19

41.6K 2.6K 85
                                    

Dean meremas celananya, dia merasa sangat gelisah. Frans yang duduk di belakang Dean bertanya apa Dean merasa tidak enak badan ?

Tapi Dean menjawab dia baik-baik saja dengan senyum kaku.

Dean bisa melihat Johan duduk bersama para dosen, mereka terlihat asik saling mengobrol satu sama lain.

Saat rektor selesai memberi sambutan, pembawa acara mempersilahkan Johan untuk memulai seminar hari ini.

Johan memberi materi tentang bagaimana suksesnya Johan membangun perusahaan hingga bisa membuat yayasan untuk sekolah dan kampus yang sekarang berada di bawah naungannya.

Saat Johan asik bicara di depan sana, dia dengan santai memasukkan tangan kirinya ke dalam saku celana.

Deg!

Dean membulatkan matanya saat getaran aneh terasa di bawah sana.
"Umph!" Dean menutup mulutnya.

Sesekali Johan melirik kearah Dean yang saat ini berada di barisan kedua.
"Mph!" Dean meremas baju di bagian perutnya, kaki Dean terasa lemah.

Getaran tadi semakin lama semakin kencang hingga akhirnya desahan itu keluar dari mulut Dean.

"Uah-Ah!"

Deg!

Semua mata langsung tertuju pada Dean. Wajah Dean bersemu merah, dia merasa sangat malu sekarang.

"Dean ? Ada apa ?!" Frans terlihat panik saat melihat Dean meringkuk memeluk tubuhnya sendiri.

Teman sekelas Dean juga ikut mengecek keadaan Dean.
"Ak-aku baik-baik saja.. tidak apa-apa" kata Dean dengan suara bergetar.

"Tapi wajah mu merah sekali, kamu juga berkeringat.. jangan paksakan diri mu kalau kamu benar sakit" Frans mengusap keringat Dean dengan sapu tangannya.

Johan menaruh micnya lalu turun dari mimbar kearah deretan kursi mahasiswa(i).

Beberapa orang terdiam melihat Johan masuk ke sela kursi kearah Dean.

"Kamu tidak apa-apa ?" Tanya Johan.
Dean melihat Johan yang sekarang berjongkok menyentuh perut Dean.

"Papa.. Mm," Dean menatap Johan seolah meminta Johan menghentikan getaran di bawah sana.

Johan tersenyum kecil, dengan mudahnya dia mengangkat tubuh Dean.
"Maaf, sepertinya putra ku tidak enak badan.. bisakah kita istirahat sebentar ? Ruang kesehatannya dimana ?" Tanya Johan.

"Oh.. bi-bisa pak, lewat sini" salah satu dosen mengantar Johan dan Dean menuju ruang kesehatan kampus.

Frans menatap punggung Johan yang sekarang mengendong Dean pergi bersamanya.

Saat keduanya tiba di ruang kesehatan, Johan meminta meninggalkan Dean dan dirinya untuk istirahat.

Johan mengatakan Dean sangat pemalu kalau ada orang lain yang melihat dia tidur.

Tanpa menaruh curiga perawat meninggalkan keduanya di ruangan tersebut terlebih dia tidak bisa menolak kata-kata Johan.

Setelah perawat tadi pergi, Johan mengunci pintu lalu menarik dasinya turun.

Dia berjalan kearah Dean yang sekarang terbaring lemah di atas kasur dengan nafas berat.

"Hah...hah...hah..."

Johan mengeluarkan remot kecil dari saku celananya, dia menggeser remot tadi hingga getaran penuh.

"Aah! Jangan.. papa! Ughh!! Ku mohon! Hentikan ini! Ah! Hah-Ngg!" Dean merapatkan kedua kakinya, Dean meremas seprei kasur kuat.

Johan duduk di dekat Dean.
"Kalau kamu bicara sekeras itu, seseorang bisa mendengar mu"

Deg!
Dean langsung menutup mulutnya.

Johan mengeset remot tadi hingga getarannya berhenti. Dean berbalik menatap Johan.
"Jangan disini papa.. kita di kampus" Dean meremas lengan kemeja Johan.

Johan menyentuh bibir Dean.
"Kita punya waktu 20 menit, papa janji akan selesai sebelum itu.. bukan kah ini menarik ? Kita tidak pernah melakukannya di tempat lain.. Hm,"

Johan merendahkan tubuhnya kemudian melumat pelan bibir Dean.
"Mmnn..~"

Mata Dean berkaca-kaca, dia tidak menduga Johan punya pikiran sampai sejauh ini.

.
.

Bersambung ...

(Tamat) Come to Papa (BL 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang