.. tapi pak Jo-"

"Bisa tinggalkan kami berdua ? Aku ingin bicara dengannya"
Kepala sekolah mencoba membela Dean tapi kembali kata-katanya di potong oleh Johan.

"Ba-baik pak"
Kepala sekolah berdiri dari posisi duduknya, dia menatap Dean sekilas lalu mengangguk seolah memberi semangat pada Dean.

Dean menunduk singkat saat kepala sekolah berjalan melewatinya.

Melihat pintu tertutup rapat, Johan kembali beralih menatap Dean.

Srak!
Johan melempar pelan berkas milik Dean ke atas meja.

"Bagaimana ? Apa kamu tidak mau memberikan alasan terkait SPP mu ?"

Dean semakin erat meremas celananya.
"Ak-akan saya lunas kan secepatnya pak" jawab Dean dengan suara bergetar.

"Aku tidak meminta mu untuk melunaskan tunggakan mu dengan cepat, aku bertanya apa ada alasan di balik tertunggaknya SPP mu ?"

Dean mengigit bibirnya lalu menatap Johan dengan mata yang berkaca-kaca.
"Keluarga saya tidak punya cukup uang pak, saya masuk kemari agar bisa masuk universitas terbaik.. saya sudah berdiskusi dengan kepala sekolah, kepala sekolah tidak mempermasalahkan SPP tersebut karena saya sudah membawa nama baik sekolah dalam banyak lomba"

Johan mengetuk-ngetuk sandaran tangan sofa saat mendengar alasan Dean.

"Baik, jadi hanya itu ?" Tanya Johan.

"Maaf ?"

"Kalau hanya itu alasan mu.." Johan berdiri lalu menunjuk lemari dengan piagam siswa lain dengan dagunya.

".. apa aku juga harus memaklumi hal ini saat banyaknya siswa berprestasi melebihi diri mu bisa tetap bersekolah disini dan membawa nama baik sekolah.."

Deg! Deg! Deg!
Dean mengigit bibirnya.

".. dari banyaknya siswa dan siswi ini, apa yang akan mereka katakan kalau tau hanya kamu yang bisa ku maklumi, sedangkan ini sekolah swasta yang mengharuskan kamu membayar SPP ? Kalau memang kamu tidak mampu, ada baiknya kamu mencari sekolah lain"

"Tolong pak!" Dean langsung bersujud di hadapan Johan.

"Tolong saya, saya janji akan melunasi tunggakan saya.. tolong ijinkan saya tetap bersekolah disini.. saya mohon!"

Melihat Dean bersujud, senyum kecil terlihat di bibir Johan.
"Baik.." Johan berjongkok di hadapan Dean.

Dean mendongakkan kepalanya melihat Johan.
".. aku akan membantu mu.."

"Te-terima kasih-"

"..tapi.." Johan memotong kalimat Dean lalu menyentuh dagu Dean.

".. mari buat ini sebagai pekerjaan, bukan kah keluarga mu kurang mampu ?" Tanya Johan.

"Maaf ?" Dean tidak mengerti maksud Johan.

"Kamu masih sangat polos Dean dan aku suka itu" Johan menekan-nekan bibir bawah Dean.

"Aku akan menjadi pemasok keuangan mu, tapi dengan pertukaran tentunya.. kita saling menguntungkan.." Johan mendekat lalu mengecup singkat bibir Dean, awalnya Dean terkejut dengan apa yang Johan lakukan tapi setelahnya dia mengerti maksud dari pria ini.

Johan melepas bibirnya lalu menatap lekat mata Dean.
".. kamu pintar, kamu pasti mengerti apa yang ku mau ?" Johan tersenyum.

Dean mengepalkan kedua tangannya.
"Aku paham" kata Dean seraya menundukkan kepalanya.

"Anak pintar"
Tangan Johan bergerak menyentuh wajah Dean lalu turun ke lehernya.

"Nn.." Dean mengigit bibirnya saat merasakan tangan hangat Johan menyentuh kulit Dean.

.
.

Bersambung ...

(Tamat) Come to Papa (BL 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang