22

40.7K 2.5K 27
                                    

Saat Frans sibuk dengan pikirannya, Dean keluar dari kamar mandi.
"Kak" panggil Dean.

"Hm ?" Frans menoleh dan mendapati Dean berdiri di dekatnya dengan hanya memakai baju milik Frans yang terlihat besar di tubuh Dean.

Blush!
Semburat merah muda tipis terlihat di kedua pipi Frans. Kissmark juga terlihat di paha Dean, entah kenapa debaran jantung Frans semakin kencang.

"Celananya terlalu besar kak, apa kakak punya celana yang sedikit kecil ?" Tanya Dean.

"Ah, i-iya! Tunggu sebentar ya!" Frans berlari kecil kearah kamarnya.

Bam!
Frans menutup pintu kamarnya lalu menyentuh dadanya.

'Apa ini ? Kenapa aku berdebar melihat Dean ? Ta-tapi dia sangat manis' Frans membayangkan wajah Dean barusan.

'Tunggu.. kami sama laki-laki ! Sadar lah Frans... Apa kamu sudah gila ?!' batin Frans, dia menepuk kedua pipinya.

Frans menarik nafasnya pelan mencoba tenang. Setelah merasa tenang, Frans mencari celananya pendeknya lalu membawanya keluar kamar.

"Bagaimana kalau yang ini ?" Tanya Frans.

"Masih agak besar tapi tidak apa-apa.. terima kasih kak" Dean tersenyum.

"Hm, sama-sama"

Dean mengambil celana tadi lalu memasangnya di hadapan Frans.

Glup.
Frans menelan salivanya berat saat melihat paha dalam Dean.

'Shit!' Frans berbalik mencoba menghindar, dia berjalan kearah dapurnya.

"Ka-kamu sudah makan ?" Tanya Frans.

"Belum kak"

"Duduk lah, ku masak nasi goreng untuk kita berdua"

Dean tersenyum.
"Hm, terima kasih kak"

Dean menunggu Frans memasak, setelah selesai Frans membawa dua piring nasi goreng lalu menaruhnya satunya di hadapan Dean.

"Makan lah" kata Frans.

Dean mengangguk.
Saat Dean menyendok nasi goreng tadi, Frans bisa melihat lingkaran merah di pergelangan tangan Dean.

"Dean.." Frans menyentuh tangan Dean.

"...apa yang terjadi ? Ini bukan karena baju lagi kan ?" Tanya Frans.

Dean menatap Frans.
Buliran bening perlahan keluar dari mata Dean.

"Ah, hei.. maaf, jangan menjawabnya kalau rasanya terlalu berat !" Frans mengambil tissue lalu mengusap pipi Dean.

Dean meremas bajunya.
"Bisakah aku tetap disini sampai aku bisa menemukan tempat baru kak ? Aku memang tidak sewajarnya bertanya seperti ini.. tapi aku tidak punya orang yang bisa ku minta tolong"

Frans berdiri dari posisi duduknya, dia memeluk Dean.

"Tinggal lah selama yang kamu mau, jangan merasa tidak enak pada ku.. hm ?"

Dean mengangguk dalam pelukkan Frans, saat keduanya larut dalam kenyamanan satu sama lain ponsel Dean tiba-tiba berbunyi.

Dean bisa melihat 'Papa' tertera di layar ponselnya.
Dean langsung menekan tombol power mematikan ponselnya.

Frans yang melihat hal barusan langsung tau alasan Dean pergi seorang diri tapi Frans ingin memastikan dulu dengan melihat situasi yang ada.

Dia tidak mau mengambil tindakan gegabah yang mungkin saja berujung salah tuduh.

.
.

Bersambung ...

(Tamat) Come to Papa (BL 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang