16

45.2K 2.8K 31
                                    

Melihat mahasiswa(i)nya terkejut, Frans tertawa pelan.
"Saat masih sekolah aku masuk kelas akselerasi, jadi aku melompat kelas beberapa kali.. " Frans mengambil salah satu kursi lalu duduk menatap para mahasiswa(i)nya.

".. aku juga masih mahasiswa tapi sekarang aku sedang mengambil S2, pak Erik sangat sibuk jadi beliau memberi ku tugas menggantikan beliau mengajar semester ini.."

Frans tersenyum ramah.
".. jangan memanggil ku "bapak" karena usia kita tidak jauh berbeda dan mohon kerjasamanya ya semua~"

"Baik kak!!" Jawab mereka serempak termasuk Dean.

Selama pelajaran Frans terus memperhatikan mahasiswa(i)nya, dia melihat beberapa orang sudah akrab satu sama lain dan hanya satu orang saja yang terlihat berdiam diri sejak awal dia masuk.

Setelah pelajaran selesai, Frans meminta Dean membantunya menyusun kertas jawaban mahasiswa lain.

"Kamu ada kelas setelah ini ?" Tanya Frans pada Dean.

"Ti-tidak ada kak, setelah ini saya mau pulang"

"Jangan terlalu formal, bicara biasa saja ya.." Frans menepuk pelan punggung Dean, Dean mengangguk paham.

".. kalau kamu tidak sibuk, bisa bantu aku menyusun kertas jawaban mahasiswa sesuai absen ?"

Dean kembali mengangguk.
"Bisa kak"

Hampir sepuluh menit keduanya hanya diam sampai akhirnya Frans membuka topik pembicaraan.

"Maaf kalau aku mengatakan hal ini, tapi dari sekian banyaknya mahasiswa.. apa kamu tidak mengenal satu pun ?" Tanya Frans.

Dean tersenyum kecil.
"Aku baru masuk hari ini kak, sedangkan mereka sudah masuk satu minggu lalu.. jadi wajar saja aku tidak terlalu diperhatikan, tapi aku lebih nyaman seperti ini karena sejak sekolah aku tidak punya satu pun teman"

Frans terdiam mendengar apa yang Dean katakan. Frans menyentuh tangan Dean yang tentu saja membuat Dean berhenti memilah kertas jawaban tadi.

"Ke-kenapa kak ?" Tanya Dean.

"Tidak boleh seperti itu, kamu harus mencoba berteman"

Mendengar apa yang Frans katakan Dean menundukkan kepalanya.
"Ak-aku tidak tau cara bicara atau menyapa orang lebih dahulu.. aku merasa tidak pantas berada di sekitar mereka"

Frans menatap wajah Dean.
"Bagaimana dengan ku ?"

Dean kembali melihat Frans.
"Maksud kakak ?"

"Bagaimana kalau berteman dengan ku ? Mungkin bagi mu sulit menyapa atau bicara dengan orang lain tapi sekarang kamu mengobrol dengan ku jadi anggap saja kita sudah berteman"

"Ta-tapi kakak dosen dan aku-"

Frans memotong kata-kata Dean.
"Aku bukan dosen, aku hanya asdos,.. aku juga mahasiswa hanya saja beda tingkatan.."

".. berhentilah merasa asing Dean, sekarang kamu punya teman" Frans tersenyum manis.

Melihat senyuman Frans, Dean ikut tersenyum.
"Terima kasih kak"

"Tidak jadi masalah.. mari bertukar nomor ponsel, kalau aku perlu bantuan aku bisa menghubungi mu"

"Ah, i-iya" keduanya bertukar nomor, Dean merasa senang karena di kontak HPnya tidak hanya ada nomor Johan sekarang bertambah satu.

Setelah selesai membantu Frans, keduanya berjalan keluar dari gedung kampus sembari mengobrol.

Selang beberapa detik, mobil mewah Johan masuk ke halaman kampus.
Dean dan Frans berjalan kearah mobil Johan.

Dean mendekat saat Johan keluar dari mobil. Frans memang sempat mendengar kabar kalau putra angkat Johan akan kuliah tapi dia tidak menduga yang orang-orang maksud itu Dean.

"Kebetulan sekali kamu keluar, papa tadi berniat menelpon mu" Johan mengusap lembut pipi Dean.

Dean menarik tangan Johan dari wajahnya, dia merasa cangung karena Frans ada bersama mereka.

"Papa, ini kak Frans.. dia asdos salah satu mata kuliah yang Dean ambil" Dean memperkenalkan Frans pada Johan.

Johan menyodorkan tangannya pada Frans.
"Terima kasih sudah membantu Dean"

Frans membalas uluran tangan Johan.
"Tidak jadi masalah pak, saya merasa tersanjung bisa mengajar putra pemilik kampus ini"

Johan tersenyum.
"Baik.. kami harus pergi dulu, selamat sore" Johan merangkul pundak Dean lalu membuka pintu mobilnya untuk Dean.

Dean masuk ke dalam mobil begitu pula Johan, saat mobil Johan sudah melaju pergi Frans meremas tasnya.

"Entah kenapa sesaat aku merasa pak Johan memberi sinyal agar aku tidak terlalu dekat dengan putranya.. apa itu yang membuat Dean jadi penyendiri ?"

Frans menghela nafasnya berat.
"Orang tua protektif sangat tidak baik untuk jiwa sosialisasi anak.. pantas saja Dean terlihat cangung bicara dengan orang lain"

Itulah yang Frans pikirkan, padahal kenyataannya hidup Dean lebih berat lagi yang membuatnya menjadi pribadi penyendiri dan pendiam.

.
.

Bersambung ...

(Tamat) Come to Papa (BL 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang