04

76.5K 4.4K 120
                                    

Desahan bergema di dalam kamar Johan, walau pun ada beberapa pelayan yang mendengar hal tersebut mereka tidak berani menganggu karena mereka tau Johan dulunya memang sering membawa orang asing ke rumah walau pun masih berstatus suami orang.

Hal seperti ini sudah biasa bagi mereka.

"Aahh!! Aah!!" Dean meremas kuat bantal saat Johan menghantam holenya dari posisi belakang.

Rasa sakit di hole Dean tertutupi oleh rasa nikmat, dia tidak tau sejak kapan tubuhnya menerima Johan tapi sensasi di tubuhnya membuat Dean kehilangan akal sehatnya.

"Aahh..! Disana.. Mnggg!! Disanahh.. Aahh!" Dean menyentuh lengan kiri Johan yang sekarang meremas pinggang Dean.

"Disini ? Kamu suka disini ?.." Johan terus-terusan menghantam titik yang sama.

"..Hah.. bagaimana kalau disini ?" Tangan Johan beralih mengocok cepat p*nis Dean.

"Aahh!! Yaaa.. Aaaangg!! Hah-Akhh!!" Cairan kental keluar membasahi tangan Johan, Dean tidak tau sudah berapa kali dia keluar yang dia tau tubuhnya sudah tidak mampu lagi bergerak.

Dean terbaring di bawah Johan dengan nafas beratnya.
"Hah...hah.. hah.. "

"Ah.. hah...hah.. Ugh!"Dean bisa melihat Johan mengocok p*nisnya sendiri lalu menumpahkan cairan miliknya di wajah Dean.

"Um..Ah.." Dean mengusap cairan kental tadi dari wajahnya lalu menjilatinya tepat di hadapan Johan.

Johan tersenyum.
"Hah.. ha.. kamu luar biasa sayang" kata Johan memuji Dean.

"Terima kasih pa" Dean ikut tersenyum.

Dean meminta ijin untuk tidur sebentar sebelum dia pulang, Johan menyuruhnya beristirahat saja dulu karena ini pengalaman pertama Dean jadi Johan memakluminya.

Saat Dean terlelap.
Johan membersihkan tubuh Dean lalu memasang kembali pakaian Dean.

Johan tidak seburuk yang Dean pikirkan. Saat Dean bangun, makan malam sudah tersaji di meja dekat kasur Dean.

Dean bisa melihat Johan yang tengah sibuk mengetik di meja kerjanya.
Dean tidak mau menganggu Johan, jadilah dia makan pelan-pelan.

Tapi Johan punya pendengaran yang bagus, dia berbalik saat mendengar sendok menyentuh piring Dean.

"Ah, maaf.. apa aku menganggu mu ?" Tanya Dean merasa tidak enak pada Johan.

Johan melepas kacamatanya lalu berjalan kearah Dean.
"Tidak, kamu tidak menganggu ku.. makanlah yang banyak"

Johan tersenyum melihat kedua pipi Dean memerah.
Johan menarik laci mejanya lalu menaruh amplop berisi uang tunai di dekat Dean.

"Aku akan memberi mu lebih nanti, tapi untuk sekarang ambil uang ini"

Dean menaruh piringnya kembali ke nampan lalu membuka amplop berisi uang tadi.

Dean membulatkan matanya melihat nominal uang yang ada di dalam amplop.

"I-ini uang yang banyak" kata Dean sedikit syok.

"Itu tidak banyak, kamu akan mendapat lebih kalau kamu bekerja dengan baik.." Johan mengusap-usap dagunya lalu menyentuh pipi Dean.

".. lain kali, mari coba permainan lain.. hm ?"

Dean mengangguk tanpa tau permainan apa yang Johan maksud.

Johan menyipitkan matanya lalu tersenyum senang.
"Kamu anak yang penurut, itu yang ku suka dari mu Dean" Johan mendekat lalu melumat pelan bibir bawah Dean.

.
.

Johan mengantar Dean pulang tapi belum sampai rumah, Dean meminta Johan menurunkan dia di pinggir jalan saja.

"Kamu yakin mau turun disini ?" Tanya Johan.

"Hm, beberapa langkah lagi sampai rumah.. aku permisi dulu pak Jo-"

Grep.
Johan menarik lengan Dean yang berniat keluar dari mobil Johan.

"Papa.. bukankah kamu akan memanggil ku papa saat kita hanya berdua"

Blush!
Semburat merah muda terlihat di kedua pipi Dean.

"Ak-aku turun disini.. sa-sampai jumpa lagi papa" kata Dean malu-malu.

"Hm, sampai jumpa lagi sayang"

Chu~ kecupan singkat Johan berikan di bibir Dean.

Johan mengusap lembut pipi Dean lalu membuka pintu mobilnya untuk Dean.

Dean keluar dari mobil Johan, dia menunduk singkat kemudian berjalan kearah rumahnya.

"Hm.." Johan mengusap-usap bibirnya.

".. sepertinya dia cocok dengan permainan itu.." Johan tersenyum membayangkan wajah erotis Dean.

".. ini akan jadi permainan yang menarik"

.
.

Bersambung ...

(Tamat) Come to Papa (BL 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang