26

45.8K 2.6K 118
                                    

Sesampainya di rumah, Tania langsung berlari kearah Dean dan Johan.

"Haaaaaa!! Kak Dean!!" Tania memeluk kaki Dean sembari menangis, dia sangat merindukan kakaknya.

Dean tersenyum kecil.
Dia berjongkok lalu mengusap air mata Tania.

"Maaf ya kak Dean pergi tanpa memberitahu Tania"

"Hiks...hiks.. jangan pergi lagi, kakak tetap disini bersama Tania dan papa.. hiks, Haaa...jangan pergi lagi kakak!" Tania meremas lengan baju Dean.

Dean memeluk Tania.
"Hm, kakak sudah pulang.. jangan menangis lagi"

"Hiks...hiks.." Tania memeluk Dean erat, dia tidak mau Dean meninggalkannya lagi.

"Sayang.." Johan mengusap lembut pucuk kepala Tania.
".. sesuai janji papa, kak Dean sudah pulang kan..jadi jangan menangis lagi"

"Mm!" Tania mengangguk, dia melepas pelukannya dari Dean lalu mengusap air matanya.

"Uh.. hiks.. Tania janji tidak akan menangis lagi, jadi kak Dean harus tetap disini!"

Dean tersenyum melihat tingkah gemas Tania.
"Iya, kakak tetap tinggal disini .. sudah ya" Dean mencubit pelan pipi Tania.

"Kakak! Ayo main.. ayo!" Tania menarik-narik lengan baju Dean.

Johan langsung memanggil pengasuh Tania.
"Bawa dia ke kamarnya atau beri cemilan kesukaannya .. aku harus bicara dengan Dean" ujar Johan setengah berbisik pada pengasuh Tania.

"Baik tuan"

Pengaruh Tania berjongkok di hadapan Tania.
"Sayang, ayo main dengan bibi dulu ya.. bibi punya cemilan kesukaan mu" bujuk pengasuh tadi.

"Tidak mau! Tania maunya dengan kak Dean!"

Johan menahan tangan Tania.
"Nak, kak Dean lelah.. dia juga belum tidur.. " kata Johan berbohong.
".. biarkan kak Dean istirahat dulu ya, Tania mau jadi adik yang baik kan ? Jadi jangan memaksa kak Dean ya sayang"

Tania menatap Dean.
"Kakak mau istirahat ?" Tanya Tania.

Dean mengangguk pelan.
Dengan berat hati, Tania melepas baju Dean.

Dia menunduk lalu meremas roknya.
"Kakak janji main nanti kan ? Kakak janji main dengan Tania setelah tidur"

Dean mengusap pucuk kepala Tania.
"Iya, kakak janji"

Wajah cemberut Tania berubah senang.
"Hm! Dah kak Dean!" Tania menggenggam tangan pengasuhnya lalu berlari kecil kearah kamarnya.

Setelah Tania masuk ke kamarnya, Johan merangkul pundak Dean.
"Mari bicara berdua, hm ?"

Dean mengangguk.
Johan membawa Dean kearah kamarnya.

Johan menutup pintu kamar rapat-rapat lalu mengiring Dean kearah kasurnya.

Johan duduk di atas kasur dan Dean berdiri di sela kaki Johan.
Johan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Dean.

"Maafkan papa ya, papa seharusnya bertanya terkait perasaan mu.. " Johan menyandarkan dagunya di dada Dean.

".. apa kamu senang selama bersama papa ? Apa yang tidak kamu suka ? Katakan semuanya agar kita tidak saling salah paham lagi"

Dean meremas baju di bagian baju Johan.
"A-aku takut papa" kata Dean dengan suara bergetar.

Johan bisa melihat Dean menahan tangisnya.
"Selama ini.. aku takut hanya menjadi boneka, papa tau.." tangan Dean terangkat mengusap pelan sudut mata Johan.

".. aku mulai menaruh hati, aku takut papa hanya bermain-main dan meninggalkan aku suatu saat nanti.. aku tidak mau terluka"

Johan menyentuh tangan Dean.
"Apa itu yang membuat kamu melawan waktu itu ?"

Dean mengangguk mengiyakan pertanyaan barusan.

Johan menghela nafasnya berat.
"Aku menyukai mu sayang.." Johan mengecup tangan Dean.
".. aku tidak pernah jatuh cinta hingga rela mengeluarkan banyak uang bahkan untuk mantan isteri ku sekali pun.."

Johan melirik wajah Dean.
" .. hanya kamu yang bisa membuat aku seperti ini, hanya kamu dan kamu masih mempertanyakan perasaan ku ?"

Dean mengerutkan alisnya.
"Semua itu belum jelas, papa selalu bermain kasar.. aku sering kesakitan.. hiks...aku tidak suka itu" air mata Dean mulai berjatuhan.

Johan mengusap air mata Dean.
"Bukan kah itu permintaan mu sendiri ? Kamu yang meminta aku melakukan semua itu.. ku pikir kamu suka sex dengan kekerasan"

Dean langsung mengelengkan kepalanya.
"Aku tidak suka, aku selalu kesulitan berjalan bahkan duduk.. belakang ku sakit..hiks.. aku tidak suka"

Johan akhirnya mengerti, selama ini keduanya hanya miskomunikasi. Dia langsung memeluk Dean erat.

"Apa yang kamu mau ? Kamu mau aku berhenti melakukan semua itu.. ?" Tanya Johan.

Dean mengangguk.
Johan melepas pelukannya lalu menatap wajah Dean.

"Selama bertahun-tahun karakter dominan sudah terbentuk di diri ku Dean.. " Johan mengusap air mata Dean.

".. aku akan mencoba berubah untuk mu, jadi katakan kalau aku sudah mulai bersikap kasar.. jangan hanya diam karena aku tidak tau kamu suka atau tidak" wajah Johan terlihat tertekan.

Dean menangkupkan kedua tangannya di wajah Johan.
"Mainan itu.. aku ingin papa membuang beberapa yang tidak ku suka"

Johan mengalah, dia tidak ingin Dean pergi lagi jadilah dia menuruti keinginan Dean.

Dean memilih beberapa mainan yang menurutnya sakit dan menyisakan yang dia suka.

Johan melihat c*ck ring masih ada di dalam koper kecilnya. Johan memeluk Dean dari belakang.

"Kamu suka benda satu itu ?" Bisik Johan tepat di telinga Dean.

Wajah Dean memerah.
"Hm, kadang sakit tapi aku sedikit suka" kata Dean dengan suara pelan tapi masih bisa di dengar oleh Johan.

Johan terkekeh pelan.
"Baik kalau kamu suka, papa akan menyimpan benda satu ini.. dan membuang yang lainnya.." Johan mengecup singkat leher Dean.

".. kamu merasa senang sekarang ?"

Dean tersenyum lalu menyentuh tangan Johan yang sekarang melingkar memeluk tubuhnya.
"Aku senang semua sudah selesai, lain kali aku akan lebih jujur lagi pada papa"

"Ya, papa sangat mengharapkan itu" Johan menarik dagu Dean lalu melumatnya lembut.

.
.

Bersambung ...

(Tamat) Come to Papa (BL 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang